3 Wisata Religi Magetan, Anak Muda Wajib Berkunjung

Budaya691 Dilihat

Mudabicara.com_ Wisata religi magetan tentu beragam sebab daerah yang terletak di kaki gunung Lawu bagian selatan ini memiliki banyak tempat sejarah.

Selain Telaga Sarangan dan Telaga Anakan, kabupaten Magetan juga memiliki salah satu jalur pendakian yakni cemoro sewu. Namun jangan salah, Magetan juga memiliki pondok pesantren yang menjadi rujukan dalam skala nasi0nal yakni pondok Temboro.

Nah! kali ini mudabicara akan mengulas lebih dalam tentang wisata religi Magetan, selengkapnya simak ulasan artikel berikut ini:

Baca Juga : 3 Destinasi Wisata Religi Ponorogo yang wajib dikunjungi

3 Wisata Religi Magetan, Anak Muda Wajib Berkunjung

1. Masjid Ki Mageti

Wisata Religi Magetan

 

Masjid ki Mageti dibangun di Kebun Bunga Refugia Plaosan Kabupaten Magetan. Masjid ini dibangun mengunakan peninggalan soko guru Masjid Agung Baitussalam Magetan dengan ukuran luas 17 x 17m.

Peletakan batu pertama pembangunan masjid pada tanggal 31 Mei 2021 dan Pendirian soko guru dilaksanakan tanggal 10 Agustus 2021 bertepatan dengan tahun baru Islam 1443 H.

Selain meningkatkan literasi sejarah kota Magetan, masjid Ki mgeti juga mengingatkan Ki Ageng Mageti dan  Nyai Mageti pada 1650 M yakni tokoh cikal bakal berdirinya kabupaten Magetan.

Masjid ki Mageti kini ramai para wisatawan terutama yang mereka yang dari luar kota. Selain tempatnya yang sejuk, masjid ki Mageti juga dekat dengan tempat wisata lainnya.

Dalam proses pembanguna  terutama soko guru membutuhkan kurang lebih satu bulan karena harus melalui berbagai proses untuk mendapatkan hasil terbaik.

Apabila kalian berkunjung ke Magetan jangan lupa mampir ke Masjid ki Mageti.

2. Pondok Al Fatah Temboro Magetan

Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah terletak di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan. Pondok pesantren ini memiliki jumlah santri sekitar 22.000 orang dengan sekitar 1.000 santri berasal dari luar Indonesia.

Pondok pesantren temboro juga terkenal sebagai pengembangan ideologi Jamaah Tabligh terbesar se-Asia Tenggara selain lokasi seluas 50 hektar pondok ini juga ramai jamaah yang keluar masuk.

Bangunan ponpes menyebar di tiga lokasi yang mendominasi wilayah Desa Temboro, yakni Pondok Pusat, Pondok Utara, dan Trangkil Darussalaam yang sebagian besar merupakan pondok putri.

Saking luas wilayah dan besarnya pengaruh agama pada kehidupan keseharian warga  di temboro menjadikan wilayah ini dijuluki sebagai Kampung Madinah.

Sebanyak 50 persen lebih warga di Kampung Madinah merupakan pendatang, sisanya warga asli Desa Temboro.

Baca Juga: Ini 3 Destinasi Wisata Religi Kota Madiun, Wajib Anda Kunjungi!

Ponpes memiliki kurang lebih 22 ribu santri. Dari jumlah tersebut, sekitar 980 santri berasal dari luar negeri, yang kebanyakan dari negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand.

Banyaknya santri di Desa Temboro telah membuat tingkat perekonomian dan kemakmuran hidup warga meningkat. Aktivitas keseharian pondok telah memberikan lapangan pekerjaan bagi warga desa Kampung Madinah yang ditaksir bisa mencapai puluhan miliaran rupiah setiap bulan.

Warga menjual kebutuhan makan dan pakaian serta menyediakan jasa transportasi dan sewa rumah. Biasanya Kampung Madinah ramai ketika ada pertemuan wali santri.

Pesantren ini didirikan pada tahun 1950 oleh KH. Kholid Umar atau terkenal dengan nama Kyai Mahmud. Dari segi orientasi dan praktek keagamaannya, pesantren ini menganut sistem pengajaran seperti layaknya pesantren di kalangan Nahdhiyin lainnya di pulau Jawa.

Hanya saja, pesantren Al-Fatah Temboro memadukan antara konsep Tabligh (dakwah) dengan konsep pesantren. Hal inilah yang membedakannya dengan pesantren lainnya.

Ponpes temboro mempunyai galeri peninggalan Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya. Peninggalan sejarah dan artefak-artefak sejarah islam dunia ini disimpan dalam Galeri Joko Tingkir.

Selain itu, di lingkungan pondok setempat juga terdapat lahan untuk pacuan kuda, tempat unta, dan lapangan memanah.

3. Masjid KH. Abdurrahman Tegalrejo

Perjuangan yang paling bersejarah dilakukan oleh Pangeran Diponegoro yang terjadi antara tahun 1825 hingga 1830 memiliki arti sejarah sendiri bagi para pengikutnya salah satunya adalah KH. Abdurrahman.

KH. Abdurrahman yang merupakan salah satu anggota Laskar Diponegoro membangun masjid yang terletak di Dsn. Tegalrejo, Ds. Semen, Kec. Nguntoronadi, Kab. Magetan, Provinsi Jawa Timur.

Masjid itu kini menjadi salah satu destinasi wisata religi di daerah kabupaten Magetan sebab berdiri pada tahun 1835. Hingga kini masjid kuno tersebut sudah berumur hingga lebih dari 170 tahun dan menjadi salah satu masjid tertua di daerah Magetan.

KH. Abdurrahman sendiri merupakan salah satu keturunan keluarga Keratonan Padjajaran, Jawa Barat yang kemudian hijrah ke daerah Jawa Tengah untuk menyebarkan agama islam dan ikut didalam perang melawan penjajah keji.

Dalam segi arsitektur bangunan Masjid KH. Abdurrahmah Tegalrejo memiliki arsitektur bangunan gabungan dari Jawa dan Islam. Bangunan utamanya berbentuk seperti rumah joglo, dengan atap berbentuk prisma segi empat yang biasanya disebut dengan meru.

Konon, kayu yang digunakan untuk membangun masjid ini didatangkan dari hutan Kedungpanji, Magetan secara gaib, begitu juga dengan batu diatas meru yang diambil dari Sarangan, Magetan.

Demikian tiga wisata religi magetan, jangan lupa berkunjung ya!

 

Tulisan Terkait: