5 Cara Agar Lembaga Sekolah Mendukung Profesi Guru Lebih Berkelanjutan

Tips dan Trik398 Dilihat

Mudabicara.com_ Beberapa tahun yang lalu saya membantu lembaga sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikannya, programnya, juga sistem manajemennya, di mana sebelumnya pola yang dilaksanakan oleh pemilik sekolah berjalan sangat konvensional.

Dampaknya sangat signifikan, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Baik secara fasilitas maupun kinerja yang tumbuh seiring dengan terangkatnya brand sekolah Islam swasta yang bagus di tengah kampung.

Antusiasme ā€œkonsumenā€ terhadap layanan pendidikan diindikasikan dengan dukungan melalui ā€˜direct marketingā€™ sebagai promosi sekolah berbasis fakta dan testimoni. Yaa..sekolah mendapat perhatian cukup besar dari kalangan masyarakat.

Baca Juga : 10 Manfaat Belajar Kimia Untuk Anak Muda

Bahkan citra sekolah terangkat secara posisi dan eksistensi di kalangan rival lembaga lainnya hingga di kalangan organisasi kepala sekolah yang ada di tingkat kecamatan.

Pola kegiatan sudah menemui alurnya yang baik dan saya berupaya meningkatkan bukan hanya kualitas pendidikan yang berdampak kepada kepercayaan masyarakat dan penambahan sarana sekolah, namun juga kualitas gurunya yang penting dalam menjalankan program pendidikan di sekolah.

Berbagai pelatihan saya lakukan, studi tiru dan komparasi saya adakan. Itu saya lakukan karena guru harus memiliki kemampuan dan peningkatan kualitas Ā keterampilan, bukan sekedar menerima gaji atas statusnya sebagai karyawan.

A few years laterā€¦. Saya tidak akan melanjutkan cerita di atas, tujuan tulisan saya adalah untuk menaruh perhatian dan calling to action terhadap sustainabilty profesi guru saat ini.

Banyak lembaga sekolah yang minim, atau sama sekali tidak ada perhatian terhadap permasalahan sustainabilty profesi guru tersebut.

Beberapa indikasi menunjukkan concern lembaga atau pemilik lembaga lebih besar kepada peningkatan nilai asset atau income lembaga daripada future life para ā€œpejuang pendidikanā€ yang membesarkan lembaganya.

Sepanjang pengalaman saya menjadi konsultan dan pendamping sekolah, tidak pernah ada terprogram secara jelas dan terstruktur tentang membangun masa depan karyawan lembaga sekolah (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan), khususnya swasta, kecuali aturan kenaikan gaji, tunjangan jabatan dan sedikti bonus tahunan.

Profesi guru dalam jalur kerja pengabdian

Karena lembaga sekolah bukanlah seperti pabrik biskuit atau pabrik panci yang tujuan utamanya peningkatan produk secara kuantitas maupun kualitas dan income.

Pemimpin sekolah, pemilik sekolah, yayasan harus memiliki visi dan semangat yang utuh terhadap masalah sustainabilty profesi guru saat ini.

Mereka perlu punya rencana yang jelas dan terstruktur agar kita menjadikan tugas mengajar sebagai profesi yang lebih berkelanjutan dan manusiawi.

Jika ada jargon ā€œSekolah yang memanusiakan muridā€ tentu di dalamnya harus ada mekanisme yang memberikan peluang atau memunculkan program ā€œsekolah yang memanusiakan guruā€.

Baca Juga : Mengenal ā€˜Brain Breakā€™ Untuk Mengoptimalkan Belajar Siswa di Kelas

Selama ini, sekolah cenderung banyak menjual tagline, jargon yang memvisualisasikan orientasi kemajuan peserta didik, tercantum dalam narasi visi misi dan tujuan pendidikan di lembaga sekolah.

Semangat pemangku kepentingan sekolah dan semangat pemilik sekolah dalam membuat peta kesinambungan profesionalisme dan kemajuan guru serta kesejahteraan guru dan karyawan sangat lemah.

Bahkan berbicara tentang kesejahteraan guru dipandang sebagai diskusi yang tidak normal, tidak pantas, karena mengganggu eksistensi guru sebagai profesi mulia, profesi yang bebas dari hal-hal yang mengganggu keikhlasan. Bagi saya itu paradigma berpikir yang menyesatkan!

Mungkin selama ini profesi guru masih dipandang profesi yang tidak ā€œseksiā€, profesi guru kurang memiliki eksistensi yang berarti kecuali sama saja dengan karyawan biasa. Malah jauh di bawah standar karyawan lembaga nonpendidikan lainnya.

Kondisi itu telah lama menjadi pandangan dan kesepahaman umum. Maka konsekwensilogisnya yaitu asumsi tentang karir guru bukanlah karir sebagaimana layaknyaĀ  karir yang profesional. Ia karir yang ditempatkan dalam jalur kerja pengabdian, kerja keikhlasan, kemudian diilustrasikan dalam tema kepahlawanan (tanpa tanda jasa).

Dalam banyak situasi, lembaga sekolah tidak membutuhkan seorang guru yang mumpuni, layaknya orang yang bertugas memberikan bukan sekedar informasi tentang pengetahuan, tugas-tugas formalitas kegiatan kurikuler yang polanya adalah pemenuhan standar kompetensi pelajaran berdasarkan kurikulum yang ada.

Bukan untuk membentuk dan mengembangkan kodrat anak yang luar biasa, dan mempersiapkan berbagai tantang kehidupan yang berkembang dan berubah dengan pesat.

Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana profesi guru dapat sustain dalam pengabdiannya pada masyarakat dan lembaga pendidikan? Bagaimana guru memiliki asset untuk masa depan kesejahteraan mereka yang sangat pantas untuk diperhatikan?

Berikut cara agar sekolah dapat memberikan dukungan untuk mewujudkan program sustainable profession bagi pendidik dan tenaga kependidikan:

5 Cara Agar Lembaga Sekolah Mendukung Profesi Guru

1. Perhatian dan perlindugan terhadap kebutuhan dasar

Ingat teori Maslow, bagaimana guru bisa memikirkan pedagogi yang dalam dan kuat jika kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi? Pimpinan atau pemilik lembaga dapat membangun sekolah yang aman secara emosional dan fisik dengan memastikan kebutuhan dasar tenaga pendidik tercukupi.

Perhatian terhadap kebutuhan kesejahteraan standar atau primer guru menjadi salah satu program prioritas lembaga. Jika di sekolah milik pemerintah ada kebijakan dana pensiun, tentuĀ  di sekolah milik swasta harus memiliki pola yang sama meski dengan konsep yang berbeda.

Guru di sekolah swasta bukan seperti karyawan swasta non pendidikan yang (karena taqdir Tuhan) diperlakukan sebagai kelas pekerja yang bertugas menjadi ā€œtukangā€ mengajar anak-anak; membantu anak belajar agar mampu mengerjakan soal ujian. Dari kesuksesan anak, sekolah meraih kepercayaan dan keuntungan.

Sementara guru menghabiskan usia Ā tanpa masa depan, menjadi karyawan sekolah yang semakin besar dan bertambah asset kekayaan.

2. Bangun Kebersamaan

Dalam lingkungan sekolah yang mendukung dan kuat, para guru merasa terhubung satu sama lain dan bekerja sebagai satu tim. Dan kita tahu bahwa saat guru berkolaborasi, siswa mendapat manfaat .

Pemimpin pendidikan dapat membangun rasa memiliki dengan berbagai cara: Anda dapat memulai setiap rapat staf dengan waktu untuk menjalin hubungan pribadi atau merayakan pencapaian, atau menetapkan norma kelompok yang memupuk budaya yang aman dan mendukung.

Akhiri setiap rapat staf dengan rasa syukur dan komitmen bersama. Bangun komunikasi positif antara kolega dan antara kepala sekolah, yayasan dengan para guru dan tenaga non kependidikan.

Baca Juga : 5 Cara Melatih Kesadaran Digital Pada Anak

Asset lembaga pendidikan sejatinya adalah loyalitas guru, bukan gedung kelas dan segala peralatan. Jika satu guru terbaik Anda mengundurkan diri, karena kultur dan pola komunikasi buruk. Para siswa kehilangan satu kesempatan mendapat pengalaman baik untuk belajar.

3. Bangun Budaya Yang Mendukung

Kepala sekolah, direktur, ataupun yayasan, adalah para pemimpin yang sedang ā€œberbisnisā€ untuk kemakmuran lembaga dan juga warga.

Meningkatkan moral, terasahnya karakter, berkembanganya keterampilan dalam profesi guru banyak dipengaruhi oleh budaya kerja yang mendukung, budaya organisasi yang tumbuh dan menjadi nilai yang mulia.

Jangan pernah berharap Anda melahirkan generasi yang unggul, jika budaya kerja dan budaya organisasi lembaga Anda buruk. Jadilah pendengar yang baik, dan pembicata yang santun. Tumbuhkan kedisiplinan dengan contoh, bukan dengan privilege.

4. Kuatkan Trust Dari Berbagai Sisi

Jika pimpinan tidak memiliki trust kepada karyawan, atau sebaliknya. Masalah kinerja dan kualitas layanan akan berkurang. Mengelola sekolah tidak sama dengan mengelola pabrik sepatu.

Semakin terampil para pekerja QC dan kecanggihan mesin serta kedisiplinan karyawan, produksi akan meningkat dan customer akan puas.

Anda tidak perlu khawatir mesti bawahan Anda tidak suka satu sama lain atau terhadap Anda. Ritme dan pola kerja mereka sudah terjadwal dan terikat secara baku.

Tidak dibutuhkan inovasi dan skill pribadi, kecuali semua SOP kerja dijalani dengan baik. Mengelola sekolah membutuhkan trust satu sama lain.

Orang tua siswa menaruh trust kepada sekolah dan terlebih kepada guru. Guru dan karyawan menaruh trust kepada pimpinan untuk terlaksananya dukungan dalam program pembelajaran.

Tindaklanjut segala permasalahan, sikap adil dan porfesional dalam manajemen serta kepemimpinan menguatkan budaya trust dalam organisasi dan kultur lembaga sekolah.

Saya pernah mendapati satu lembaga kehilangan trust dari masyarakat karena arogansi dan ketidakjujuran. Lalu lembaga memilih untuk menutupi kesalahan daripada memperbaikinya. Akhirnya lembaga hanya diisi orang-orang yang bermental penjilat dan hypocrite. Tidak ada trust di dalamnya.

5. Tingkatkan Keterampilan Guru Secara Berkelanjutan

Lembaga yang hebat memiliki guru yang hebat, bukan fasilitas yang megah. Pabrik sepatu tidak butuh bayak tenaga cerdas dan terampil.

Pabrik hanya butuh peralatan canggih dan manajemen karyawan yang baik untuk meningkatkan produksi. Lembaga pendidikan butuh tenaga pendidik yang tulus, profesional dan meningkat terus ketrampilannya.

Semakin hebat skills guru, semakin baik proses pendidikan dan layanan pendidikan yang dijalankan. Jenjang karir dalam dunia pendidikan bukan diukur dengan standar masa kerja saja serta portofolio berbasis sertifikat.

Apalagi diukur dengan loyalitas buta karena relasi kekuasaan semata. Jenjang karir guru harus dibangun berdasarkan standar kemampuan dan peningkatan kapasitas diri yang terus diperbarui dan ditingkatkan.

Asset guru harus diupgrade, yaitu beruba skills yang membuat mereka menjadi manusia independen dan menginspirasi. Kemudian mereka secara ikhlas mengabdikan diri bersama semua stakeholder karena adanya nilai yang mulia yang diperjuangkan bersama, misi besar untuk bangsa, dan harapan hidup di masa depan yang bahagia.

 

Oleh : Ramdani (Pemerhati Pendidikan)

Tulisan Terkait: