Mudabicara.com_ Membangun profesionalisme guru merupakan modal utama dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Namun tidak semua lembaga atau insan pendidikanĀ memahami tentang bagaimana cara membangun profesionalisme guru.
Nah! kini mudabicara ingin mengulas bagaimana cara membangun profesionalisme. Selengkapnya simak ulasan berikut ini:
Cara Membangun Profesinalisme Guru
Apa dan bagaimana pimpinan sekolah atau yayasan mengukur perkembangan dan efektivitas program āpersonal developmentā untuk pengembangan profesional guru di lembaga?
BACA JUGA : Cara Membangun Profesionalisme Guru di Sekolah
Berikut beberapa tips pertanyaan, untuk mengukur efektivitas’ pengembangan profesional untuk sekolah dan guru:
1. Bagaimana pengalaman guru?
Apakah mereka terlibat dalam berbagai aktivitas yang menarik secara intelektual tetapi juga menjaga mereka dari gangguan atrofi di tempat duduk mereka. Apakah mereka secara fisik nyaman dan adakah hal-hal seperti kopi atau kebutuhan dasar manusia lainnya?
Dan apakah mereka terdorong untuk mengajukan banyak pertanyaan yang penting bagi mereka dan apakah ada keamanan dalam mengajukan pertanyaan yang menantang? Apakah mereka merasa dihargai dan diakui sebagai profesional dan sebagai manusia?
2. Apakah Guru mengalami perkembangan dalam berbagai hal?
Apakah mereka memperoleh pengetahuan baru? dan Apakah mereka dapat memperoleh keterampilan baru yang akan membantu mereka meningkatkan keahlian mereka?
Dan apakah pemahaman baru mereka yang mereka temukan dalam proses pembelajaran dan seberapa terlihat mereka?
Apakah āpersonal developmentā ini menginspirasi lebih banyak pertanyaan yang mungkin berfungsi sebagai peta jalan untuk pertumbuhan profesional yang berkelanjutan?
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Bimbingan Konseling Untuk Anak Muda
3. Apakah kepemimpinan mendukung?
Apakah kepemimpinan organisasi sudah melakukan upaya untuk mendukung perubahan? Jika belum, maka tidak akan efektif bahkan jika guru menganggap apa yang ada pada mereka itu bermanfaat, sementara pemimpin organisasi atau manajemen, atau owner dalam institusi swasta tidak memiliki āsense of changeā.
Guru ingin merasakan bahwa kepemimpinan mereka telah memikirkan āpersonal developmentā mereka.
Mencakup pengembangan sistem, praktik, dan kurikulum apa yang perlu dipertimbangkan dan berpotensi diubah untuk membantu membuat pekerjaan ini berhasil.
4. Apakah āPersonal developmentā guru sudah sesuai dengan misi dan visi lembaga?
Seringkali program pengembangan profesional tidak sejalan dengan misi dan visi sekolah atau rencana pemerintah pusat tidak klop dengan implementasi di tingkat daerah dan tingkat di bawahnya.
Hal ini dapat mengarah pada ketidaksesuaian antara program pengembangan profesional dengan praktik yang mendukungnya, tidak sejalan dengan proses pelaksanaannya.
Bahkan terjadi penyimpangan dan tindakan melanggar aturan lainnya. Visi misi lembaga tidak dapat memberikan kerangka kerja yang kongkret dengan program pengembangan profesional.
Atau sebaliknya, program pengembangan profesional justru tidak sejalan dengan visi misi lembaga.
BACA JUGA : Apa Gaya Kepemimpinan Demokratis? Pengertian dan Cirinya
5. Akankah Praktik Guru Tumbuh?
Mirip dengan pertanyaan sebelumnya tetapi lebih mementingkan pengembangan berkelanjutan, akankah guru mencoba, merefleksikan, dan meningkatkan?
Bahkan jika bertujuan agar guru menggunakan alat bantu yang dapat mereka terapkan dengan cepat, apakah budaya kerja mereka memberi kekuatan dan mendukung peningkatan penggunaan strategi saat mereka menjadi lebih akrab dengannya?
Apakah ada sistem yang mendorong kritik positif dan koleksi pertanyaan yang kaya untuk menggunakan prosedur yang baik dan benar?
6. Apakah itu akan berdampak pada siswa?
Pada akhirnya pengembangan profesional bagi para guru tentu harus memberikan dampak positif bagi siswa. Apakah itu atau akankah menguntungkan mereka?
Dengan cara apa, berapa banyak, dan untuk berapa lama? Apakah manfaat tersebut sejalan dengan misi dan visi serta lulusan ideal sesuai standar kelulusan lembaga?
7. Akankah atau bagaimana pertumbuhan dipertahankan?
Ini mungkin terasa mubazir tetapi hampir semua guru dapat menunjukkan bahwa ini adalah masalah yang sangat nyata. Akankah guru diizinkan untuk terus mengerjakan apapun yang mereka mulai di sesi āpersonal developmentā tersebut?
Apa yang akan terjadi saat mereka terus mempertahankan proses itu? Bagiamana lemmbaga
mengevaluasi? Bagaimana rencana pengembangan lebih jauh untuk melakukan penyesuaian dan perubahan tertentu?
BACA JUGA : Menelaah Potret Guru Merdeka di Abad 21
8. Apakah Guru memiliki harapan kesejahteraan jangka panjang?
Ini mungkin pertanyaan saya yang dianggap tidak relevan dengan topik pembahasan pengembangan profesional guru di suatu lembaga, baik negeri ataupun swasta.
Guru adalah manusia biasa. Perbedaan dan kesenjangan dalam hal kesejahteraan sering membentuk masalah baru, kecil ataupun besar.
Program pemerintah tentang insentif guru atau tunjangan profesi seringkali dipahami dengan serampangan, karena minimnya proses peletakkan pondasi untuk pemahaman nilai-nilai profesionalisme dalam bidang pendidikan.
Apalagi standar penghasilan tenaga kerja bidang pendidikan tidak memiliki dasar hukum atau aturan yang menyeluruh, terutama di instansi swasta yang berdiri di bawah naungan yayasan.
Kesenjangan kesejehateraan guru belum pernah menjadi pembicaraan serius dan sejalan dengan poin-poin diskusi tentang profesionalisme kerja di bidang pendidikan.
Kita bisa melakukan komparasi dengan aturan ketenagakerjaan di sektor non pendidikan.
9. Apakah program āpersonal developmentā berkontribusi pada budaya sekolah?
Program āpersonal developmentā bukan Cuma membentuk sikap individu, namun juga membentuk karakter komunitas yang saling terkait, memiliki orientasi yang sama dengan corak dan cara yang beragam.
Salah satunya kontribusi terhadap penguatan kultur lembaga, budaya sekolah. Pemimpin sekolah harus memiliki perhatian yang cukup tentang kontribusi tersebut.
Apakah para guru memiliki kepedulian dengan penguatan budaya sekolah? Apakah ada pemantauan indikator sikap individu dengan kesadaran mendukung kehidupan komunitas dengan kultur yang sudah menjadi kesepakatan?
Sebagaimana awal munculnya konsep pengembangan kepribadian oleh Carl Gustav Jung, proses individuasi guru yang terbentuk antara inisiasi dan proses pelatihan, pendidikan, mentorship, penanaman nilai positif, dan korelasi dengan harapan, mimpi atau cita-cita mereka, akan menjadi pondasi yang kuat untuk mendirikan bangunan profesionalisme dan budaya organisasi yang baik.
BACA JUGA : 11 Jenis Pantun Indonesia, Lengkap Beserta Contohnya
Visi misi lembaga pendidikan tidak sekedar tempelan formalitas dalam berkas administrasi yayasan atau manajemen organisasi sekolah.
āPersonal developmentā akan menjadi pengikat kuat antara kegigihan guru, serta karyawan memperjuangkan realisasi visi misi tersbut dalam output yang nyata, terencana, terprogram, terevaluasi, dan memberi dampak lingkungan yang positif.
Nah! demikian ulasan mengenai cara membangun profesionalisme guru, semoga bermanfaat sahabat mudabicara
Oleh : A Ramdani (Founder Sekolah Orang Tua dan Pemerhati Pendidikan)