Mudabicara.com_ Berkunjung ke Kabupaten Madiun, provinsi Jawa Timur tak lengkap jika tidak menyempatkan diri berziarah ke tempat wisata religi.
Selain terkenal kota Gadis dan pencak silat, kabupaten Madiun juga menyimpan banyak sekali tempat bersejarah yang dapat menjadi tempat wisata religi.
Kali ini mudabicara akan memberikan beberapa rekomendasi tempat wisata religi yang wajib anda kunjungi bila pergi ke kota Madiun. Selengkapnya simak ulasan berikut ini :
Baca Juga : 3 Destinasi Wisata Religi Ponorogo yang wajib dikunjungi
1.Makam Kiai Ageng Anom Besari
Makam Kiai Ageng Anom Besari terletak di Desa Kuncen, Kabupaten Madiun yang dulu merupakan tanah perdikan (Tanah Tidak berpajak). Situs bersejarah ini tak jauh dari pusat kota Mejayan dan Caruban.
Makam kiai Ageng Anom Besari berukuran kurang lebih 11×11 meter dan berada pada area tanah seluas 2,5 hektar. Di dalam komplek pemakaman terdapat beberapa tokoh antara lain, Raden Tumenggung Wignyosubroto, Raden Tumenggung Djayengrono, Raden Tumenggung Notosari, Pangeran Mangkudipuro, Raden Cokorokusumo I dan Raden Cokrokusumo II,
Menariknya dari makam kiai Ageng Anom Besari terdapat pundung atau gundukan tanah pada sekeliling makam. Konon gundukan tanah ini karena nama kiai Ageng Anom Besari adalah Ki Ageng Grabahan.
Selain itu, menurut keyakinan Jawa, jika ada makam yang memiliki pundung maka anak turunya adalah orang-orang yang berkuasa dan memiliki kekayaan.
Kenapa kiai Ageng Grabahan, berdasarkan buku yang di tulis oleh Louis Couperus yang berjudul The Hidden Force kekhawatiran Belanda terhadap Islam Jawa begitu tinggi sehingga segala bentuk penyebaran Islam harus diawasi dan dibatasi.
Fenomena perang Jawa (1825-1830) yang dipelopori oleh seorang raja Jawa bernama Pangeran Diponegoro mampu memobilisasi para ulama dan kiai kampung untuk melakukan perlawanan.
Meskipun peperangan Jawa dimenangkan oleh kolonial namun peperangan ini tak hanya membuat pemerintah Belanda bangkrut namun juga kehilangan 15.000 pasukan.
BACA JUGA : Mengenal Sosok Syekh Hamzah Fansuri Sufi Besar Nusantara
Oleh sebab itu, kiai Ageng Anom Besari menyamar sebagai seorang penjual gerabah. Hal itu dilakukan demi mendapat keleluasaan untuk melakukan penyebaran islam dari satu rumah ke rumah warga yang lain.
Keturunan Kiai Ageng Anom Besari
Dari Kiai Ageng Anom Besari lahir beberapa tokoh besar antara lain Kiai Katib Anom Besari, Kiai Muhamad Besari dan Kiai Imam Nur Sodiq.
Ketiga anaknya pergi ke Ponorogo untuk berguru atau nyantri kepada salah satu kiai yang ada di kota Reog bernama Kiai Donopuro.
Makam kiai Ageng Muhamad Besari dan kiai Nur Shodiq berada di desa Tegal Sari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo sedangkan kiai Katib Anom Besari berada di Kabupaten Tulung Agung. Tak jauh dari komplek makam tersebut juga ada makam Kiai Donopura dan Pangeran Sumende.
Sayangnya, tidak ada referensi yang utuh untuk menjelaskan perjalan hidup dan sepak terjang kiai Ageng Anom Besari. Masyarakat hanya mendapatkan informasi sejarah melalui metode gepok tular atau cerita dari satu orang ke orang yang lain.
Yang Pasti sosok Kiai Ageng Anom Besari adalah salah satu ulama besar yang menyebarkan ajaran islam di Tanah Caruban, Madiun dan sekitarnya.
Toh! sampai kini makam Kiai Ageng Anom Besari tidak pernah sepi dari pengunjung dan para penziarah.
2. Makam Kiai Basyariyah Sewulan
Makam kiai Basyariyah berada di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Jika dari pusat kota Madiun kurang lebih 7 sampai 8 KM ke arah selatan. Desa Sewulan sama juga dengan desa Kuncen yakni desa perdikan.
Selain komplek makam terdapat bangunan masjid Kuno yang bernama Masjid Basyariyah Sewulan. Secara arsitektur masjid ini memiliki kemiripan dengan masjid Agung Tegalsari, Ponorogo maupun masjid Agung Demak.
Menurut catatan sejarah masjid ini tidak mengalami perubahan semenjak dibangun. Salah satu ciri khas masjid kuno adalah adanya limas berundak tiga.
Limas berundak tiga memiliki arti iman, islam dan ihsan, sesuatu yang tidak lepas dari kehidupan seorang penganut ajaran Islam.
Sedangkan di sisi dalam terdapat penyangga berjumlah empat yang mengisyaratkan empat level spiritualitas yaitu Syariat, Tarekat, Hakekat, dan Makrifat.
BACA JUGA : Mengenal Sosok Tokoh Aceh Teungku Ismail Yakub
Setelah Masjid Basyariyah, terus siapa sebenarnya Kiai Ageng Basyariyah.
Siapa Kiai Ageng Basyariyah?
Kiai Ageng Basyariah adalah salah satu murid dari seorang tokoh dan ulama besar, Kiai Ageng Muhamad Besari, Ponorogo. Secara garis keturuan kiai Ageng Basyariyah atau RM Bagus Harun adalah keturunan ke-13 dari Prabu Brawijaya V.
Geger Pecinan di keraton Kartosura menjadi cikal bakal adanya Sewulan. Kiai Ageng Basyariah dan cucunya Muhamad Besari bernama Kiai Hasan Besari mampu merebut kekuasaan Kartosura dari tangan pemberontak Tionghoa.
Kemenangan perang ini berbuah hadiah dari keraton Kartosura tanah perdikan sewulan seluas 1.000 hektare. Karena Kiai Basyariyah seorang ulama maka bangunan pertama kali adalah Masjid.
Namun berdasarkan sumber gepok tular sepanjang hidupnya Kiai Ageng Basyariyah menjalani aktivitas keseharian di desa Pulosari, Ponorogo. Ia baru pindah ke desa sewulan pada usia senja karena ingin dirawat oleh anaknya bernama kiai Muhamad Santri.
Atau juga bisa berarti kiai Ageng Basyariyah berpindah-pindah tempat tinggal, kadang di Sewulan kadang di Pulosari.
Beberapa keturunan kiai Ageng Basyariyah yang termasyhur adalah Abdurahman Wahid alias Gus Dur, presiden Republik Indonesia ke-4.
Gus Dur mendapatkan garis keturunan dari neneknya yaitu istri dari Hadratus Syech Hasyim Asy’ari. Sebagaimana kita tahu Hadratus Syech Hasyim Asy’ari adalah pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama (NU).
Semenjak tahun 2004 Masjid Agung Sewulan dan Komplek Makam Sewulan masuka dalam cagar budaya yang wajib dilindungi. Selain Kiai Ageng Basyariyah masih banyak lagi tokoh dan ulama yang dimakamkan di komplek makam Sewulan.
3. Masjid Besar Kuno Taman Madiun
Selain berkunjung ke Makam Kiai Anom Besari dan Kiai Ageng Basyariyah. Kota ini memiliki Masjid Besar Kuno Taman Madiun.
Salah satu masjid yang menyimpan banyak sejarah tentang berdirinya kabupaten Madiun. Masjid Besar Kuno Taman Madiun berada di Jl. Asahan No. 46, di Kelurahan Taman, Kota Madiun.
Secara arsitektur masjid ini tak jauh berbeda dengan masjid-masjid Jawa pada umumnya. Hal itu bisa terlihat dari adanya empat tiang penyangga, jendela besar terbuka dan atap yang bergaya khas Joglo Jawa.
Pendiri masjid ini bernama Kiai Ageng Misbach. Ia adalah seorang penasehat Kanjeng Pangeran Rangga Prawirodirjo I dan makamnya terdapat di bagian luar Masjid. Pembangunan masjid Agung ini berkisar tahun 1754.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Sejarah Untuk Anak Muda
Keuntungan Masjid Besar Kuno Taman Madiun terletak di tengah kota sehingga dekat dengan akses transportasi, kuliner dan hotel.
Nah! demikiian sekilas tentang 3 wisata religi yang ada di kota Madiun. Jika datang berkunjung ke Kabupaten Madiun jangan lupa menyempatkan waktu untuk melakukan wisata religi ketiga tempat tersebut.
Semoga perjalan kalian menyenangkan, Ingat! sejarah adalah tempat kita menemukan ruang kontemplasi tentang kehidupan yang lalu.