Mudabicara.com_Perdana Menteri Hassan Diab menyebut ledakan Beirut sebagai “bencana nasional” sambil mengatakan depo yang menampung amonium nitrat telah ada sejak 2014. Dia memerintahkan investigasi dan akan menghukum mereka yang nantinya terbukti terlibat.
Ledakan ini menurut pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha, akan memperparah kepercayaan dunia internasional terhadap Lebanon, “Ledakan ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri Lebanon, Nassif Hitti, mengundurkan diri pada 3 Agustus, sehari sebelum ledakan pelabuhan. Mundurnya Menlu saja membuat persepsi dunia internasional melihat reformasi di Lebanon sangat suram karena tidak mampu mengelola konflik kepentingan. Ini dapat menjerumuskan Lebanon menjadi “negara yang gagal”.
Arya yang juga Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) ini menyebutkan bahwa ledakan Lebanon akan mempengaruhi perekonomian karena fasilitas pelabuhan rusak parah, “Pelabuhan itu adalah gerbang maritim terbesar Lebanon, tentu akan memperparah krisis ekonomi Lebanon. Mulai dari devaluasi mata uang lokal, banyak bisnis dan pekerjaan akan tutup, sehingga menambah pengangguran dan kemiskinan.”
Peraih Doktor Hubungan İnternasional dari Turki ini menganalisa bahwa rusak nya pelabuhan di Lebanon akan berdampak pada beralihnya jalur perdagangan ke pelabuhan Libya. “Dampaknya bagi negara lain, Libya akan kelimpahan tanda kutip “berkah” arus hilir mudik barang karena otomatis pelabuhan di Tripoli akan menjadi alternatif. Krisis ekonomi ini juga akan mempengaruhi persediaan makanan seperti gandum, bahan bakar, kebutuhan medis seperti obat-obatan, dan barang lainnya. Ini juga dapat berpotensi meningkatkan kapasitas pemerintahan sah Libya yang sekarang sedang menghadapi konflik.”
Ledakan ini juga diprediksi Arya akan berdampak secara sosial, “Pada Oktober 2019 sempat muncul gelombang protes nasional terhadap kasus korupsi, salah urus ekonomi dan politik sektarian, yang memaksa pengunduran diri Perdana Menteri Saad Hariri. Meskipun kerusuhan telah mereda, krisis ekonomi yang meningkat dan harga yang meningkat tajam membuat demonstrasi marak terjadi lagi pada Juni 2020 kemarin. Ledakan ini dapat memicu meningkatnya keresahan sosial, meski di sisi lain dapat menjadi momentum pemerintah mengalihkannya menjadi solidaritas nasional.”
Baca Juga: https://mudabicara.com/kpai-kecewa-siapa-yang-bertangung-jawab-jika-siswa-terinfeksi-covid-19/
Kunci mengakhiri krisis ini, salah satunya menurut Arya, tergantung solidaritas bantuan negara-negara lain, “Lebanon telah memulai pembicaraan dengan IMF untuk program pinjaman $ 10 miliar, tapi negosiasi terhenti karena kondisi keuangan nasional mengalami kerugian besar dan bermasalah secara sistem. Sementara, negara-negara di teluk akan berfikir keras apakah akan menginvestasikan bantuan untuk meningkatkan pengaruh di Lebanon atau justru khawatir menyalurkan bantuan karena akan jatuh ke tangan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran. Seperti Prancis, mereka akan mengirim pasokan medis dan dokter, tapi tidak melalui Pemerintah. Ini menunjukkan kepercayaan internasional ke Pemerintah Lebanon sangat rendah.”