Mudabicara.com_ “Dunia layaknya buku, dan bagi mereka yang tidak melakukan perjalanan, berarti hanya membaca satu halaman saja”. Kata Saint Augustine ini pantas bagi mereka yang belum datang ke Yogyakarta. Siapa yang tidak tahu dan tidak ingin ke Yogyakarta. Kota yang di bangun dengan penuh khazanah budaya. Kota yang dijuluki kota Pelajar sebab banyak orang datang dari manapun hanya ingin meraih pendidikan di Yogyakarta.
Hal itulah yang dilakukan Ahmad Sahide Pemuda Kelahiran desa Kindang, Bulukumba, pada 18 September 1984 lalu. Anak ke dua dari dua bersaudara ini lahir dari keluarga petani bukan dari keluarga kaya dan terpandang. Ke dua orang tua pun, ayah bernama Ahmad sebagai petani dan ibu bernama Husnah sebagai ibu rumah tangga.
Baca Juga : Kamal, Melawan Stigma Serta Usaha Kuliner di Kalimantan
Meskipun dalam keadaan keterbatasan ekonomi. Namun, semangat Sahide untuk mencari ilmu tinggi. Ditambah dukungan ke dua orang tua yang rela mengeluarkan banyak biaya untuk anak-anaknya untuk meraih Pendidikan yang lebih baik.
Pendidikan Ahmad Sahide
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah di MAN Model Makassar tahun 2000-2003. Sahide memutuskan untuk tidak langsung kuliah namun pergi ke Pare, Kediri, Jawa Tmur. Di Pare Sahide menghabiskan waktu untuk mendalami ilmu bahasa kemudian berkelana ke kota Yogyakarta.
Sahide mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Selama kuliah dia aktif berorganisasi dan mengembangkan dunia literasi. Kecintaannya terhadap literasi membuat dia membentuk Komunitas Belajar Menulis (KBM) di Yogyakarta. Sedangkan di kampung Halaman Sahide membangun sanggar baca yang Ia namakan Sanggar Baca Bawakaraeng.
Setelah menyelesaikan pendidikan Strata Satunya (S1) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sahide melanjutkan pendidikikan S2 di Universitas Gajah Mada (UGM) dengan konsentrasi Kajian Timur Tengah. Pada tahun 2016 Sahide meraih gelar Doktor di UGM dengan konsentrasi yang sama dengan S2-nya. Dan saat ini Sahide tercatat sebagai sekertaris kaprodi Ilmu Hubungan di kampus UMY.
Karya Ahmad Sahide
Karya yang telah lahir dari pemikiran Sahide yakni diantaranya buku Kebebasan dan Moralitas (2013), Ketegangan Politik Syiah-Sunni di Timur Tengah (2013), serta Mulla Sadra, Perempuan, dan Sastra (, 2013, bunga rampai), Kekuasaan dan Moralitas (2016), Gejolak Politik Timur Tengah (2017), kemudian Demokrasi dan Moral Politik (2018). Pada tahun 2019, hasil risetnya diterbitkan oleh Penerbit Kompas dengan judul The Arab Spring; Tantangan dan Harapan Demokratisasi dan pada tahun yang sama Ahmad Sahide bersama dengan Ali Muhammad dan Mutia Hariati Hussin menulis buku dengan judul Kebangkitan Kembali Great Power, Politik Luar Negeri Rusia Era Presiden Vladimir Putin.
Ahmad Sahide mendapatkan pernghargaan sebagai Best Presenter dalam International Conference on Social Transformation, Community and Social Development yang berlangsung di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia pada tanggal 7-9 November 2017. Pada bulan April 2018, Ahmad Sahide kembali mendapat kesempatan untuk mempresentasikan papernya yang berjudul “Donald Trump; Islamic World and Globally Political Order of Indonesian Perspective,” di Istanbul, Turki, dalam International Conference on Law and Political Science (ICLPS) .
Sepenggal kisah kesuksesan Ahmad Sahide ini semoga menjadi landasan pacu kita sebagai pemuda untuk tetap menumbuhkan semangat dalam meraih pendidikan tinggi. Kekurangan bukan halangan jika kebaikan menjadi landasan.
Simak publikasi ilmiah oleh Ahmad Sahide :
https://scholar.google.co.id/citations?user=wThCpO4AAAAJ&hl=en