Mengenal Teori Anarkisme Damai Pierre Joseph Proudhon

Sosok Inspiratif1144 Dilihat

Mudabicara.com_ Dalam kajian sosial terutama tentang ideologi anarkisme nama Pierre-Joseph Proudhon tentu tidak asing lagi. Ia merupakan orang yang pertama menyebut dirinya sendiri dengan “saya adalah seorang anarkis”. 

Lalu siapa sebenarnya siapa Pierre-Joseph Proudhon, bagaimana perjalan hidupnya, apa saja teori dan gerakan sosial yang pernah ia lakukan. 

Kini mudabicara ingin mengulas tentang teori anarkisme damai Pierre Joseph Proudhon. Lebih lengkapnya simak ulasan berikut ini:

BACA JUGA : Mengenal Pemikiran Emile Durkheim, Bapak Sosiologi Modern

Sekilas Tentang Pierre-Joseph Proudhon?

Pierre-Joseph Proudhon lahir  pada 15 Januari 1809 dari keluarga miskin di Besancon,  Perancis . Ayahnya adalah pembuat bir dan penjaga kedai. Pada usia sembilan tahun Proudhon bekerja sebagai penggembala sapi di pegunungan Jura.

Sampai akhir hidupnya, pemikiran Proudhon tak jauh dari masa lalunya. Ia membayangkan sebuah masyarakat ideal adalah masyarakat di mana petani dan rakyat kecil hidup dalam kebebasan, kedamaian, dan kemiskinan yang bermartabat.

Sebagai anak muda, Proudhon menunjukan kemampuan akademis yang bagus. Hal itu terbukti saat ia mendapat beasiswa di salah satu perguruan tinggi di Besancon. 

Sayangnya, pada saat proses belajar Proudhon mengalami kesulitan ekonomi, hal tersebut memaksanya untuk bekerja di salah satu tempat media cetak. 

BACA JUGA : Apa Itu Anarkisme? Pengertian dan Cirinya

Namun berkerja di media cetaklah yang membuat dia belajar banyak hal mulai dari bahasa Latin, Yunani bahkan Ibrani. Di samping itu ia juga bertemu salah satu pemikir sosialis utopis bernama Charles Fourier. 

Dengan pengalaman berkerja di media cetak membuatnya memberanikan diri mendirikan perusahaan media meskipun pada akhirnya gagal karena minimnya manajemen.

Meski begitu, tak lekas membuatnya menyerah. Ia melanjutkan minatnya dalam menulis terutama terkait prosa Perancis. Hasil tulisannya pun mendapat perhatian dari berbagai tokoh seperti Flaubert, Sainte-Beuve, dan Baudelaire. 

Pada tahun 1838, dengan kemampuan menulis ia memperoleh pensiun Suard. Sebuah beasiswa untuk pemuda berbakat di Perancis untuk belajar ke jenjang lebih tinggi. 

Pandangan Hidup dan Politik

Beasiswa memberi kesempatan Proudhon untuk belajar di  Paris . Pada tahun 1839 ia menulis sebuah risalah  L’Utilité de la célébration du dimanche,  yang berisi benih-benih gagasan revolusionernya.

Pada tahun 1840 ia menulis buku penting pertamanya berjudul Qu’est-ce que la proprieté ? ( What Is Property?, (1876). Dari buku tersebut muncul satu pernyataan mengejutkan darinya tentang , “Saya seorang anarkis,” dan, “Properti adalah pencurian!”. 

Analisis tulisanya mengkritik, bukan pada hak petani untuk memiliki tanahnya dan pengrajin untuk memiliki peralatannya, tetapi pada jenis kepemilikan properti di mana satu orang mengeksploitasi kerja orang lain.

Tulisanya mendapat kritikan dan ia dituntut atas pernyataan-pernyataan dalam bukunyaWhat Is Property?. Meskipun kali pertama lolos namun pada tahun 1842, Ia tetap di adili pada penerbitan buku berikutnya yang berjudul Avertissement aux proprietaires. 

Buku yang berisi tentang provokasi dan propagandan tentang kepemilikan. Meskipun pada akhirnya hakim membebaskannya karena argumentasi dan rasionalisasi Proudhon yang kuat.

BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Politik Untuk Anak Muda

Pada tahun 1843, ia pergi ke Lyon untuk bekerja sebagai juru tulis di sebuah perusahaan transportasi air. Di sana ia bertemu dengan sebuah perkumpulan pekerja rahasia.

Perkumpulan ini bernama Kaum Mutualis. Kelompok yang mengembangkan doktrin protoanarkis bahwa pabrik-pabrik di era industri berkembang dapat dioperasikan oleh asosiasi-asosiasi pekerja.

Bahwa para pekerja dengan aksi ekonomi dapat mengubah masyarakat bukan melalui revolusi kekerasan. 

Proudhon menerima pandangan kelompok ini sekaligus mengakui mentor kelas pekerja Lyonnais. Pada akhirnya ia mengadopsi nama Mutualisme untuk bentuk anarkismenya atau lebih kita kenal teori anarkisme damai Pierre-Joseph Proudhon. 

Menuju Kematangan Berfikir

Selain itu, dalam kunjungannya ke Paris Proudhon bertemu dengan  feminis  Sosialis Flora Tristan, berkenalan dengan  Karl Marx, Mikhail Bakunin dan Aleksandr Herzen.

Setelah pergulatan pemikiran yang panjang Proudhon menulis artikel ketiganya tentang properti, artikel yang berbentuk surat kepada Fourierist, M. Considerant. Lagi-lagi hasil tulisanya membuat ia datang ke pengadilan di Besancon meskipun akhirnya tetap bebas.

Pada tahun 1846, ia mengkritik Marx atas organisasi  gerakan Sosialis, menolak ide-ide otoriter dan sentralis Marx.

Ia menerbitkan  Sistem Kontradiksi économiques, ou Philosophie de la misère  (1846;  System of Economic Contradictions: or, The Philosophy of Poverty,  1888).

Kemudian Marx menanggapi dengan artikel atau buku berjudul  La misère de la philosophie  (1847 ;  Kemiskinan Filsafat,  1910).

BACA JUGA : Resensi Buku Filosofi Teras: Hidup Harus Bahagia

Proudhon dan Gerakan Revolusi 1848

Pada bulan Februari 1848, Proudhon meninggalkan jabatannya di Lyon dan pergi ke Paris, untuk memulai makalah  Le Représentant du people,  di mana ia menyusun program kerjasama keuangan timbal balik diantara para pekerja.

Ia percaya bahwa program kerjasama hubungan akan mentransfer kendali hubungan ekonomi dari kapitalis dan pemodal ke pekerja.

Bagian utama dari rencananya adalah pendirian bank untuk memberikan kredit dengan tingkat bunga yang sangat rendah dan penerbitan “uang kertas” sebagai pengganti uang berbasis emas.

Pada Februari 1848, Proudhon ikut serta dalam Gerakan Revolusi 1848 yang memproklamasikan “republik pertama” dari republik baru. 

Namun ia memiliki keraguan tentang narasi pemerintahan baru. Sebab Gerakan Revolusi 1848 mengejar reformasi politik namun mengorbankan reformasi sosial-ekonomi, yang menurut Proudhon hal mendasar.

Selama Gerakan Revolusi 1848 , Proudhon membuat gebrakan pada publik melalui jurnalismenya. Selama dua tahun ia mengedit total empat artikel.

BACA JUGA : 10 Tips Cara Berkomunikasi Positif Dengan Anak

Beberapa artikel tersebut antara lain La Représentant du Peuple  (Februari 1848 – Agustus 1848); Le Peuple  (September 1848 – Juni 1849); La Voix du Peuple  (September 1849 – Mei 1850) dan Le Peuple de 1850  (Juni 1850 – Oktober 1850).

Sayangnya semuanya artikel tersebut mendapat sensor dan pembredelan dari pemerintah.

Masuk Majelis Konstituante Republik Kedua

Pada bulan Juni 1848, Proudhon terpilih menjadi anggota Majelis Konstituante Republik Kedua. Tetapi keterpilihan tersebut malah membatasi dirinya untuk mengkritik pemerintah yang cenderung otoriter. 

Di samping itu, Proudhon berusaha untuk mendirikan Bank Rakyat yang akan memberikan kredit ringan untuk para pekerja. Menurutnya pekerja harus mendapat upah sesuai dengan jam kerjanya.  

Meskipun menaruh simpati pada ketidakadilan sosial dan keadaan psikologis demonstran. Proudhon tidak menyetujui adanya narasi kekerasan saat demonstrasi Gerakan Revolusi 1848.

Proudhon secara personal mengunjungi para demonstran untuk memberikan semangat moril. Baginya kehadirannya di Bastille merupakan “salah satu tindakan paling terhormat dalam hidup saya,”.

Tetapi secara umum selama peristiwa-peristiwa penuh gejolak tahun 1848, Proudhon menentang pemberontakan. Ia malah memberikan opini tentang perdamaian, sesuai dengan teori anarkisme damainya.

Proudhon Dari Tahanan Ke Tahanan

Pada tahun 1849 Proudhon mendapat hukuman 3 tahun penjara karena mengkritik Louis-Napoleon yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik. Louis-Napoleon mendaku sebagai  Kaisar Napoleon III. 

Meski di penjara teman-temannya boleh mengunjunginya bahkan kadang Proudhon juga bisa keluar berjalan-jalan. Saat di penjara ia menulis dua buku terpentingnya berjudul Confessions d’un révolutionnaire  (1849) dan  Idée générale de la révolution au XIXe siècle (1851).

Karya tulisan ini menyajikan lebih lengkap apa yang menjadi visi dan cita-citanya yaitu tentang masyarakat dunia federal tanpa batas-batas atau negara-negara nasional.

BACA JUGA : Apa itu Fasisme? Pengertian dan Cirinya

Setelah bebas dari penjara pada tahun 1852 Proudhon terus-menerus mendapat pengawasan dari polisi, konsekuensi logisnya ia tidak dapat mempublikasikan satu pun tulisan. 

Pada tahun 1858, ia mencoba membujuk penerbit untuk menerbitkan mahakarya tiga jilidnya  De la justice dans la Révolution et dans l’église,  di mana ia membandingkan teori keadilan humanis dengan asumsi transendental gereja.

Setelah terbit buku itu disita. Hal itu mengakibatkan Proudhon melarikan diri ke  Belgia namun ia tertangkap dan mendapat hukuman penjara kemudian diasingkan sampai tahun 1862. 

Dalam pengasingan Proudhon tetap mengembangkan kritiknya terhadap nasionalisme dan ide-idenya tentang federasi dunia yang terwujud dalam Du Principe fédératif,  1863.

Setelah kembali dari pengasingan, Proudhon mulai mendapat pengaruh dari kaum buruh tentang ide mutualis. Karya terakhirnya adalah De la capacité politique des class ouvrières  (1865)  yang membahas tentang pengembangan teori pekerja harus membebaskan diri melalui tindakan ekonomi.

Pikiran dan Karya Proudhon

Proudhon adalah seorang ahli teori pertama yang menyebut dirinya sebagai “anarkis”. Dia mengatakan, dalam  The Federal Principle  bahwa “gagasan anarki” dalam politik sama rasional dan positifnya dengan yang lain.

Teori anarkisme damai Pierre Joseph Proudhon adalah jalan perubahan secara kolektif kepemilikan alat-alat produksi. Baginya jika fungsi industri mengambil alih fungsi politik, maka transaksi bisnis saja yang menghasilkan tatanan sosial.

Karya-karya Proudhon awal menganalisis sifat dan masalah ekonomi kapitalis. Meskipun sangat kritis terhadap kapitalisme, ia juga keberatan dengan kaum sosialis kontemporer yang mengidolakan asosiasi.

Dalam serangkaian komentar, dari  Apa itu Properti? (1840) melalui Théorie de la proprieté  ( Theory of Property, 1863-1864) yang diterbitkan secara anumerta.

Proudhon menyatakan bahwa “properti adalah pencurian.  “milik tidak mungkin,” “milik adalah despotisme,” dan “milik adalah kebebasan.”

Ungkapan-ungkapan ini, membangkitkan perhatian dengan slogan-slogan yang propagandis meskipun sifat sejati dari pemikirannya adalah teori anarkisme damai

Dengan “properti adalah pencurian,” Proudhon merujuk pada pemilik tanah atau kapitalis yang dia yakini  mencuri  keuntungan dari para pekerja.

BACA JUGA : Memahami Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme Max Weber

Proudhon memandang karyawan kapitalis sebagai “disubordinasikan, dieksploitasi, kondisi permanennya adalah kepatuhan”  (Gagasan Umum Revolusi).

Dalam  Theory of Property,  ia menyatakan bahwa properti adalah satu-satunya kekuatan yang dapat bertindak sebagai penyeimbang bagi Negara.

Proudhon mempertahankan gagasan properti sebagai pencurian dan pada saat yang sama ia menawarkan definisi baru tentang kebebasan yang menjadi benteng melawan kekuasaan negara terus merambah.

Dalam menegaskan bahwa “milik adalah kebebasan”, Proudhon merujuk tidak hanya pada produk kerja individu, tetapi juga pada rumah dan peralatan petani atau pengrajin, dan pendapatan yang diterima dengan menjual barang-barangnya.

Proudhon menganggap kerja sebagai satu-satunya sumber yang sah dari milik; apa yang dihasilkan seseorang adalah miliknya dan apa pun di luar itu bukan miliknya.

Sosialis Libertarian Proudhon

Proudhon adalah seorang sosialis libertarian. Ia pendukung kepemilikan kolektif atas alat-alat produksi dan manajemen mandiri terhadap kepemilikan kapitalis atas alat-alat produksi.

Dia bukan seorang komunis bahkan ia menolak kepemilikan produk-produk kerja oleh masyarakat. Argumennya jelas dalam  Apa itu Properti? bahwa sementara “hak atas sarana bersifat umum”, “hak atas produk bersifat eksklusif”.

Dia mengusulkan bahwa pengguna harus memiliki alat produksi di bawah pengawasan masyarakat, dengan pengorganisasian masyarakat untuk “mengatur pasar.”

Proudhon menyebut kepemilikan-penggunaan ini sebagai “kepemilikan”, dan sistem ekonominya mutualisme.

Proudhon mendasarkan argumennya terhadap hak atas tanah dan kapital pada moralitas, ekonomi, politik, dan kebebasan individu.

Salah satu argumen tersebut akan menghindari adanya ketidakstabilan sosial. Sebab seorang kapital akan menciptakan siklus utang yang akhirnya mengalahkan kapasitas tenaga kerja untuk melunasinya.

BACA JUGA : Mengenal Karya Auguste Comte: Course of Positive Philosophy

Argumen lain adalah bahwa hak atas tanah dan modal menghasilkan “despotisme” dan mengubah pekerja menjadi budak.

Properti, bertindak dengan pengecualian dan perambahan, sementara populasi meningkat, telah menjadi prinsip kehidupan dan penyebab definitif dari semua revolusi. Perang agama, dan perang penaklukan, ketika mereka berhenti dari pemusnahan ras, hanyalah gangguan yang tidak disengaja, yang segera diperbaiki oleh perkembangan matematis kehidupan bangsa-bangsa. Kejatuhan dan kematian masyarakat disebabkan oleh kekuatan akumulasi yang dimiliki oleh properti.  Proudhon,  Apa Itu Properti?

Proudhon menentang baik kapitalisme maupun kepemilikan negara atas properti. Bagi proudhon kepemilikan “properti” harus didistribusikan secara merata dan dibatasi ukurannya pada yang benar-benar digunakan oleh individu, keluarga dan asosiasi pekerja.

Dia membela hak waris “sebagai salah satu fondasi keluarga dan masyarakat tetapi menolak untuk memperluas ini di luar kepemilikan pribadi ke alat-alat kerja, yang dimiliki oleh asosiasi pekerja.

Teori Anarkisme Damai Pierre Joseph Proudhon

Proudhon mengadopsi istilah “mutualisme” untuk merek teori anarkisme damai yang melibatkan kontrol atas alat-alat produksi oleh para pekerja.

Dalam skemanya, pengrajin, petani, dan koperasi wiraswasta akan memperdagangkan produk mereka di pasar. Pabrik dan tempat kerja besar lainnya akan dijalankan oleh ‘asosiasi buruh’ yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi langsung.

Tidak akan ada negara bagian, sebaliknya, masyarakat akan diorganisir oleh federasi “komune bebas” (dalam bahasa Prancis, kata “komune” mengacu pada kotamadya lokal).

Pada tahun 1863 Proudhon berkata: “Semua ide ekonomi yang saya kembangkan selama dua puluh lima tahun dapat diringkas dalam kata: federasi pertanian-industri.

BACA JUGA : Apa Itu Gaya Kepemimpinan Partisipatif? Pengertian, Ciri dan Manfaatnya

Semua ide politik saya bermuara pada formula yang sama: federasi politik atau desentralisasi.

Pada Prinsipnya konsep revolusi Proudhon tidak memerlukan pergolakan kekerasan atau perang saudara. Melainkan lebih transformasi masyarakat melalui reformasi moneter, pembentukan koperasi dan pembentukan asosiasi-asosiasi pekerja.

Meskipun Proudhon adalah seorang pemikir independen dan tidak berniat menciptakan sistem filosofis, ide-idenya tetap menjadi pengaruh tunggal yang paling penting di  Prancis.

Ide-idenya penting bagi pendirian Asosiasi Pekerja Internasional Pertama meskipun dibubarkan oleh ideologi perseteruan antara kaum Marxis  dan para pengikut anarkis murid Proudhon yaitu Mikhail Bakunin

Tulisan Terkait: