Puisi Gus Mus ‘Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku Terlalu Peka’

Sastra983 Dilihat

Mudabicara.com_ Peperangan di Gaza memakan banyak korban, terutama anak-anak, perempuan dan lansia. Berikut puisi KH Mustofa Bisri (Gus Mus) tentang Palestina.

Puisi Gus Mus

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Ketika mobilmu melanda seekor anjing di jalan

Dan kurasakan derak tengkoraknya yang remuk digilas ban radialmu

Aku ingin muntah dan kau ngakak sambil mengumpat “mampus kau, najis!”

——————————–

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Di depan layar datar televisi produk mutakhir

Di ruang keluarga yang lapang dan terang benderang

Kau dan keluargamu menyaksikan gelombang gelap melanda beberapa kawasan di dunia

Bahkan di negerimu sendiri sambil melahap pizza dan ayam goreng Amerika

——————————–

Di layar kaca dalam warna sesuai aslinya

Kalian lihat asap mengepul

Orang-orang berlarian tanpa arah

Bocah-bocah kurus pucat di pelukan ibunya yang meraung-raung di samping mayat lelaki yang terkapar berbantalkan sepotong paha kawannya

 ——————————–

Terdengar dari speaker stereomu dentuman demi dentuman

Gelegar meriam berbaur dengan lengking tangis dan jeritan putus asa anak-anak manusia

Layar kaca terus menayangkan gambar hidup orang-orang mati dan orang-orang yang berangkat mati

Di Somalia, kerangka-kerangka hidup rakyat tanpa daya

Dikeroyok anjing-anjing dan dikerubuti lalat-lalat yang juga lapar

Anak-anakmu berebut fried chicken yang hangat

Seperti politisi-politisi musiman berebut kursi

Seperti pakar-pakar kambuhan berebut benar

——————————–

Puing-puing di Irak, di Libia, di Syiria, di Yaman meluapkan bau bangkai dan mesiu

Di Gaza, potongan-potongan mayat bergelimpangan di antara reruntuhan bangunan

Seperti kena kutuk, kematian dan pembantaian terus berlangsung di berbagai belahan dunia

——————————–

Istrimu menyodorkan piring pizza ke mukamu

Kau menghirup sedap aromanya sebentar, lalu menjejalkan sepotong ke mulutmu

Seperti para pengamat yang menjejalkan potongan-potongan pernyataan ke telinga media yang terbuka

Seperti kelompok Muslim kota yang baru menghirup sedap aroma Islam, lalu menjejalkan sepotong pemahaman mereka ke mana-mana

——————————–

Kekuatan dengan dingin terus menggerus yang lemah

Keganasan dengan bangga melalap segala

Kekerasan mencabik-cabik persaudaraan

Dendam membakar sisa-sisa kemanusiaan

Kengerian mencekam di seantero kota dan desa

——————————–

Ibu pertiwi pun bersimbah darah

Air mata tak putus-putus pula mengalir di tanah air

Dan kau sekeluarga bersendawa

Setelah mengeroyok makanan Amerika

Dan meneguk kaleng-kaleng Coca-Cola

Seperti para elit politik yang merasa lega

Manuver mereka berhasil meramaikan pers merdeka

Seperti para mualaf metropolitan yang merasa nyaman meneriakan takbir jihad dan retorika takwa dan iman

——————————–

Pemandangan memilukan pun tak mampu mengusik seleramu

Apalagi tak lama kemudian sinetron yang seronok dengan cepat membawamu kembali ke duniamu

Seperti para koruptor tak terusik oleh berita-berita pengusutan korupsi

Apalagi tak lama kemudian

Berita pengusutan itu menguap tak berkelanjutan lagi

——————————–

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan ibu dan saudara-saudaramu diperkosa dan dilecehkan

Dan zakar kalian tegang seperti menonton film biru picisan

Seperti para cerdik pandai dan jurkam partai yang orgasme mendengar suara mereka sendiri

——————————–

Oh, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian?

Pemandangan yang mengerikan pun tak mampu mengganggu nafsumu

Apalagi segera datang tayangan gosip selebritis yang penuh gelak tawa

Mengasyikkan dan menghiburmu seperti para pemimpin yang tak terganggu oleh keluh kesah keresahan rakyat mereka

Apalagi segera datang dukungan dari kawan untuk mempertahankan kedudukan

——————————–

Bila kau dan kawan-kawanmu sesekali membicarakan bencana kemanusiaan ini di kafe-kafe

Sambil mendengarkan para artis bernyanyi

Atau di hotel-hotel berbintang sambil mendengarkan para pakar berteori

Kau pun telah merasa ikut berjasa dalam mencari solusi

——————————–

Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa

Dengan gaya yang sama dan irama yang sama

Seolah-olah kalian berada di luar masalah manusia

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri membawakan puisi Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku Terlalu Peka pada acara bertajuk Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina yang diselenggarakan Kementerian Agama (Kemenag) RI di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Selasa (2/1/2024) sebagaimana dilansir NU Online.

Bait-bait panjang puisi tersebut dirapalkannya langsung di hadapan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun dan disaksikan oleh banyak pasang mata.

Puisi panjang tersebut memuat kompilasi penggambaran atas situasi yang terjadi saat ini, di mana nilai kemanusiaan meluntur dan menggambarkan ironi realitas politik.  Pembacaan puisi itu diiringi musik latar menggugah hati yang dibawakan Sastro Adi.

Tulisan Terkait: