Mudabicara.com_ Peperangan di Gaza memakan banyak korban, terutama anak-anak, perempuan dan lansia. Berikut puisi KH Mustofa Bisri (Gus Mus) tentang Palestina.
Puisi Gus Mus
Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Ketika mobilmu melanda seekor anjing di jalan
Dan kurasakan derak tengkoraknya yang remuk digilas ban radialmu
Aku ingin muntah dan kau ngakak sambil mengumpat “mampus kau, najis!”
——————————–
Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Di depan layar datar televisi produk mutakhir
Di ruang keluarga yang lapang dan terang benderang
Kau dan keluargamu menyaksikan gelombang gelap melanda beberapa kawasan di dunia
Bahkan di negerimu sendiri sambil melahap pizza dan ayam goreng Amerika
——————————–
Di layar kaca dalam warna sesuai aslinya
Kalian lihat asap mengepul
Orang-orang berlarian tanpa arah
Bocah-bocah kurus pucat di pelukan ibunya yang meraung-raung di samping mayat lelaki yang terkapar berbantalkan sepotong paha kawannya
——————————–
Terdengar dari speaker stereomu dentuman demi dentuman
Layar kaca terus menayangkan gambar hidup orang-orang mati dan orang-orang yang berangkat mati
Di Somalia, kerangka-kerangka hidup rakyat tanpa daya
Dikeroyok anjing-anjing dan dikerubuti lalat-lalat yang juga lapar
Anak-anakmu berebut fried chicken yang hangat
Seperti politisi-politisi musiman berebut kursi
Seperti pakar-pakar kambuhan berebut benar
——————————–
Puing-puing di Irak, di Libia, di Syiria, di Yaman meluapkan bau bangkai dan mesiu
Di Gaza, potongan-potongan mayat bergelimpangan di antara reruntuhan bangunan
Seperti kena kutuk, kematian dan pembantaian terus berlangsung di berbagai belahan dunia
——————————–
Istrimu menyodorkan piring pizza ke mukamu
Kau menghirup sedap aromanya sebentar, lalu menjejalkan sepotong ke mulutmu
Seperti kelompok Muslim kota yang baru menghirup sedap aroma Islam, lalu menjejalkan sepotong pemahaman mereka ke mana-mana
——————————–
Kekuatan dengan dingin terus menggerus yang lemah
Keganasan dengan bangga melalap segala
Kekerasan mencabik-cabik persaudaraan
Dendam membakar sisa-sisa kemanusiaan
Kengerian mencekam di seantero kota dan desa
——————————–
Ibu pertiwi pun bersimbah darah
Air mata tak putus-putus pula mengalir di tanah air
Dan kau sekeluarga bersendawa
Setelah mengeroyok makanan Amerika
Dan meneguk kaleng-kaleng Coca-Cola
Seperti para elit politik yang merasa lega
Manuver mereka berhasil meramaikan pers merdeka
Seperti para mualaf metropolitan yang merasa nyaman meneriakan takbir jihad dan retorika takwa dan iman
——————————–
Pemandangan memilukan pun tak mampu mengusik seleramu
Apalagi tak lama kemudian sinetron yang seronok dengan cepat membawamu kembali ke duniamu
Seperti para koruptor tak terusik oleh berita-berita pengusutan korupsi
Apalagi tak lama kemudian
Berita pengusutan itu menguap tak berkelanjutan lagi
——————————–
Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?
Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan ibu dan saudara-saudaramu diperkosa dan dilecehkan
Dan zakar kalian tegang seperti menonton film biru picisan
Seperti para cerdik pandai dan jurkam partai yang orgasme mendengar suara mereka sendiri
Oh, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian?
Pemandangan yang mengerikan pun tak mampu mengganggu nafsumu
Apalagi segera datang tayangan gosip selebritis yang penuh gelak tawa
Mengasyikkan dan menghiburmu seperti para pemimpin yang tak terganggu oleh keluh kesah keresahan rakyat mereka
Apalagi segera datang dukungan dari kawan untuk mempertahankan kedudukan
——————————–
Bila kau dan kawan-kawanmu sesekali membicarakan bencana kemanusiaan ini di kafe-kafe
Sambil mendengarkan para artis bernyanyi
Atau di hotel-hotel berbintang sambil mendengarkan para pakar berteori
Kau pun telah merasa ikut berjasa dalam mencari solusi
——————————–
Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa
Dengan gaya yang sama dan irama yang sama
Seolah-olah kalian berada di luar masalah manusia
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri membawakan puisi Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku Terlalu Peka pada acara bertajuk Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina yang diselenggarakan Kementerian Agama (Kemenag) RI di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Selasa (2/1/2024) sebagaimana dilansir NU Online.
Bait-bait panjang puisi tersebut dirapalkannya langsung di hadapan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun dan disaksikan oleh banyak pasang mata.
Puisi panjang tersebut memuat kompilasi penggambaran atas situasi yang terjadi saat ini, di mana nilai kemanusiaan meluntur dan menggambarkan ironi realitas politik. Pembacaan puisi itu diiringi musik latar menggugah hati yang dibawakan Sastro Adi.