Wamendes: Digitalisasi Desa Jadi Kunci Indonesia Berdaya Saing

Pendidikan17 Dilihat

Mudabicara.com_Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Wamendes PDT) A. Riza Patria menegaskan bahwa digitalisasi desa merupakan fondasi penting dalam mewujudkan Indonesia berdaya saing di era global.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber Digital Campus Orientation (Digication) Batch 9 Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) pada Jumat (19/09/2025).

Dalam paparannya, Riza menyebut digitalisasi desa bukan sekadar penyediaan akses internet, tetapi transformasi menyeluruh dalam cara berpikir, bekerja, dan berinteraksi masyarakat dengan teknologi. Tujuannya meningkatkan kualitas hidup sekaligus kesejahteraan masyarakat desa.

Meski masih dihadapkan pada tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, rendahnya literasi digital, dan kebutuhan pelatihan berkelanjutan, ia optimistis digitalisasi membuka peluang besar.

Baca Juga: Prabowo Resmi Teken Perpres, IKN Siap Ditransformasi Jadi Pusat Politik 2028

Akses pasar yang lebih luas, efisiensi distribusi, serta penciptaan lapangan kerja baru menjadi potensi nyata bagi desa-desa di Indonesia.

Riza menyampaikan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal telah merancang Program Desa Digital melalui dukungan infrastruktur, pelatihan keterampilan digital, dan pendampingan UMKM.

Regulasi pun sudah disiapkan, termasuk Permendesa No. 2 Tahun 2024 tentang operasional dana desa dan Kepmendesa No. 55 Tahun 2024 tentang panduan pengembangan Desa Cerdas.

“Kolaborasi multipihak sangat menentukan keberhasilan digitalisasi desa. Pemerintah, kampus, swasta, dan masyarakat harus bersinergi,” ujar Riza.

Ia menekankan peran strategis perguruan tinggi sebagai pusat riset, pelatihan, dan pengabdian masyarakat.

Kampus didorong untuk menjadi jembatan antara teori dan praktik, termasuk membantu desa dalam transformasi digital berbasis e-commerce.

Balongdowo dan Kasegeran Contoh Keberhasilan Digitalisasi Desa

Pada kesempatan itu, Riza menyampaikan keberhasilan transformasi digital di Desa Balongdowo, Sidoarjo, Jawa Timur.

Transformasi digital di desa ini ditandai dengan keberhasilan pemasaran produk lokal seperti kupang yang dipasarkan melalui platform e-commerce besar seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Dalam satu tahun pertama, penjualan online meningkat hingga 300%.

Kemudian di Desa Kasegeran, Banyumas, Jawa Tengah, yang bertransformasi menjadi Desa YouTuber berkat inisiatif seorang warga bernama Nugroho atau akrab disapa Sibun.

“Awalnya ia hanya membuat konten mekanik di bengkel kecilnya, namun kemudian berhasil menjadi YouTuber dengan penghasilan signifikan,” jelas Riza.

Sibun lalu membagikan ilmunya kepada warga sekitar, melatih mereka menjadi YouTuber profesional. Dampaknya sangat terasa. Warga yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap kini dapat memperoleh pendapatan dari platform digital.

Riza menegaskan digitalisasi desa akan menjadi fondasi ekonomi inklusif, membuka peluang masa depan, sekaligus menjadikan desa sebagai pilar kekuatan Indonesia di kancah global.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR RI Hadiri Diskusi Terkait Geopark Kaldera Toba di USU

“Digitalisasi desa bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang memberdayakan masyarakat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan sejahtera bagi seluruh Indonesia,” tuturnya.

Tentang Digication

Digication merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi mahasiswa baru UICI sebagai pengenalan lingkungan akademik dan sistem pembelajaran berbasis digital.

Digication Batch 9 tahun ini mengusung tema “Mendorong Ekonomi Baru: Peran Blockchain dan Artificial Intelligence dalam Membuka Kesempatan Kerja”.

Ketua Panitia Digication sekaligus Kepala Program Studi Bisnis Digital UICI, Moh. Jawahir, menegaskan bahwa tema tersebut dipilih untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman yang relevan menghadapi era disrupsi.

“Tema ini dipilih tentu untuk membekali mahasiswa baru UICI dengan wawasan dan mindset yang tepat, bahwa teknologi bukanlah ancaman, melainkan alat potensial untuk menciptakan lapangan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi inklusif,” ujar Jawahir.

Tulisan Terkait: