Mudabicara.com_Satu bulan yang lalu, Bapak saya nanya, “Fir, couku ndei caki nami ke?“. jawab saya “udah gak usah milih, golput aja”.
Jawaban tersebut muncul dengan penuh pesimis sebab melihat pesta politik di Bima yang semakin tidak beradab.
Semua berawal setelah saya melihat konstalasi kampanye para calon bupati Bima di media sosial. Namun tiba-tiba saja saya tertarik melihat cara salah satu pasangan dalam melakukan proses kampanye.
BACA JUGA : PILKADA SERENTAK DAN INTERNASIONALISASI KEPALA DAERAH
Tentunya beradab, tidak melibatkan anak sekolah, dan tentu jauh dari suasana konflik persaudaraan, tidak menghujat pasangan lain, apalagi menyakiti hati lawan politiknya. Tentu jauh dari itu semua. Ya syukurnya, pasangan ini datang ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) di awali dengan zikir dan do’a. Keren kan!
Teringat nasehat Gus dur, ketika beliau dilengserkan oleh lawan politiknya. “Ngapain mempertahankan jabatan, jika harus mengorbankan darah rakyat Indonesia”. Melihat fenomena di Bima saya beranggapan bahwa “Lah ini belum terpilih sudah berani mengorbankan rakyatnya demi kepentingan pribadi”. Sudahlah rakyat sudah bosan dengan janji-janji politik yang tak pernah terealisasi.
Setelah mengamati salah satu calon, dalam hati saya bilang, “boleh juga ne orang”. Coba ah!, saya mau telusuri profil mereka.
Mengenal Sosok
Ternyata salah satu pasangan calon ini adalah seorang dokter. Ia terkenal ramah dan merakyat. Info tersebut saya dapatkan dari para emak-emak di kampung yang pernah berobat di tempat pasangan ini praktek.
Kenapa hari ini saya memutuskan untuk memilih mereka berdua?. Singkat aja alasannya pasangan ini memiliki ahlak yang baik. Jadi teringat dengan sebuah dalil “innama buistum liutammimma maqorimal Ahlak” (nabi di utus ke dunia ini salah satunya untuk menyempurnakan ahlak).Pertanyaan saya, Nabi kan sudah wafat, lalu siapa dong yang melanjutkan dakwah beliau dalam bidang politik.
Fikir saya sejenak. Uumm! mungkin ini salah satu orang yang melanjutkan risalah kenabian dalam dunia politik. Semoga ketika diberi amanah, pasangan ini mampu mewujudkan masyarakat Madani, seperti halnya yang nabi lakukan pada saat di madina. Wallahualam..
Tapi yakin lah Insyahallah pasangan calon ini ideal dan tentu memiliki nilai lebih dibandingkan dengan calon yang lainnya, tanpa bermaksud untuk merendahkan pasangan calon yang lain juga.
Sebab hemat saya kalau awalnya saja sudah menciptakan konflik, apalagi nanti kalau sudah jadi. Sebab jika pondasi dibangun dengan cara konflik, besar kemungkinan rumah besar itu (Bima) akan diwarnai dengan konflik juga.
Terus terang saya tidak mengenal, dan tidak mau tahu juga dengan pasangan ini. Namun tidak tahu mengapa saya punya keinginan untuk memberikan konstribusi kepada pasangan ini. Minimal dengan memilih dan mengajak sanak saudara untuk berbondong-bondong datang ke TPS dalam memenangkan pasangan calon ini. Supaya tidak menjadi beban di kemudian hari.
Setidaknya saya bersama keluarga sudah memenuhi kewajiban sebagai rakyat yang taat akan pentingnya nilai demokrasi yang “JURDIL” (jujur dan adil).
“Kenapa kamu mau mendukung dan berjuang untuk orang yang tidak kamu kenal?
Motifasi saya cuman satu. Ini perintah agama, pilihlah pemimpin karena ahlak, jujur dan adil. dan diantara pasangan calon yang lain, bagi saya pribadi calon ini memiliki kriteria itu, walaupun belum sempurna. Tapi saya kira sudah mendekati kriterianya.
Saya teringat dengan syair nya Imam Ali “Kejahatan yang teroganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak teroganisir”.
Saya tidak mengklaim bahwa kita adalah orang-orang baik. Tapi saatnya orang-orang yang mau berbuat baik berkumpul untuk melawan kejahatan yang terorganisir. Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi. Dan gak salah dong kita berusaha menjadi orang baik, dengan cara memilih dan memenangkan pemimpin yang baik.
Ini bukan masalah dua orang itu, bagi saya tidak penting mengenal mereka. Tapi Ini adalah soal nasib masyarakat Bima 5 tahun yang akan datang dan sebagai generasi muda kita harus mengambil peran.
BACA JUGA : CIE. MENAG SALAHKAN KEMENPAN-RB SOAL ISU RADIKALISME “GOOD LOOKING”
Sudah cukup kita menyaksikan para petani yang ngemis untuk mendapatkan pupuk, padahal mereka bayar walaupun dengan harga yang cukup mahal, sudah cukup kita melihat masyarakat tidak mampu yang jatuh sakit tapi tidak berani pergi berobat ke dokter dan memilih rawat di rumahnya dengan dalih tidak memiliki biaya.
Sudah cukup kita melihat pertumpahan darah akibat konfik persaudaraan, sudah cukup menyaksikan para penguasa berdansa, menari-nari di atas penderitaan rakyat. Sudah cukup kami tidak mau dengar lagi dan tidak mau melihat itu lagi.
Semoga Allah hadirkan pemimpin yang amanah, ramah dan peduli kepada rakyat kecil.
Penulis : (Firdaus Al Ayubi, Tokoh Muda Bima)