Mudabicara.com_Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi dunia. Dampaknya tak hanya dirasakan dalam bentuk cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan air laut, tetapi juga ketahanan pangan.
Menghadapi masalah tersebut, Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) menggandeng Greenery, perusahaan asal Korea Selatan, untuk mengembangkan pertanian rendah karbon.
Pertanian yang telah menjadi tulang punggung kehidupan manusia selama ribuan tahun, ternyata juga berperan dalam peningkatan emisi gas rumah kaca. Salah satu gas utama yang berkontribusi terhadap pemanasan global adalah metana, yang dilepaskan dari sawah.
Baca Juga: Sikapi Tagar KaburAjaDulu, Menteri P2MI: Perlu Ada Pendidikan dan Doktrin Ideologi Masyarakat
Sawah-sawah di dunia menyumbang sekitar 10 persen dari total emisi metana, menjadikannya sektor yang perlu mendapat perhatian lebih dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Beberapa faktor yang memengaruhi emisi metana antara lain varietas padi, jenis tanah, pupuk, hingga pengelolaan air.
Rektor UICI Prof. Laode Masihu Kamaluddin menjelaskan bahwa model pertanian rendah karbon adalah solusi strategis yang tidak hanya menekan perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.
“Pertama, petani tetap dapat memperoleh hasil pertanian yang optimal melalui panen. Kedua, pengurangan emisi ini dapat membuka peluang baru berupa penjualan karbon melalui skema kredit karbon,” ujar Prof. Laode pada Minggu (16/02/2025).
Sebagai langkah awal, tim UICI dan Greenery melakukan observasi lapangan ke lahan pertanian di Karawang pada Kamis (13/02/2025) dan Indramayu pada Jumat (14/02/2025).
Observasi ini tidak hanya mencakup analisis ekosistem sawah, tetapi juga dialog langsung dengan petani untuk memahami tantangan serta peluang implementasi pertanian rendah karbon.
CEO Greenery, Yoosik Hwang, menjelaskan bahwa untuk mengurangi emisi metana dari sektor pertanian ini, dikembangkan teknologi berbasis sensor yang mampu mengelola irigasi dan drainase secara otomatis.
“Ketinggian air di sawah dikelola secara otomatis melalui sistem irigasi yang dikendalikan oleh sensor, yang tidak hanya mengurangi emisi metana secara signifikan tetapi juga menghemat penggunaan air,” ujarnya.
Baca Juga: Pentingnya Peran Orangtua dalam Menangani Kecemasan Anak: Tips & Solusi
Inovasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan air di sawah, yang selama ini menjadi faktor utama dalam pembentukan metana. Dengan teknologi ini, sawah tidak lagi dibiarkan tergenang dalam jangka waktu lama, sehingga emisi metana dapat ditekan tanpa mengorbankan produktivitas pertanian.
Selain aspek teknologi, pendekatan pertanian rendah karbon juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani melalui skema kredit karbon. Dengan skema ini, petani yang berhasil menurunkan emisi karbon dapat menjual karbon mereka kepada perusahaan yang ingin mengimbangi jejak karbonnya.
Sebelumnya, UICI dan Greenery telah menjalin kerja sama pengembangan pertanian rendah karbon pada Jumat (15/11/2024) di Baku, Azerbaijan. Penandatanganan kerja sama ini dilakukan di sela-sela kegiatan COP29.