Mudabicara.com_Tanggal 5 Desember merupakan Hari Tanah Sedunia (World Soil Day). Hari ini diperingati sebagai sarana untuk memusatkan perhatian pada pentingnya tanah yang sehat dan mengvokasi pengelolaan sumber daya tanah yang berkelanjutan.
Setiap tahun PBB melalui Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyelenggarakan Peringatan Hari Tanah Sedunia.
Baca Juga: Dukung Ketahan Pangan Nasional, BRI Gelontorkan Kredit Rp199,83 Triliun di Sektor Pertanian
Hari ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada Desember 2013 dan dirayakan untuk pertama kalinya pada 5 Desember 2014.
Sejarah dan Latar Belakangnya
Tahun 2002 Hari Internasional untuk merayakan tanah ini direkomendasikan oleh International of Soil Sciences (IUSS).
Di bawah kepemimpinan kerajaan Thailand dan dalam rangka Kerja Kemitraan Tanah Global, FAO telah mendukung pendirian resmi Hari Tanah Sedunia sebagai platform peningkatan kesadaran global.
Pada bulan Juni 2013, Konferensi FAO dengan suara bulat mendukung Hari Tanah Sedunia dan meminta pengesahannya secara resmi pada Sidang UMum PBB ke-68.
Selanjutnya, pada Desember 2013, Majelis Umum PBB merespons dengan menetapkan tanggal 5 Desember sebagai Hari Tanah Sedunia, dan dirayakan pertama kalinga pada tanggal 5 Desember 2014.
Tema Hari Tanah Sedunia 2024
Tema yang dikampanyekan Hari Tanah Sedunia 2024 yakni “Caring for Soils: Measure, Monitor, Manage”.
Tema ini menggarisbawahi pentingnya data informasi tanah yang akurat untuk memahami karakteristik tanah dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat dalam pengelolaan tanah yang berkelanjytan untuk ketahanan pangan.
Kelangsungan hidup planet BUmi bergantun pada hubungan erat dengan tanah. Mengingat lebih dari 95 makanan berasal dari tanah. Selain itu, tanah juga menyediakan 15 dari unsur kimia alami yang penting bagi tanaman.
Baca Juga: BPKH Beri Beasiswa Kepada UICI: Berharap Kurangi Pelajar Mahasiswa yang Putus Karena Kendala Biaya
Namun, tanah kita mengalami kerusakan dalam menghadapi perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Erosi mengganggu keseimbangan alam, mengurangi infiltrasi air dan ketersediaan air untuk semua bentuk kehidupan, serta menurunkan tingkat vitamin dan nutrisi dalam makanan.
Praktik-praktik pengelolaan tanah berkelanjutan, seperti pengolahan tanah minimum, rotasi tanaman, penambahan bahan organik, dan penanaman penutup tanah, meningkatkan kesehatan tanah, mengurangi erosi dan polusi, serta meningkatkan infiltrasi dan penyimpanan air.
Praktik-praktik ini juga melestarikan keanekaragaman hayati tanah, meningkatkan kesuburan, dan berkontribusi pada penyerapan karbon, yang berperan penting dalam memerangi perubahan iklim.