Mudabicara.com_Prabowo Subianto kembali didapuk sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. Prabowo terpilih secara aklamasi pada Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu, 8 Agustus 2020. Penetapan ini sekaligus menjadikan Prabowo sebagai pimpinan partai tersebut untuk periode kedua, setelah sebelumnya partai ini dipimpin oleh Suhardi.
Dalam forum KLB ini, sejumlah pimpinan DPD dan PPC Gerindra meminta Prabowo untuk kembali bertarung di Pilpres 2024 mendatang. Namun, Forum KLB belum memutuskan apakah Prabowo akan kembali diusung di Pilpres mendatangmengingat sepak terjang Menhan Jokowi itu di beberapa kali ikut dalam Pilpres.
“Pak Prabowo tadi di hadapan Kongres Luar Biasa mengatakan bahwa tentang hal tersebut akan diputuskan satu tahun atau satu setengah tahun sebelum pemilihan presiden,” kata politikus Partai Gerindra Ahmad Muzani.
Merujuk pernyataan ini, maka paling cepat Gerindra akan mengumumkan capres yang hendak diusung pada akhir 2022 atau awal 2023.
Prabowo Sudah Kadaluarsa, Pilpres 2024 Panggung Anak Muda
Dikalangan internal Partai Gerindra, Prabowo memang dijagokan untuk kembali maju di Pilpres 2024 mendatang. Meskipun beberapa kali ikut Capres Prabowo harus menelan pil pahit karena kekalahan.
Akan tetapi tidak semua kalangan menyambut baik isu soal Prabowo maju di 2024. Sebagian besar memandang bahwa Probowo sudah terlalu usang untuk diusung di Pilpres 2024.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 misalnya, meminta kepada Prabowo untuk tidak maju. Untuk berkontestasi di 2024 harus berikan panggung kepada anak muda. Untuk saat ini, Prabowo sebagai Menhan harus fokus berkerja dan memastikan keamanan masyarakat dan negara. Sebagai Menhan, Prabowo diharapkan untuk membela kepentingan rakyat dan negara ketimbang partai dan penguasa.
“Prabowo Subianto sudah selesai. 2024 masih jauh dan banyak kesempatan kalangan muda untuk menjadi pemimpin negeri ini,” kata Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif seperti dilansir CNNIndonesia.com, Senin, 10 Agustus 2020.
Prabowo Pasti Kalah di Pilpres 2024
Jika Prabowo mencalonkan diri di 2024, sudah barang tentu akan kembali menelan pil pahit seperti kontastasi sebelum-sebelumnya. Seperti analisis yang dilakukan oleh Indonesia Political Opinion (IPO) misalnya. Pasalnya, dalam suksesi di 2024 voters akan mencari tokoh muda yang lebih fresh dalam pemimpin Indonesia kedepan.
Contohnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, Sandiaga Salahudin Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansyah, Tri Rismaharani, Ganjar Pranowo dan tokoh muda lainnya.
Dengan demikian, politik electoral Prabowo akan berakhir.
“Jika mendapat pasangan politik dari parpol terkuat sekalipun, Prabowo tetap akan lebih berpeluang kalah dibanding menang,” jelas Direktur Eksekuti IPO Dedi Kurnia Syah.
BACA JUGA: Pembukaan Sekolah di Zona Kuning Sangat Berbahaya
Hal senada juga dikatakan Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Menurut Pangi, di 2024 pasti akan muncul calon potensial yang lebih muda, fresh dan berenergi serta memiliki trend elektabilitas terus meningkat. Sedangkan, elektabilitas Prabowo dari 2019 hingga saat ini masih berjalan di tempat atau stagnan. Dengan demikian, Prabowo akan kalah total dengan munculnya tokoh baru yang lebih fresh, memiliki konsep kepemimpinan yang bagus dan memiliki narasi kebangsaan yang berbeda dari sebelumnya.
“Persoalannya begini, boleh jadi nanti di tengah jalan muncul calon potensial yang main di injury time, tak diduga-duga. Sementara ada capres fresh dan punya energi baru, trend elektabilitasnya ada potensi untuk naik. Sementara elektabilitas Prabowo segitu-gitu aja, sudah mentok di situ,” ungkap Pangi seperti dilansir Kompas.com.
Jika ditarik ke belakang, elektabilitas Prabowo sedikit mengalami kemerosotan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga.
Charta Politika, misalnya, yang melakukan survei pada 6-13 Juli 2020 lalu menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo hanya 17,5 persen. Elektabilitas ini turun jika dibandingkan dengan sebelumnya pada Februari 2020 yang mencapai 22 persen. Penurunan yang sama juga ditunjukkan oleh survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia (IPI). Elektabilitas Prabowo pada Juli 2020 tercatat 13,5 persen. Sebelumnya, elektabilitas Prabowo juga telah turun pada Juni 2020 yaitu 14,1 persen, dibandingkan Februari 2020 mencapai 22,2 persen.
Sementara itu, Cyrus Network mencatat elektabilitas Prabowo di kisaran 24 persen pada Maret 2020. Elektabilitas ini naik bila dibandingkan Juli 2019 yang hanya 16 persen. Presentase yang masih cukup tinggi juga ditunjukkan oleh survei yang dilakukan Indo Barometer pada Februari lalu, yaitu mencapai 22,5 persen.
Keikutsertaan Prabowo Dalam Pilpres yang Terus Menelan Pil Pahit
Sebagai salah seorang deklarator, paling tidak sudah tiga kali Prabowo diusung Gerindra sebagai kandidat calon presiden maupun wakil presiden. Pertama saat Pemilu 2009, Gerindra berkoalisi dengan PDI Perjuangan mengusung pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo. Namun, kala itu pasangan tersebut kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Selanjutnya pada 2014, garuda dan banteng pecah kongsi. Prabowo lebih memilih maju bersama Ketua Umum PAN saat itu, Hatta Rajasa. Namun lagi-lagi, Prabowo harus mengakui keunggulan rivalnya, Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Nasdem, dan Hanura.
Demikian halnya pada 2019. Prabowo yang berpasangan dengan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Salahudin Uno, harus kembali menelan pil pahit kekalahan pada pilpres tahun lalu. Namun, berbeda dari dua pemilu sebelumnya, kali ini Gerindra justru menjadi bagian dari barisan pemerintahan di bawah kepemimpinan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Prabowo pun ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan di dalam Kabinet Indonesia Maju besutan Jokowi-Ma’ruf.