Hasil Riset PRC: Program Sholawat Nariyah Minimalisir Politik Transaksional Situbondo

Politik588 Dilihat

Mudabicara.com_ Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (BEM-KPI) Universitas Islam Negeri Jakarta bekerjasama dengan Politika Research and Consulting (PRC) mengadakan bedah buku pada Jum’at 16 Desember 2022 di Jakarta.

Buku berjudul “Membumikan Solawat Nariyah” merupakan hasil survei opini publik Politika Research and Consulting (PRC) terhadap Program Sholawat Nariyah pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur pada dua periode kepemimpinan mantan Bupati Dadang Wigiarto.

Rio Prayogo selaku Direktur Eksekutif PRC mengatakan Program Sholawat Nariyah memberikan efek positif terhadap perkembangan sosial kemasyarakatan Kabupaten Situbondo.

Baca Juga : Jet Nasdem, Dulu Buat Jokowi Kini Buat Anies

” Ya program sholawat nariyah sama  halnya dengan konsep human security yakni menjaga keamanan, Toh, agenda Sholawat Nariyah cukup menarik antusiasme masyarakat karena  memang mayoritas masyarakat Situbondo adalah santri. Di sisi lain, program Sholawat Nariyah dapat menurunkan angka kriminalitas sebab anak muda sibuk untuk menyemarakkan setiap agenda istghosah dan Sholawat Nariyah,” Kata Rio

Lebih lanjut, Rio mengatakan buku riset ilmiah mengenai survei terkait kebijakan dari penerapan Sholawat Nariyah pada pembentukan sosio politik di Situbonbdo terbilang menarik. Hasil riset menemukan tidak semua politik merupakan hasil transaksional materi.

Bahkan transaksi politik yang mempengaruhi pemerintahan di Situbondo umumnya hanya dua yakni pelaksanaan Sholawat Nariyah dan Khotmil Quran. Sholawat Nariyah tidak saja memberikan efek pada masyarakat tetapi kepada para pejabat pemerintah Situbondo untuk menjauhkan diri dari perilaku amoral.

“Ya transaksional politik relatif minin di pemerintahan di Situbondo karena adanya pelaksanaan Sholawat Nariyah dan Khotmill Quran, artinya tidak ada modal besar masuk saat adanya pemilu” Tambah Rio

Sejak kepemimpinan Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto-Rahmat pada periode pertama tahun 2010-2015, masuknya tradisi relegius pembacaan Shalawat Nariyah 4444 di setiap event pemerintahan adalah hal baru dan asing, sempat banyak penilaian pro dan kontra. Tidak sedikit yang mengkritik, meski yang menerima lebih banyak.

Baca Juga : Ngumpulin Massa, Apa yang Dicari Jokowi?

Dua periode kepemimpinan Almarhum Pak Dadang juga menyasar pada kelompok milenial.  Rio menilai pak dadang memiliki perhatian besar agar pengaruh Sholawat Nariyah tidak saja dilakukan sebagai rutinitas di kantor dan acara tetapi memiliki efek ke generasi muda.

“Almarhum pak dadang pada saat itu meminta secara khusus agar kegiatan sholawaytnariyah ini menyasar apada kelompok milenial, luar biasanya dalam tempo empat bulan sudah terkumpul ratusan anak muda dengan berbeda-beda kelompok data menyemarakkan setiap perhelatan Sholawat Nariyah,”  Pungkasnya.

Di samping itu, Akik Zaman selaku Anggota DPRD Jawa Timur menilai penerapan Sholawat Nariyah di Situn buku ini seperti mempertemukan wilayah pikir dan dzikir yang sering bersebrangan. Serta menjelaskan secara teroperinci afek dari praktek keagamaan yang luhur dan spiritual pada aspek kehidupan nyata masyarakat situbondo.

“Kenapa mesti sholawat dan bukan sholat saja? Ternyata justru penerapan Sholawat Nariyah ini memicu orang lebih semangat untuk menjalankan sholat, jadi tumbuh menjadi pribadi lebih religius,” Kata Akik Zaman

 

Tulisan Terkait: