Rektor UICI Jadi Pembicara Utama di Konferensi Ekonomi Digital Global

Pendidikan13 Dilihat

Mudabicara.com_Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin, menjadi satu-satunya rektor dari Indonesia yang diundang sebagai pembicara utama dalam Digital Economy Going Global International Cooperation Forum, Kamis (03/07/2025).

Forum ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian utama Global Digital Economy Conference 2025 yang digelar di China National Convention Center, Beijing.

Forum ini menjadi ajang bergengsi internasional yang mempertemukan lebih dari 800 pemimpin digital dari seluruh dunia, termasuk perwakilan dari lembaga PBB, pemerintahan, industri global, serta akademisi lintas negara.

Baca Juga: Cak Imin Tegaskan Belum Ada Koordinasi Parpol Terkait Pemisahan Jadwal Pemilu

Acara ini dibuka oleh pejabat tinggi Tiongkok dan internasional seperti Zhao Houlin (mantan Sekretaris Jenderal International Telecommunication Union/ITU), Francis Gurry (mantan Direktur Jenderal World Intellectual Property Organization/WIPO), Qiao Zhan (Wakil Perwakilan UNDP di Tiongkok), serta duta besar dari Nikaragua, Spanyol, dan Malaysia.

Selain itu, hadir pula tokoh-tokoh penting dunia usaha seperti CEO Thales China, General Manager IBM Greater China Expert Lab, hingga pimpinan China Mobile International.

Dalam forum tersebut, Prof. Laode menyampaikan paparan berjudul “8% Growth Economy and the Role of Digital Economy in Indonesia.”

Ia menekankan bahwa Indonesia saat ini berada dalam momentum strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penguatan sektor digital.

“Ekonomi digital akan menjadi pilar utama dalam mewujudkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun ke depan, bersinergi dengan strategi hilirisasi dan reformasi BUMN,” ujarnya.

Menurut Prof. Laode, potensi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 220–360 miliar pada 2030, menempatkan Indonesia sebagai kekuatan digital yang sedang tumbuh di kawasan Asia Tenggara dan dunia.

Namun, ia juga menggarisbawahi sejumlah tantangan yang masih dihadapi Indonesia, antara lain kesenjangan infrastruktur digital antara wilayah urban dan rural, rendahnya literasi digital masyarakat, serta regulasi yang belum sepenuhnya mendukung inovasi.

Ia mengungkap bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 30 satelit komunikasi tambahan dalam satu dekade untuk menjamin akses internet merata hingga ke pelosok desa.

Ia juga mendorong percepatan implementasi UU Perlindungan Data Pribadi, serta penyederhanaan regulasi lintas sektor dalam ekosistem digital.

Di hadapan peserta forum internasional yang berasal dari berbagai negara dan organisasi multilateral, Prof. Laode menyampaikan Indonesia terbuka untuk menjalin kemitraan strategis dan investasi di sektor ekonomi digital Indonesia.

Ia mengajak negara-negara sahabat dan pelaku industri global untuk melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar besar, tetapi juga sebagai mitra dalam membangun solusi digital berkelanjutan untuk tantangan global.

“Indonesia menawarkan potensi luar biasa bagi kerja sama teknologi, pendidikan digital, pembangunan infrastruktur, serta investasi pada talenta digital kami” ujar Prof. Laode dengan tegas.

Ia menutup presentasinya dengan menekankan pentingnya prinsip inklusivitas dalam transformasi digital.

“No one and no location left behind. Transformasi digital harus menjangkau seluruh masyarakat dan wilayah, sebagai jembatan menuju kemakmuran bersama dalam kerangka Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.

Baca Juga: Nadiem Kembali Diperiksa Kejagung Hari Ini, Terkait Proyek Laptop Rp 9,9 Triliun

Perlu diketahui, tujuan utama penyelenggaraan forum ini adalah membangun model kerja sama global yang dikenal sebagai “Beijing Paradigm” dalam mendorong ekonomi digital lintas batas negara.

Forum ini juga menjadi platform peluncuran berbagai inisiatif, seperti Digital Silk Road Lounge, Aliansi Internasional Ekonomi Digital, hingga proyek demonstrasi UNDP untuk pembangunan ekonomi digital yang ramah dan berkelanjutan.

Dalam konteks tersebut, kehadiran Prof. Laode membawa warna penting dari perspektif negara berkembang yang progresif, serta memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi digital global.

Diundangnya Prof. Laode dalam forum ini tak hanya mencerminkan eksistensi UICI sebagai institusi pendidikan tinggi berbasis digital yang berkembang pesat, tetapi juga menegaskan kontribusi aktif Indonesia dalam percaturan transformasi ekonomi digital dunia.

Tulisan Terkait: