Mudabicara.com_Salah satu sektor usaha yang cukup banyak banyak digeluti oleh para pelaku pebisnis berusia muda adalah industri kreatif yang di dalamnya terdapat berbagai bidang.
Bidang tersebut antara lain fesyen, kerajinan, furnitur yang mulai melahirkan inovasi produk yang memiliki cerita unik dengan dibaluti sentuhan kearifan lokal, bahkan mengangkat nilai-nilai positif lainnya sebagai selling point produk.
Para wirausaha generasi muda ini terbukti memiliki potensi besar dalam pengembangan insutri kreatif di Indonesia, yang juga membawa dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat.
Baca Juga: BKN Apresiasi BAKTI Komdigi yang Dukung Seleksi Calon ASN
Berdasar hal itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) aktif berkontribusi dalam mengakselerasi perkembangan pelaku industri kreatif lokal khususnya pada sektor fesyen dan kriya melalui berbagai kegiatan pendampingan.
“Salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah Creative Business Incubator (CBI). Pada tanggal 8 November 2024, telah memasuki tahap presentasi hasil capaian coaching,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (13/11).
30 pelaku IKM yang telah menjadi peserta mendapat apresiasi dan menjalani program pendampingan pada kegiatan CBI dari Dirjen IKMA, sesuai target yang ditentukan dan telah mempresentasikan hasil pendampingannya.
“Tentunya seluruh capaian ini juga berkat kontribusi seluruh pihak, termasuk Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) selaku penyelenggara kegiatan, beserta seluruh tim pendamping yang telah membina para peserta selama proses inkubasi,” ucap Reni.
Bentuk komitmen Kemenperin dalam mendorong pengembangan pelaku IKM fesyen dan kriya menuju level ke yang lebih tinggi adalah kegiatan CBI.
Apalagi, nilai tembah ekonomi kreatif pada triwulan I tahun 2024 diestimasikan menembus angka Rp749,58 triliun atau setara 55,65 persen dari target yang ingin dicapai sebesar Rp1347 triliun sepanjang tahun ini.
Perkembangan industri kreatif, lanjut Dirjen IKMA, perlu terus dioptimalkan juga dengan upaya sinergi bersama seluruh stakeholder.
“Semangat ini juga selaras dengan misi Asta Cita Bapak Presiden saat ini, khususnya pada misi nomor tiga, yakni meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan dan mengembangkan industri kreatif. Selain itu, misi nomor lima adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” ucapnya.
Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, Dirjen Reni mengungkapkan, perlu diiringi semangat untuk terus berbenah dan meningkatkan kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan industri saat ini.
“Sehingga pelaku ekonomi kreatif bisa terus mengembangkan usahanya dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia,” terangnya.
Meningkatkan Omzet
Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Alexandra Arri Cahyani, menyatakan bahwa untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan menjawab tantangan usaha pelakuk IKM fesyen dan kriya, salah satu wadahnya adalah kegiatan CBI.
“Melalui program ini banyak peserta CBI yang telah berhasil menaikkan omzet dengan memperluas potensi pasar, baik nasional maupun ekspor,” ujarnya.
Alexandra menyatakan, sudah banyak alumni CBI yang mampu melebarkan sayapnya dalam berbisnis dengan menghasilkan berbagai produk yang digemari dan mampu diterima pasar.
“Sebagai contoh IKM Eboni Watch, yang merupakan alumni CBI tahun 2018, telah mampu memproduksi dan memasarkan jam tangan kayu kontemporer dengan desain yang menarik,” tuturnya.
, mereka berhasil meningkatkan skala produksi hingga empat kali lipat, yang mulanya memproduksi 200 buah per bulan menjadi 650-800 buah per bulan, itu setelah IKM Eboni Watch mengikuti program, Coaching.
Tahun 2020 produknya telah diakui melalui penghargaan dari kegiatan Good Design Indonesia (GDI) dan Golden Pin Design Award Taiwan, Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2019-2021.
Contoh kisah sukses lainnya adalah AUM Apparel selaku alumni program CBI pada tahun 2019. IKM produsen pakaian olahraga yoga yang berasal dari Bali tersebut, telah mampu memasarkan produknya ke seluruh daerah di Indoneisa.
Omzeenya meningkat hingga 400 persen setelah mengikuti program CBI. Skala produknya meningkat yang semula 200 set per bulan menjadi 1.000 set per bulan. Bahkan AUM Apparel menembus pasar luar negeri mulai dari Singapore, Amerka Serikat, Swiss, hingga Spanyol.
Baca Juga: Hari Kehesatan Nasional 12 November, Berikut Sejarahnya
Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK), Dickie Sulistya Aprilyanto mengungkapkan, pihaknya aktif mendorong peran industry kreatif agar selalu inovatif.
“Kehadiran BPIFK diharapkan dapat mendorong para pelaku industri kreatif tanah air agar lebih maju dan dapat terfasilitasi dengan baik,” ungkapnya.
Sebelumnya BPIFK dikenal dengan nama Bali Creative Industry center (BCIC), juga memiliki tujuan untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan di Indonesia, yang salah satunya berperan dalam prinsip 3C (Create, Connect, dan Catalyze).
“Create, yaitu fungsi BPIFK sebagai wadah bagi IKM untuk belajar dan mengasah kemampuan. Kemudian, Connect, BPIFK menjadi platform yang menghubungkan beragama stakeholder industri kreatif. Sedangkan, Catalyze, peran BPIFK sebagai akselerator dan booster bagi pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif,” pungkas Dickie.