Mudabicara.com_Pilkada 2020 tinggal menunggu waktu, beberapa calon sudah mendeklarasikan diri. salah satunya Sugiri Sancoko yang maju di pilkada 2020 Ponorogo. Sugiri adalah mantan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur sekaligus calon Bupati Ponorogo yang kalah pada pilkada 2015 silam. Sebagai penantang pertahana Ipong Muchlissoni pada Pilbup 2015 Sugiri Sancoko memperoleh suara hanya terpaut 2,57 persen. Saat itu Ipong menang dengan 39,37 persen suara, sedangkan Sugiri Sancoko pada urutan kedua dengan 36,8 persen suara. Lalu apakah mampu Sugiri Sancoko maju kembali pada pilkada 2020?
Tentu munculnya kembali nama Sugiri memberi angin segar serta membuat kontestasi semakin menarik. Meskipun Sugiri tidak mengikuti penjaringan di Partai Demokrat malah melakukan penjaringan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab DPP Partai Demokrat dikabarkan sedang memproses rekom tiga calon yang mendaftar lewat DPC Partai Demokrat Ponorogo yakni Ipong Muchlissoni, Soedjarno dan Edy Iswahyudi. Namun tidak menutup kemungkinan Partai Demokrat akan mengusung Sugiri Sancoko sebab ia adalah kader Demokrat.
Namun melihat kursi yang diperoleh PKB dan Demokrat di DPRD Ponorogo. Dua partai ini belum bisa mengusung calon secara mandiri namun butuh koalisi. Sebab persyaratan mengusung calon harus memiliki minimal 9 kursi DPRD. Artinya hanya Partai Nasdem yang dapat mengusung calon sendiri sebab Nasdem memiliki 10 kursi. PKB, Gerindra, Golkar, PKS, Demokrat, PAN, PDIP, Hanura, dan PPP harus berkoalisi untuk dapat mengusung calon. Hasil pileg 2019 menyatakan bahwa PKB mendapat 8 kursi, Demokrat dan Gerindra masing-masing 5 kursi, Golkar dan PKS masing-masing 4 kursi, PDIP dan PAN masing-masing 3 kursi. Sedangkan Hanura dan PPP masing-masing 1 kursi.
Baca Juga : https://mudabicara.com/pak-menteri-tolong-pelajari-uud-kalau-tidak-paham-pendidikan/
Meski sampai hari ini Partai Kebangkitan Bangsa belum meberikan rekom secara resmi. Namun datangnya Sugiri ke DPC PKB dengan dikawal oleh Tim Sembilan bersama tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Ponorogo mengisyaratkan bahwa Partai PKB akan mengusung Sugiri sebagai calon bupati. Tinggal ditunggu bagaimana koalisi terbentuk antara elit-elit partai di Ponorogo.
Sebab berbicara pertahana, dimana pun pilkada berada menantang pertahana adalah pekerjaan politik yang tidak mudah. Pertahana memiliki segalanya mulai dari infrastruktur hingga suprastruktur politik. Namun politik adalah siasat dan strategi sehingga tak ada yang mustahil dalam politik. Sebagai penantang Sugiri harus mampu memberikan narasi-narasi politik perubahan yang segar untuk meyakinkan masyarakat bahwa dirinya mampu membuat perubahan dan perbaikan.
Selain itu, Sugiri harus mampu melihat peta politik secara empiris bahwa ceruk suara organisasi besar seperti Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah masih sangat berpengaruh. Artinya dua organisasi besar ini masih sangat mempengaruhi hasil Pilkada. Sehingga selain pendekatan kepada elit-elit partai Sugiri harus mampu mendekati dan meraih simpati para sesepuh dan anggota-anggota Muhammadiyah pun Nahdhatul Ulama.
Ditambah tantangan semakin meningkatnya apolitis masyarakat terhadap partai politik. Pilkada bagi masyarakat hanya proses transaksional. Bahwa partai politik dan calon akan hadir secara terbuka mendengar aspirasi masyarakat kemudian berlomba-lomba merealisasikannya. Tentu semua itu hanya demi suara dan aji mumpung bagi masyarakat. Di dalam situasi seperti ini Sugiri harus mebuktikan bahwa sebagai calon pemimpin ia mampu hadir di setiap problem kemasyarakatan tanpa tendeng aling-aling.
Ibarat orang berlari Sugiri memang sudah ketinggalan jauh sebab sebagai Pertahana Ipong Muchlissoni tentu akan melakukan hal-hal yang sama. Meski kinerjanya menuai pro-kontra namun menjelang pilkada Ipong akan membangun program-program populis yang dapat meraih simpati masyarakat. Apakah Sugiri masih berani mencalonkan diri sebagai bupati Ponorogo menantang petahana. Mari kita tunggu.