Tragedi Ponpes Al Khoziny, Kemenag dan Basarnas Perkuat Mitigasi Risiko di Pesantren

Sosial41 Dilihat

Mudabicara.com_Kementerian Agama (Kemenag) bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) melakukan pembahasan khusus mengenai upaya peningkatan kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana di lingkungan pesantren. Inisiatif ini mencuat setelah peristiwa runtuhnya bangunan di Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang menyebabkan banyak korban jiwa.

Basnang Said selaku Direktur Pesantren Kemenag menyampaikan bahwa kejadian tragis di Ponpes Al Khoziny menjadi alarm penting agar keselamatan para santri serta kondisi fisik bangunan menjadi perhatian utama dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis pesantren.

Ia menyebutkan bahwa kementeriannya akan menjalin sinergi dengan instansi lain untuk mencegah agar insiden serupa tidak kembali terjadi.

Baca Juga: 4 Tuntutan Tegas API untuk Hentikan Program MBG: Anak Indonesia Bukan Objek Eksperimen!

“Kami sangat berduka atas musibah yang menimpa para santri di Sidoarjo. Namun, duka ini juga menjadi panggilan moral bagi kita untuk berbenah. Direktorat Pesantren akan memperkuat koordinasi lintas kementerian dan lembaga agar sistem keamanan dan mitigasi risiko di pesantren semakin kokoh,” kata Basnang dikutip dari siaran pers Kemenag, Minggu (12/10/2025).

Basnang menuturkan bahwa langkah awal yang akan dijalankan mencakup pembangunan sistem mitigasi risiko di pesantren, dimulai dari proses pendataan, penguatan pembinaan, hingga peningkatan kapasitas lembaga.

“Kami ingin memastikan setiap satuan pendidikan keagamaan memiliki standar keamanan yang memadai, agar santri dapat belajar dan tinggal dengan aman,” jelasnya.

Kegagalan Konstruksi

Di sisi lain, penjelasan teknis disampaikan oleh Kepala Subdirektorat Pengerahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas RI, Emi Freezer. Ia menyatakan bahwa kegagalan konstruksi menjadi faktor utama robohnya bangunan Pesantren Al Khoziny.

Baca Juga: SK DPP PSI 2025-2030 Disahkan Menkum, Sosok Dewan Pembina “Mr. J” Masih Dirahasiakan

“Tidak adanya struktur penyangga bertahap membuat bangunan runtuh total. Ini menjadi pembelajaran penting bagi kita semua bahwa gedung pendidikan, termasuk pesantren, harus memenuhi standar teknis dan keselamatan,” tutur Emi.

Basarnas menggolongkan insiden yang terjadi di Sidoarjo ini sebagai salah satu peristiwa bencana non-alam terparah sepanjang tahun 2025. Dari data yang dihimpun, sebanyak 67 santri dinyatakan meninggal dunia dalam kejadian tersebut.

“Kami siap memperkuat sinergi dengan Kemenag dan lembaga terkait untuk memastikan kesiapsiagaan serta penanggulangan risiko di pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya,” ujar dia.

Tulisan Terkait: