3 Destinasi Wisata Religi Ponorogo yang wajib dikunjungi

Budaya2860 Dilihat

Mudabicara.com_ Datang ke  Kabupaten Ponorogo provinsi Jawa Timur tak lengkap rasanya jika tidak menyempatkan waktu untuk wisata religi. Ponorogo selain terkenal dengan kesenian reognya juga terkenal dengan beberapa tempat wisata religi.

BACA JUGA : MENGENAL TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER 

Beberapa rekomendasi tempat wisata religi di Ponorogo yang wajib anda kunjungi:

3 Destinasi Wisata Religi Ponorogo yang wajib dikunjungi

1.Masjid Agung Tegal Sari

Wisata Religi Ponorogo

Masjid agung Tegalsari terletak di Desa Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. Situs masjid Tegalsari merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini berdiri sekitar abad ke-18 oleh tokoh ulama besar yakni Kyai Ageng Hasan Besari sekitar pada tahun 1742.

Lokasi masjid ini menjadi salah satu tujuan wisata religi di Ponorogo sebab di dalam komplek masjid juga terdapat makam Kyai Ageng Muhamad Besari dan Kyai Ageng Hasan Besari.

Masjid Tegalsari juga menyimpan kitab yang ditulis oleh Ronggo Warsito yang kira-kira sudah 170 tahun dan di timur komplek masjid masih terdapat Ndalem Kyai Ageng yang masih asli, langgar dan  2 batu purbakala yang difungsikan sebagai tempat pijakan masuk masjid.

Dalam konteks kemerdekan Indonesia masjid Tegalsari juga menorehkan sejarah sebab di pondok pesantren Tegalsari lahir tokoh bapak bangsa H.O.S Cokroaminoto dan Pujangga jawa yakni Raden Ngabehi Ronggowarsito.

2. Makam Bathoro Katong

Makam Bathoro Katong merupakan salah satu tempat favorit wisata religi Ponorogo. Lokasi makam ini terletak di Desa Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo atau lebih tepatnya timur Pasar Pon Ponorogo. Jarak tempuh dari pusat kota Ponorogo kurang lebih 5 km.

Sejarah mencatat bahwa Bhatoro Katong adalah salah satu putra dari Prabu Brawijaya V dari istri Pangrambe. semasa kecil ia bernama asli Raden Joko Piturun atau Raden Harak Kali.

Makam ini keramat bagi masyarakat Ponorogo sebab Raden Bathoro Katong merupakan tokoh pendiri Kabupaten Ponorogo.

Nama aslinya adalah Bathoro Katong yaitu Lembu Kanigoro. Selain Makam Bathoro Katong di komplek makam juga terdapat beberapa makam tokoh pendiri Ponorogo lain yakni Patih Selo Aji Dan Ki Ageng Mirah.

BACA JUGA : BUKU THE LIMIT OF INTERNASIONAL LAW KARYA J.L GOLDSMITH DAN E.A POSNER

Di samping komplek makam Bathoro Katong juga terdapat makam Kyai Zen Kalyubi yang juga meruapakan tokoh perintis kader inti Banser Nahdhatul Ulama (Banser NU).

Ada beberapa bukti peninggalan benda-benda purbakala di komplek makam yakni sepasang batu gilang. Masyarakat sekitar mempercayai didalam batu gilang terdapat Candra Sengkala Memet yang berisi tentang tulisan tahun berdirinya kabupaten Ponorogo.

Jika ingin berziarah ke makam Bathoro Katong jangan lupa menghubungi juru kunci makam sebab pintu masuk makam selalu di kunci.

3. Makam Astana Srandil

Komplek makam Astana Srandil juga merupakan salah satu tempat wisata religi Ponorogo. Makam ini terdapat di desa Srandil, Kecamatan Badegan. Jarak tempuh ke makam Astana Srandil dari pusat kota kurang lebih 7 km.

Makam Astana Srandil merupakan kompleks pemakaman bupati kabupaten Sumoroto. Dahulu wilayah Ponorogo terbagi menjadi tiga wilayah bagian yakni kabupaten Sumoroto di wilayah barat, kabupaten Kutho Wetan di kota lama dan kabupaten Polorejo di utara.

Beberapa tokoh yang di makamkan di Astana Srandil antara lain Raden Mertokusumo, Raden Mas Brotodirjo Bupati Sumoroto III, Mas Adipati Brotodiningrat, Warok Suromenggolo dan Eyang Potromenggolo.

Raden Mertokusumo adalah Patih kabupaten Polorejo yang bernama asli Raden Dipotaruno. Menurut sejarah saat terjadi perang antara Pangeran Diponegoro dan Belanda, kabupaten Polorejo memihak Pangeran Diponegoro sehingga Belanda menyerbu kabupaten Polorejo.

Hal itu mengakibatkan bupati Brotonegoro gugur sedangkan Raden Dipotaruno selaku patih selamat dan melarikan diri dan bersembunyi di bukit srandil.

BACA JUGA : REFLEKSI SEJARAH PERJUANGAN PEMUDA DI HARI KEMERDEKAAN 

Dalam segi arsitektur komplek bagunan Astana Srandil masih mempunyai ciri khas arsitektur kuno. dengan gerbang yang masih berbentuk candi dan pesarean yang masih khas asimilasi jawa, hindu dan islam.

Raden Mas Tumenggung Tjokronegoro I (bupati Ponorogo ke-15) merupakan keturunan Kiai Ageng Mohammad Besari. Di dalam komplek pemakaman Astana Srandil terdapat sekitar 60 makam.

Jika datang berkunjung ke Kabupaten Ponorogo jangan lupa menyempatkan waktu untuk berwisata religi ketiga tempat tersebut.

4. Makam Kiai Ahmad Nur Shodiq

Kiai Ahmad Nur Shodiq merupakan adik dari kiai Muhamad Besari Tegal Sari Ponorogo. Bedasarkan sumber cerita para dzurriyah Kiai Nur Shodiq merupakan seorang hafidz (penghafal Al-Qur’an) pertama di Ponorogo.

Ia bersama Kiai Ageng Muhammad Besari berguru kepada Kiai Donopuro Setono dan babat Desa Tegalsari dan kemudian mendirikan Pondok pesantrean.

Pondok pesantrean inilah yang kiranya menjadi cikal bakal pendidikan ala pondok pesantren. Pondok ini dinamakan pondok Gebang Tinatar.

Apabila ingin berkunjung silahkan datang saja ke lokasi Makam kiai Ahmad Nur Shodiq  yang tidak jauh dari komplek masjid Tegalsari.

5. Makam Kiai Donopura Dan Masjid Baiturahman

Kiai Donopura merupakan guru dari kiai Muhamad Besari dan adik-adiknya. Dalam hal silsilah Kyai Donopuro merupakan putra dari Prabu Ratmojo putra dari Pangeran Kabu putra dari Pangeran Sumendhe.

Oleh karena itu, Kyai Donopuro merupakan cicit dari Pangeran Sumendhe, dan trah dari Sunan Mbayat, Klaten Jawa Tengah. Kiai Dopnopura datang ke Ponorogo untuk misi penyebaran islam bersama dua adiknya Kyai Noyopuro dan Nyai Wongsopuro.

Apabila ingin berkunjung ke Makam Kiai Donopura bisa langsung ke lokasi Dukuh Setono, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo.

Tepatnya di sisi barat desa dan Sungai Keyang, kini komplek makam Kiai Muhamad Besari dan makam kiai Donopura sudah terhubung dengan jembatan sehingga memudahkan orang untuk datang berkunjung.

Apabila jarak dari kota kurang lebih 10 kilometer arah tenggara dari ibu kota Kabupaten Ponorogo. Nah! sekarang jagi mengerti kan kalau sejarah penyebaran islam di Ponorogo ternyata tidak hanya didominasi Bathoro Katong dan Kyai Khasan Besari. Namun ada tokoh bersejarah dan berjasa lainnya yakni Kyai Donopuro.

Apalagi tokoh tersebut meninggalkan bukti sejarah, berupa masjid kecil berusia 423 tahun lebih yang masih digunakan sampai sekarang. Penelitian lebih lanjut layak dilakukan sejarawan, pemerintah, dan semua pihak agar dipereloh informasi yang lebih dalam.

Sejarah adalah pijakan kita untuk berkontemplasi terhadap kehidupan sehari-hari. Selamat membaca dan berkunjung ke wisata religi Ponorogo.

Tulisan Terkait: