Mudabicara.com_ Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah yang berada di pesisir pantai selatan. Kabupaten ini memiliki keindahan alam yang mempesona.
Beberapa pantai yang sering menjadi tujuan para wisatawan antara lain Pantai Pelang, Pantai Konang, Pantai Damas, Pantai Karanggongso dan yang paling familiar adalah pantai Prigi.
Namun tahukah sahabat mudabicara, selain menyimpan keindahan objek wisata alam, Kabupaten tempat kelahiran wakil gubernur Jawa Timur Emil Dardak ini menyimpan juga berbagai tempat wisata religi. Penasaran! lebih lengkapnya simak ulasan wisata religi Trenggalek berikut ini:
BACA JUGA : Ini 3 Wisata Religi Pacitan, Wajib Anda Kunjungi
3 Rekomendasi Tempat Wisata Religi Trenggalek
1. Makam Kanjeng Jimat
Kanjeng Jimat merupakan sosok bersejarah bagi berdirinya Kabupaten Trenggalek. Ia merupakan seorang pejuang pembela rakyat saat penjajahan Belanda. Bupati Trengalek pertama ini bergelar Raden Mangun Negoro II.
Menurut catatan sejarah Kanjeng Jimat adalah sosok yang pemberani dalam membela hak-hak rakyat kecil. Saat para penjajah Belanda melakukan kesewenang-wenangan Kajeng Jimat lah sosok pertama kali yang akan melawan dan bersuara.
Ia berperan penuh dalam mempertahankan Trenggalek dari Kolonialisme Belanda sebab kabupaten Trenggalek pernah mau dihapus oleh para kolonial.
Pernah dalam satu kejadian Kanjeng Jimat melindungi dan menyembunyikan anak dari Pangeran Diponegoro saat dikejar oleh penjajah Belanda saat perang Jawa.
Pada akhirnya putra Pangeran Diponegoro yang dilindunganya ini kemudian dijadikan anak mantu yang nanti pada akhirnya menurunkan para putra-putra yang jadi bupati Trengalek dan daerah-daerah sekitarnya.
Kanjeng Jimat atau Bupati Mangun Negoro wafat sekitar tahun 1842, makamnya berada di Ngulan Pogalan Trenggalek, di atas bukit dengan ketinggian kurang lebih 80 meter.
BACA JUGA : 3 Destinasi Wisata Religi Ponorogo yang wajib dikunjungi
Lokasi makam ini ke arah timur kurang lebih 6km dari pendopo Kabupaten Trenggalek. Selain Raden Kanjeng Jimat di komplek pemakaman ini terdapat juga Patih Djaya Kusuma.
Kini makam ini ramai para peziarah yang ingin mengenang jasa-jasa para leluhur dan pecinta sejarah.
2. Makam Ki Ageng Menak Sopal
Tak ada referensi sejarah yang menjadi patokan tentang cerika Ki Ageng Menak Sopal. Konon berdasarkan cerita turun temurun Ki Ageng Menak Sopal adalah seorang tokoh yang menyebarkan agama islam di masa akhir kerajaan Majapahit.
Selain menjadi ulama penyebar Islam, Ki Ageng Menak Sopal juga disebut sebagai sosok pahlawan pertanian yang dapat membangun Dam Bagong.
Kini dam hasil kerja keras perjuanganya masih ada. Dam tersebut dapat mengairi persawahan di wilayah kabupaten Trenggalek dan sekitarnya. Selain itu menurut sejarah pembangunan dam Bagong harus mengorbankan seekor gajah putih.
Bukti sejarah perjuangan Ki Ageng Minak Sopal masih terjaga namun bagaimana dengan makam Ki Ageng Minak Sopal.
Ki Ageng Minak Sopal dan Ibunya Roro Amiswati di makamkan di Bagong Kelurahan Ngantru Kecamatan Trenggalek.
Lokasi maka ini kurang lebih 400 m ke arah barat laut dari Pendopo Agung Kabupaten Trenggalek. Di komplek makam ini selain Ki Ageng Minak Sopal juga terdapat makam benderek atau para pengikutnya.
Meskipun makam yang berada di sekitar sulit untuk di identifikasi namun berdasarkan ciri dari nisanya menunjukan ciri-ciri makam Abad ke 19. Dan perlu diketahui Makam Ki Ageng Minak Sopal sendiri bercirikan abad ke-16.
BACA JUGA : Ini 3 Destinasi Wisata Religi Kota Madiun, Wajib Anda Kunjungi!
Bedasarkan buku Misbahus Surur berjudul Sebelum Trenggalek Kini menyatakan belum ada bukti yang jelas tentang kapan ajaran islam masuk ke wilayah Trenggalek. Namun berdasarkan ciri khasnya, peningalan ajaran islam nampak pada arsitektur makam Ki Ageng Minak Sopal.
Nisan di makam Ki Ageng Menak Sopal terbuat dari batu andesit dengan ciri khas adanya ukiran dan begitupun makam Ki Ageng Menak Sopal, terdapat ukiran dengan candra dan terukir motif daun bunga empat helai.
3. Makam Kiai Mbah Putih
Mbah Putih adalah sosok penyebar islam yang berasal dari Klaten. Nama asli mbah putih adalah Mbah Kiai Nurkholifah.
Tak ada cacatan sejarah yang menjelaskan tentang kehidupan mbah Kiai Kholifah. Kedatangan mbah putih ke daerah Kayen berawal dari pengejaran para kolonial Belanda. Kayen dulu adalah wilayah hutan dan berkayu lebat. Nama desa Kayen pun berasal dari mbah Kiai Nurkholifah.
Makam mbah putih ramai dikunjungi oleh para peziarah pada hari senin wage dan jum’at. Biasanya para peziarah mengelar Sima’an Al-Qur’an dan Dzikir bersama di makam Walliyulaah asal Klaten ini.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Sejarah Untuk Anak Muda
Lalu Siapa Mbah Putih?