Mudabicara.com_ Pasca Anies Baswedan menerima pinangan Partai Nasdem sebagai calon presiden, berbagai kalangan berusaha menjegal Anies.
Mulai dari tuduhan Anies memainkan politik identitas, prestasi selama memimpin DKI Jakarta yang dipelintir, hingga pencabutan izin tempat dalam rangka kunjungan Anies ke berbagai daerah.
Safari politik Anies seakan-akan mengganggu kalangan tertentu, terutama mereka yang sejauh ini berseberangan dengan Anies.
Kondisi ini tentu tidak masalah bagi Anies, sebab Anies tidak memikul beban atau kepentingan kelompok. Anies bukan orang partai sehingga publik menilainya sebagai sosok yang memikul tanggung jawab moril, bukan petugas partai.
Baca Juga : Ngumpulin Massa, Apa yang Dicari Jokowi?
Berbeda dengan capres lainnya, yang lahir dan dibesarkan oleh partai, bahkan menahkodai sebuah partai. Sehingga bagi masyarakat, dalam setiap kunjungan politiknya, berkaitan erat dengan kepentingan partai.
Anies Membumi dan Tetap Eksis
Inilah salah satu kelebihan Anies yang tetap eksis meski bukan orang partai. Upaya menjegal Anies harus dilihat sebagai āKejahatan Demokrasiā bahkan membunuh kehidupan demokrasi.
Hal ini dikarenakan Konstitusi secara sah memberikan kebebasan kepada siapapun untuk berkunjung kemana pun. Kondisi ini disebut kebebasan berkumpul, berserikat dan mengeluarkan pendapat di depan umum.
Pencabutan izin tempat kunjungan Anies di Aceh adalah bukti konkret pembunuhan nilai-nilai demokrasi secara gamblang. Bagaimana mungkin, izin lokasi yang sebelumnya sudah disetujui oleh pemerintah setempat, tiba-tiba dianulir secara mendadak.
Dalam ilmu kriminologi, penjegalan Anies tersebut dinamakan āKejahatan Strukturalā. Perbuatan yang tidak terpuji diduga melibatkan struktur pemerintah.
Hal ini tentu membuat marah simpatisan Anies. Namun sayang, Anies mencegahnya. Anies berulang kali menyampaikan ke semua relawan yang mendukungnya agar tidak melakukan kekerasan.
Baca Juga : Jogja, Kuningan, dan Seember Tape Ketan
Anies berprinsip bahwa kekerasan tidak membawa kita pada kondisi yang lebih baik selain dari pada kehancuran. Kematangan emosional yang dimiliki Anies memberikan pelajaran bagi relawan, bahwa tugas mereka bukan mencari permusuhan, tetapi menebar kebaikan melalui kerja-kerja kerelawanan.
Oleh sebab itulah, Anies dinilai sebagai figur yang menjunjung kedamaian dan memberi teladan dalam menyikapi sebuah masalah.
Meskipun izin tempat kunjungan Anies ke Aceh dicabut. Dengan keyakinan kuat yang dimiliki relawan, mereka tetap menyambut Anies dengan meriah, tanpa sekat, dan sejuk.
Ini yang membuat pembenci Anies naik pitang karena seolah kehabisan cara untuk menghentikan kecintaan masyarakat terhadap sosok Anies.
Tidak heran, dimanapun Anies berada, disana warga berdesak-desakan dengan penuh antusias.
Penjegalan Anies tidak hanya di Aceh, namun juga Ciamis, Tasikmalaya dan Pekanbaru. Memotong gerak Anies dengan segala cara menunjukkan dua hal yakni menampakkan kualitas pembenci Anies sekaligus menampakkan kualitas Anies. Kualitas seseorang dilihat dari kualitas lawannya.
Penjegalan Anies justru semakin menunjukkan sosok Anies yang sebenarnya. Publik akan semakin memantapkan dirinya untuk memilih Anies. Sementara pembenci Anies akan kembali mempertimbangkan untuk tidak memilih Anies.
Semakin Anies dijegal maka popularitas Anies semakin melejit. Anies tidak perlu berpura-pura merakyat, juga tidak perlu seolah-olah paling baik seperti yang dilakukan oleh banyak politisi.
Baca Juga : Mengapa Anies Selalu Disambut Meriah?
Dengan rekam jejak gemilang semasa memimpin DKI Jakarta, serta kekayaan intelektual yang dipunyai, Anies menjalani proses menuju 2024 dengan penuh optimis serta keringanan langkah.
Jika ada yang memusuhi Anies bahkan mencoba menjatuhkan-nya, maka rakyatlah yang melawannya dengan cara-cara elegan dan sejuk.
Bagaimanapun, hanya orang baik yang akan dimusuhi oleh kejahatan, dan kejahatan akan selalu kalah di hadapan kebaikan.