Sekelompok mahasiswa pulau Kei yang tersebar di bebapa daerah di Indonesia dipertemukan kembali di kampung halaman. Tentu mereka berasal dari kampus serta jurusan yang berbeda-beda namun memiliki visi yang sama. Ketika pulang kampung mereka tidak menghabiskan waktu untuk liburan bersama keluarga, teman atau sahabat. Mereka malah memilih untuk membuat kegiatan sosial yang mereka namakan dengan sebutan “Aufklarung”.
Kegiatan Aufklarung dilaksanakan di Desa Letman, Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara. Kegiatan dilaksanakan selama dua bulan yakni bulan Juli sampai bulan Agustus. Bentuk kegiatan Aufklarung berupa pelatihan, pengajaran, dan pengadaan buku. Kegiatan pelatihan di isi dengan pelatihan komputer dengan materi Microsoft word dan Microsoft power point. Pengajaran di isi dengan materi bahasa Inggris sedangkan pengadaan buku dilakukan dengan memberikan buku umum atau buku sekolah kepada anak-anak yang ada di Desa Letman.
“Kegiatannya bagus dan respon masyarakatnya juga positif akan kehadiran mereka.” Kata Miko Tukloy pemuda taman baca Letman, kepada Mudabicara.com via telpon (08/8/20).
Kegiatannya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan semangat anak-anak membaca buku serta meraih pendidikan tinggi. Kegiatan Aufklarung dilaksanaka dua sampai tiga kali seminggu. Materi setiap pertemuan berbeda-beda. Kegiatan dimulai jam 13.00 sampai 16:00.
Baca Juga : https://mudabicara.com/pemuda-desa-merawat-nasionalisme-di-tengah-pandemi/
“semoga dengan kegiatan Aufklarung ini anak-anak di desa Letman mempunyai motivasi untuk dapat belajar lebih tinggi, syukur-syukur sampai perguruan tinggi” Tambahnya.
Kegiatan Aufklarung cukup memberi manfaat kepada masyarakat khususnya di Desa Letman. Meskipun dalam prosesnya banyak hambatan yang di lalui. Namun dengan niat dan semangat yang baik akhirnya kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
“Kami semua percaya bahwa masyarakat tidak akan pernah tanya, dek kamu kuliah dimana? kampus apa? IPK terakhir kamu berapa? penghargaan kamu apa saja? kamu aktivis ya?. Mereka tidak membutuhkan semua informasi itu yang mereka butuhkan hanyalah satu yakni aksi nyata yang dapat mereka rasakan. Mengingat ilmu adalah amal maupun sebaliknya. Keduanya menjadi dua unsur yang harus seimbang dalam konteks kehidupan seseorang.” Ujar Abdul Hamid Ketua Panitia Kegiatan Aufklarung.