PB HMI MPO Desak Audit Nasional Pesantren Usai Ambruknya Bangunan di Sidoarjo

Sosial73 Dilihat

Mudabicara.com_Tragedi ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9), menewaskan 67 santri dan melukai lebih dari 100 lainnya.

Mayoritas korban merupakan santri berusia 13–19 tahun yang sedang melaksanakan salat Asar berjamaah. Hingga Rabu (8/10), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 40 jenazah telah berhasil diidentifikasi, sementara 27 lainnya masih dalam proses identifikasi.

Baca Juga: OJK: Kerugian Akibat Penipuan Capai Rp 6,1 Triliun, Baru Rp 374 Miliar yang Diblokir

Menanggapi tragedi ini, M. Risdamuddin, Ketua Komisi Pendidikan PB HMI MPO, menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh keluarga korban dan masyarakat pesantren.

“Kami sangat berduka cita atas hilangnya nyawa para santri yang masih muda dan berpotensi besar. Peristiwa ini merupakan kehilangan besar bagi dunia pendidikan keagamaan di Indonesia,” ujarnya.

Risdamuddin menekankan perlunya pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap pondok pesantren di seluruh Indonesia. Menurutnya, musibah ini menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap pembangunan dan operasional pesantren, termasuk aspek keamanan bangunan dan kesejahteraan santri.

Sebagai solusi, Ketua Komisi Pendidikan PB HMI MPO mendorong pemerintah untuk:

  1. Melakukan audit dan inspeksi rutin terhadap seluruh pesantren, baik dari aspek konstruksi bangunan maupun manajemen operasional.
  2. Menerapkan standar keamanan dan sertifikasi wajib bagi pondok pesantren sebelum beroperasi.
  3. Meningkatkan keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam memantau kegiatan pesantren, termasuk mekanisme pengaduan yang transparan.
  4. Memberikan pelatihan kepada pengasuh pesantren terkait manajemen pendidikan, keselamatan, dan perlindungan santri.

Baca Juga: Ketua KPK: Tak Ada Hambatan, Penetapan Tersangka Kasus Haji Tinggal Tunggu Waktu

“Langkah-langkah ini penting agar tragedi serupa tidak terjadi lagi. Pesantren harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak kita untuk belajar agama dan membangun karakter,” kata Risdamuddin.

Polda Jawa Timur sendiri telah memeriksa 17 saksi terkait insiden ini, dengan dugaan penyebab utama ambruknya bangunan adalah kegagalan konstruksi. Proses hukum akan tetap berjalan setelah identifikasi seluruh korban selesai.

Tulisan Terkait: