Tingkat Kesejahteraan Rendah, Anak Muda RI Ogah Kerja di Sektor Pertanian

Sosial97 Dilihat

Mudabicara.com_Indonesia mengalami penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian di setiap tahunnya. Alasannya, tak banyak banyak generasi penerus di sektor pertanian.

Kepala Center of Foof, Energy, and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, menyebutkan, lapangan kerja sektor pertanian terus menyusut sejalan dengan turunnya kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB).

Baca Juga: Hasil Survei Gen Z Ingin Kepala Daerah Berintegritas dan Visinya Jelas

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1995 kontribusi sektor pertanian sebesar 17,1 persen terhadap PDB, terus menyusut hingga di 2015 menjadi 13,5 persen terhadap PDB dan di 2023 menjadi sebesar 12,5 persen terhadap PDB.

Pada 1995, dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mencapai 46 persen, kian berkurang menjadi sebesar 32,9 persen di 2015, serta di 2023 jadi hanya sebesar 29,4 persen.

ā€œjadi dari tahun ke tahun, dari era periode pemenrintahan ke pemerintahan lainnya, sektor pertanian kita terus menyusut terhadap PDB. Lapangan kerjanya juga terus menyusut,ā€ tutur Abra dalam Webinar ā€˜Penguatan Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan: Pekerjaan Rumah Pemerintah Prabowo-gibranā€™ dikutip senin (23/9/2024.)

Ia mengatakan, kondisi tersebut tak lepas dari rendahnya minat generasi muda untuk bekerja profesional di sektor pertanian. Anak muda saat ini justru lebih tertarik bekerja di bidang jasa.

Hal tersebut bisa dilihat dari data pangsa tenaga kerja sektor jasa terus meningkat. Pada 1995, pangsa tenaga kerja sektor ini sebesar 43,2 persen, lalu naik di 2015 menjadi sebesar 53,8 persen, dan di 2023 naik lagi menjadi 55,8 persen.

Kondisi menyusutnya minat untuk bekerja di sektor pertanian menurut Abra disebabkan rendahnya kesejahteraan pekerja di sektor ini, sehingga banyak yang pilih bekerja di sektor yang lebih menjanjikan.

ā€œSemakin hilangnya minat anak muda berkarya atau bekerja di sektor pertanian karena melihat begitu besarnya risiko di sektor ini, kesejahteraan tidak menjamin di sektor pertanian,ā€ ucapnya.

Baca Juga: Berawal dari 5 Anggota, Green Welfare Komunitas Anak Muda Peduli Lingkungan Berjejaring Internasional

ā€œsehingga sangat wajar Ketika para tenaga kerja meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke sektor lain, khusunya sektor jasa,ā€ sambung Abra.

Tingkat kesejahteraan sektor pertanian dikatakan Abra, terlihar dari pendaparan pekerjanya cenderung rendah dan di bawah rata-rata upah minimun regional (UMR).

Berdasarkan data sensus pertanian BPS, rata-rata pendapatan rumah tangga petani selama setahun sebesar Rp 25,56 juta, atau hanya sebesar 2,21 juta per bulan.

ā€œJadi memang sangat-sangat minim kesejahteraan petani,ā€ tandasnya.

Tulisan Terkait: