Webinar Pendidikan PB HMI: Beasiswa untuk Indonesia Emas 2045

Pendidikan12 Dilihat

Mudabicara.com_Komisi Pendidikan PB HMI menyelenggarakan Webinar Beasiswa untuk Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045. Webinar ini dihadiri oleh Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puspenma), Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI, Dr. Ruchman Bosari, S.Ag., M.Ag. sebagai narasumber.

“Kita tidak hanya mendiskusikan beasiswa, tetapi juga memastikan pendidikan merata di seluruh Indonesia,” ujar Risdamuddin, Ketua Komisi Pendidikan PB HMI dalam sambutan webinar Beasiswa untuk Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045, Minggu.

Ia mengatakan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, maka harus membangun manusia unggul melalui beasiswa.

“Harapannya, dengan webinar ini terbangun kerja sama antara PB HMI dengan Puspenma Kementerian Agama dalam merancang skema beasiswa ke depannya,” terang Risdamuddin.

Baca Juga: Saat Menteri Agama Menjadi Enabler Kekerasan

Sejalan dengan itu, Ketua Umum PB HMI, Handy Muharam, menyampaikan organisasi HMI merupakan organisasi yang tangguh dan kreatif.

“HMI merupakan organisasi yang tangguh, creative minority,” ujar Handy dalam sambutannya.

Ia menjelaskan visi PB HMI sejalan dengan visi pemerintah, membangun SDM unggul.

“Visi intergenerasi PB HMI itu sederhana. Jika orang tuanya pemegang sapu lidi di sekolah, maka anaknya harus menjadi guru di sekolah, cucunya harus jadi kepala sekolah. Visi itu sejalan dengan visi pemerintah, Indonesia unggul, SDM unggul untuk mencapai Indonesia Emas 2045,” terang Handy Muharam.

Handy menegaskan komitmen PB HMI membangun SDM unggul. “Jika HMI diberikan kepercayaan, in sya Allah HMI amanah,” ucapnya.

Kepala Puspenma Kementerian Agama, Dr. Ruchman Bosari, S.Ag., M.Ag. menyambut baik webinar yang diselenggarakan oleh Komisi Pendidikan PB HMI. Ia menyampaikan ucapan terima kasih karena sudah di undang PB HMI dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada PB HMI karena sudah menjadi bagian dari gerakan Beasiswa untuk Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.

“Ini bukan semata-mata kepentingan HMI, tetapi juga kepentingan Kementerian Agama. Kita harus saling sinergi dan kerja sama,” ujarnya.

Ia pun menyadari bahwa disparitas pendidikan di Indonesia masih sangat tinggi antara pendidikan di Jawa dan di luar Jawa tidak merata, baik dari segi fasilitas, infrastruktur maupun kualitas.

“Masih banyak gedung-gedung sekolah yang tidak layak pakai, akses ke sekolah yang masih jauh dan sulit, serta kehadiran guru yang tidak inspiratif,” terang Ruchman.

Selain itu, revolusi industri 4.0 dan disprupsi teknologi menjadi tantangan tersendiri, di mana tenaga kerja manusia digantikan oleh mesin/robot. Ada sekitar 75-375 juta tenaga kerja global beralih profesi (Taxi, Taxi online, Driverless Car) dan 1,8 juta pekerja digantikan artificial intelligence.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk bekerja 139,85 juta jiwa. Angka itu terdiri dari 5,32 persen Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan 69,48 persen Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dengan rata-rata upah 3,18 juta rupiah dan rata-rata pendapatan bersih pekerja informal 1,91 juta rupiah.

“Untuk mewujudkan Indonesia emas 2045, maka kita harus mempersiapkan kualitas tenaga kerja dengan teknologi digital,” katanya.

Baca Juga: Kejagung Sita Properti Anak Riza Chalid, Terkait Dugaan Pencucian Uang Migas

Menurutnya, target pembangunan Indonesia emas 2045, yaitu pendapatan per kapita setara negara maju, kemiskinan menuju 0 persen dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh internasional meningkat, daya saing sumber daya manusia meningkat, dan intensitas Gas Rumah Kaca (GRK) menurun menuju Net Zero Emissions.

“Pada tahun 2045, di usia Indonesia 100 tahun diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar ke-4 dan ke-8 terbesar dari PDB riil. Proyeksi pertumbuhan ini merupakan kenaikan sebesar 2,5 kali lipat dari PDB riil saat ini, yaitu $ 1,1 triliun di 2022 menjadi $ 2,8 triliun dalam 22 tahun ke depan,” papar Ruchman.

Ia pun membandingkan rasio penduduk bergelar S2/S3 dari penduduk usia produktif. Indonesia 0,49 persen tertinggal dibandingkan Malaysia, Vietnam, Thailand 2,43 persen, dan negara maju 9,8 persen.

“Dengan beasiswa Kemenag diharapkan mampu meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk mencapai Indonesia emas 2045,” ujarnya.

Tulisan Terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *