10 Tips Cara Berkomunikasi Positif Dengan Anak

Tips dan Trik435 Dilihat

Mudabicara.com_ Cara berkomunikasi positif memang perlu dipelajari, banyak orang tua belum mengerti tentang bagaimana cara membangun komunikasi positif dengan anak. Tak jarang komunikasi hanya dipahami sebagai interaksi satu arah yakni memerintah dan menasehati.

Nah! ternyata komunikasi dengan anak tidak hanya sebatas satu arah namun perlu adanya timbal balik agar anak mendapat ruang untuk belajar berkomunikasi.

Bila ingin belajar cara berkomunikasi positif dengan anak, kini mudacara memiliki 10 tips bagaimana cara berkomunikasi positif dengan anak. Selengkapnya simak ulasan mudabicara berikut ini:

BACA JUGA : 10 Tips Untuk Mengubah Kebiasaan Lebih Baik

Sekilas Tentang Komunikasi Positif

Setiap interaksi antara orang tua dengan anak adalah bagian dari komunikasi. Itu bukan hanya tentang kata-kata yang terucap.

Namun nada suara, sorot mata serta pelukan dan ciuman anda adalah komunikasi, bahkan semua yang menyangkut penyampaian pesan kepada anak adalah komunikasi.

Cara berkomunikasi dengan anak  tidak hanya mengajari mereka cara berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga membentuk perkembangan emosional mereka dan bagaimana mereka membangun hubungan di kemudian hari.

Sebagai orang tua, cara berkomunikasi positif dibangun berdasarkan sikap konstrusktif, supportif, efektif, dan diwarnai dengan emosi yang positif.

Mengapa emosi positif? Karena setiap interaksi melibatkan emosi, dan emosi akan berpengaruh kepada cara kerja otak anak.

Ketika emosi yang muncul adalah emosi negatif, anak akan merespons sesuai peran kerja pada bagian otak tertentu, seperti batang otak atau otak reptile.

BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Bimbingan Konseling Untuk Anak Muda

Eksesnya dalam jangka Panjang adalah perilaku anak yang semakin impulsive dan cenderung destrtuktif.

10 Tips Cara Berkomunikasi Positif Dengan Anak

1. Perhatikan Pembicaraan Dengan Seksama

Anak anda tahu, bahwa anda memperhatikan dan tertarik dengan apa yang ia sampaikan kepada Anda. Ketika Anda berkomunikasi dengan anak Anda, tumpahkan perhatian Anda kepada pembicaraannya sepenuh hati.

Tunjukkan ketertarikan Anda dengan menyimak dengan baik. Karena hal tersebut memberikan suasana dukungan dan kepercayaan bagi anak untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

2. Jadilah Pendengar Yang Baik.

Seni berkomunikasi, adalah bagaimana sesama komunikator dapat memberikan respons satu sama lain. Terjalin hubungan emosi yang baik dalam hal percakapan.

Hal itu tentu tidak terjadi jika salah satu dari orang yang sedang berkomunikasi tidak mendengarkan. Teman berkomunikasi yang baik bagi anak adalah orang tua yang mau mendengarkan.

Jadilah pendengar yang baik bagi Anak Anda agar mereka menjadi orang yang akan menghargai dan mampu menjadi anak yang percaya diri.

3. Libatkan Emosi Dan Tubuh Anda

Kegiatan berkomunikasi adalah kegiatan verbal dan juga non verbal. Perhatikan raut wajah Anda, gestur tubuh dan gerakan yang membuat Anak mampu menangkap apa yang ingin Anda sampaikan dengan tepat dan baik.

BACA JUGA : Mengenal Chairil Anwar, Sastrawan Besar Indonesia

Berbicara hanya dengan suara, membuat lawan komunikasi Anda, dalam hal ini anak Anda sulit menemukan kehangatan dalam hubungan keluarga yang dekat.

4. Hindari Penggunaan kata negatif, Merendahkan atau Mempermalukan.

Mengapa anak-anak (nampak) “bandel” atau abai terhadap aturan? Sesungguhnya proses terjadinya perilaku tersebut cukup panjang.

Itu berawal dari masa usia dini anak-anak, ketika mereka mulai mampu berkomunikasi dengan orang dewasa di sekitarnya, terutama orang tuanya.

Kata negatif, omelan, cacian atau tindakan mempermalukan anak, adalah salah satu faktor kuat yang menyebabkan munculnya perilaku “rebellious” dalam diri anak.

5. Jika Terjadi Pelanggaran, Fokus Pada Perilaku dan Solusi, Bukan Pada Diri Anak.

Membentuk perilaku baik dalam tumbuh kembang anak tidak selamanya sesuai serratus persen seperti apa yang orang tua inginkan. Patut disadari, itu karena Tuhan memang Maha Mencipta.

Keunikan manusia adalah salah satu tanda Kebesaran Tuhan di alam ray aini. Anak memiliki sifat impulsive dalam bertindak.

Orang tua perlu menjaga rasionalitas tindakan dan respons atas pelanggaran yang dilakukan oleh anak karena sifat impuls tadi.

Maka siapkan solusi yang bijak dalam menghadapi pelanggaran anak. Jangan menempatkan mereka pada porsi orang dewasa, karena usianya beda.

6. Setiap Anak Memiliki Keistimewaan, Jangan Bandingkan Dengan Orang Lain

Perilaku membandingkan satu anak dengan yang lain adalah tindakan represif yang menyudutkan dan sekaligus membuat suasana ketidakberdayaan.

Setiap anak unik, setiap anak cerdas sesuai anugerah Tuhan berikan kepadanya. Komunikasi positif harus dibangun dengan dasar ketulusan, keberpihakan dan rasa keadilan.

BACA JUGA : Mengenal Dieng Culture Festival; Wujud Kebudayaan Khas Masyarakat Dieng

Anak yang lemah akan bertambah lemah dari dalam dirinya ketika harus dibandingkan dengan anak yang kuat. Membandingkan anak sama dengan melatih mereka bersikap manipulatif, tidak apa adanya.

Di masa yang panjang, akan mendorong sikap culas karena ketidakpercayaan diri.

7. Biasakan Memberi Pertanyaan Terbuka

Apa itu ‘pertanyaan terbuka’? Pertanyaan terbuka adalah ungkapan pertanyaan yang mengajak anak berpikir, menjawab dengan memberikan pandangannya atau mengungkapkan perasaannya.

Kebiasaan bertanya dengan jawaban “iya” dan “tidak”, kurang memupuk kemampuan berpikir, kemampuan menalar. Berbicara dengan anak adalah proses berlatih kerja motorik dan syaraf otak yang menguatkan dan membantu  hubungan sinaptik dalam perkembangan otak anak.

Dengan menjawab pertanyaan, anak akan belajar menghubungkan informasi dengan penguasaan kosa kata dan pengalaman serta keterampilan berpikir.

8. Libatkan Anak Dalam Membuat Penyelesaian Masalah

Keterampilan problem solving bukan sesuatu yang ada seperti chip computer. Anak tumbuh dan berkembang Bersama pola asuh dan pola didik di sekitarnya.

Bahkan seorang anak tidak pernah bisa bicara jika ia tidak pernah mendengar bunyi yang membentuk kata dan kalimat. Begitupun kemampuan dan memecahkan masalah.

Itu adalah keterampilan yang terbentuk sesuai kualitas interaksi dan komunikasi antara anak dengan orang tuanya atau lingkungannya.

Bahkan guru di sekolah juga memiliki porsi yang tidak kecil untuk melakukan itu. Orang tua hendaknya melibatkan anak dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi oleh anak. Tidak langsung menyelesaikan, apalagi menggantikan tanggungjawabnya.

9. Paraphrase Ungkapan Anak

Teknik paraphrase adalah mengulang Sebagian pernyataan anak dengan bertanya Kembali atau menegaskan. “Mah, aku tadi terjatih saat bermain ayunan”.

BACA JUGA : Resensi Buku Filosofi Teras: Hidup Harus Bahagia

Lalu orang tua akan mengatakan “Oh, kamu terjatuh saat bermain ayunan, kapan nak?”.

Teknik ini sejatinya adalah menunjukkan sikap peduli dan perhatian yang tinggi terhadap apa yang dialami anak. Pola komunikasi ini akan membangun rasa nyaman dan sikap terbuka anak saat berkomunikasi dengan orang tuanya atau gurunya.

10. Selaraskan Dan Sejajarkan Posisi Anda untuk Merefleksikan Perasaan

Dalam berkomunikasi, orang tua hendaknya menyeleraskan dan menyejajarkan posisinya dengan anak. Maksudnya orang tua tidak berbicara dengan kondisi yang membuat anak kesulitan dalam mendengarkan kata-kata.

Hal itu bisa karena poisinya letaknya agak jauh, atau anak tidak bisa menatap orang tua secara langsung karena perbedaan tinggi tubuh.

Merunduk atau rendahkan tubuh Anda saat berbicara dengan anak. Tunjukkan perhatian dan tatap matanya saat berbicara atau menjawab pertanyaan.

Nah! demikian tips cara berkomunikasi positif dengan anak, sampai jumpa di tips-tips ala mudabicara berikutnya.

Tulisan Terkait: