Mudabicara.com_ Buku Filosofi Teras merupakan karya seorang blogger kenamaan Indonesia bernama Henry Manampiring. Latar belakang terbitnya buku Filosofi Teras karena Henry mengalami Major Depressive Disorder.
Henry Manampiring yang terkenal sebagai praktisi periklanan ini pernah mengalami fase sulit dalam hidupnya saat mengalami depresi.
Gara-gara depresi, alumni master bisnis (MBA) dari University of Melbourne ini menemukan sebuah buku berjudul How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci. Buku yang mengantarkannya menemukan ketenangan dan kedamaian sehingga dapat mengendalikan emosi.
BACA JUGA : Gaya Kepemimpinan Situasional, Pengertian, Ciri dan Manfaatnya
Sebagai orang yang tak ingin bergantung pada obat-obatan ia terus berusaha mencari jalan keluar dan akhirnya menemukan stoisisme. Stoisisme membawanya kedalam lautan banyak buku-buku filsafat yang menjadikannya pribadi yang lebih tenang dan bersahaja dalam merespon setiap permasalahan.
Kecakapannya dalam menulis inilah yang membuatnya ingin membukukan hasil bacaannya tentang stoisisme. Nah! kali ini mudabicara ingin meresensi buku Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini.
Sinopsis Buku Filosofi Teras
“Jika Anda hidup selaras dengan alam, Anda tidak akan pernah miskin. Jika Anda hidup menurut apa yang orang lain pikirkan, Anda tidak akan pernah kaya”.
Kutipan yang sekali lagi memberi gambaran kepada kita tentang konsep stoikisme. Buku karya Henry Manampiring mencoba mengenalkan kembali ajaran stoa atau stoikisme.
Lalu apakah stoikisme itu sendiri? Stoikisme adalah sebuah ajaran filsafat yang nengajarkan orang untuk hidup sederhana dan menerima nasib kehidupan apa adanya. Dalam filsafat stoa tidak semuanya abstrak dan tidak semuanya praktis. Hal inilah yang membedakan filsafat stoa dengan filsafat lainnya.
Bila mempelajari filsafat klasik orang sering menyebut nama Plato, Sokrates, dan Aristoteles. Jarang sekali orang membahas teori filsafat Zeno terkait tentang konsep Jiwa. Di sisi lain Zeno juga terkenal dengan salah satu teorinya yakni teori paradok.
BACA JUGA : Resensi Buku Melawan Korupsi Karya Vishnu Juwono
Sebagai sebuah aliran filsafat, stoikisme lahir dari seorang tokoh bernama Zeno sekitar 311 SM. Aliran stoikisme berisi tentang ajaran hidup yang sederhana, pasrah. Selain itu stokisme juga membahas tentang dialektika dan retorika.
Latar belakang pemilihan judul Filosofi Teras sendiri tak lepas dari sejarah Stoa yang berarti teras. Konon dulu Zeno memberikan ceramah kapada orang-orang Yunani kuno tentang stoa di teras rumah. Oleh sebab itu, judul buku dalam bahasa Indonesianya Filosofi Teras.
BACA JUGA : Mengenal Teori Paradoks Zeno
Kunci Kebahagaian Ala Filosofi Teras
Buku ini menjelaskan tentang kunci kebahagian adalah menerima semua pemberian alam semesta. Artinya pemberian alam adalah sesuatu yang sudah kita miliki hari ini bukan sesuatu yang masih dalam angan-angan.
Maka kebahagian sejati dalam pandangan stoisime adalah ketika orang bisa menikmati hari ini tanpa adanya kekhawatiran untuk masa depan.
Bila orang bijak akan menerima dan menjalani segala takdir tanpa mengharapkan apa yang yang tidak menjadi haknya. Maka orang pintar kebalikannya, ia selalu memiliki rencana dan anggan-angan yang tinggi.
“Ada hal-hal di bawah kendali (tergantung pada) kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali (tidak bergantung pada) kita”
Salah satu kutipan dalam buku filosofi teras ini mengajarkan satu kebijaksanaan hidup tentang merasa bahagianya dengan hal-hal yang dapat kalian kendalikan dan jangan pernah mencari kebahagiaan dari hal-hal yang tidak dapat kalian kendalikan.
Misalnya yang tidak dapat kita kendali adalah enis kelamin, kondisi saat kita lahir, cuaca, bencana dan peristiwa-peristiwa alam lainnya.
BACA JUGA : Mengenal Teori Tindakan Sosial Max Weber
Selain itu, pandangan orang lain, kekayaan dan kesehatan juga merupakan bagian yang sepenuhnya bukan bagian dari kendali kita.
Orang bisa saja mencari kekayaan dan menjaga kesehatan namun tidak ada daya dan upaya pun yang menjamin orang tersebut dapat sehat dan kaya selamanya.
Hidup dengan emosi negatif yang terkendali dan hidup dengan kebajikan (virtue/arete) atau hidup bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia
Nah! Beberapa hal yang dapat kita kendalikan adalah keingginan, tujuan, pendapat, cita-cita serta segala sesuatu yang menyangkut dengan tindakan sosial dan pikiran kita.
Buku ini merupakan salah satu buku yang rekomended bagi kalian yang sering mengalami kegelisahan dan over thingking terhadap kehidupan.
Selain mengajarkan dan cara mempraktekan stoisisme, buku ini juga dilengkapi hasil wawancara orang yang pernah mempraktekan ajaran stoisisme. Alhasil buku ini mampu memperkaya para pembaca tentang bagaimana hidup bahagia dan tentram.
BACA JUGA : Pembagian Sastra lama Indonesia, Macam dan Jenisnya
Bahasanya yang gurih dan runtut menambah keasyikan pembaca dalam menikmati buku filosofi teras ini. Gambaranya tentang perkembangan zaman yang ringgan menjauhkan buku ini dari kesan filsafat yang berat.
Arti Filosofi Teras Dalam Kehidupan
Pertemuan Henry Manampiring dengan aliran filsafat stoikisme bukanlah hal kebetulan. Hal itu terjadi pasca ia mengalami fase sulit dalam hidupnya dengan menderita depresi.
Sejak saat itu, Henry bolak balik menemui psikiater untuk dapat mencari solusi atas apa yang ia hadapi. Akhirnya ia menemukan sebuah bacaan yang menjelaskan tentang filsafat Stoik.
Filsafat stoiklah yang membawa Henry menemukan semacam oase yang merubahnya menjadi manusia yang selalu positive thingking, tidak lagi ambisius dan perfeksionis.
Namun banyak orang menyalah artikan kata pasrah pada keadaan. Dalam filsafat stoikisme, menerima sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan adalah tujuan utama.
Sehingga seandainya pada sesuatu yang bisa kita kendalikan maka kita sebagai manusia harus tetap berusaha dan berjuang untuk menjadi lebih baik.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Filsafat Untuk Anak Muda
Maka bagi penganut filsuf stoa, menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan tidak rasional. (hal. 49)
Inilah yang membedakan filsafat pada umumnya dengan filsafat ala Zeno. Sehingga filsafat Zeno tidak mendapat kritikan dari para pemuka agama karena membawa manusia ke dalam kebijaksanaan hidup.
Lewat buku Filosofi Teras, Henry mampu membawa kajian filsafat stoisisme kembali kepermukaan sebab secara umum memang jarang terdengar. Bahkan filsafat stoisisme lebih dahulu dari pada agama nasrani atau pun islam.
Bagi ajaran stoisisme hambatan terbesar orang tidak mampu bahagia karena terlalu memikirkan masa depan sehingga lupa untuk menikmati hari ini.
Seperti dalam kutipan “Mereka kehilangan siang karena mengharapkan malam, dan malam berlalu dengan berat karena takut fajar.”
Kadang keinginan dan harapan yang tak dikelola dengan baik akan memunculkan keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menurut ajaran stois berbahaya karena akan memunculkan kelemahan.
Melalui buku filsofofi teras Henry mengajarkan teori filsafat praktis, di mana tidak serumit filsafat pada umumnya yang ketika orang membaca ala
Korelasi Filosofi Teras Dan Era Digital
Menelaah stoisisme menjadi salah satu hal yang penting di era digital kini. Sebab di era digital dan kemajuan teknologi banyak orang yang sebenarnya memiliki jiwa yang rapuh dan sedang tidak baik-baik saja.
Meski tak ada perang fisik namun tsunami teks melalui berbagai platform media sedang kita alami setiap hari. Modernitas tak selamanya menumbuhkan hal-hal positif.
Kini perang melawan hoaks, fake news, desepsi, bullying dan komentar-komentar para netizen, buzzer dan influencer menjadi penting adanya.
Belum lagi permasalahan dunia nyata berkaitan dengan beban hidup, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang kiranya membuat orang mengalami stress dan depresi.
BACA JUGA : Sistem Politik Oligarki, Pengertian, Macam Dan Ciri-Cirinya
Apalagi di media sosial kita hanya melihat hal-hal yang berhubungan dengan kebahagiaan, entah teman sedang makan-makan dan jalan-jalan.
Kadang permasalahan di atas jika tidak dikelola dengan pikiran yang jernih dan ketenangan jiwa akan membuat kita depresi dan merasa orang paling sengsara.
Media Sosial dan Permasalahan Mental
Bagi orang yang memiliki mental lemah maka melihat media sosial teman yang kelihatan lebih sukses dan hidup bahagia akan membuat kita stress dan depresi.
Oleh karena itu perlu adanya filter agar kita mampu menikmati hidup apa adanya tanpa beban keingingan yang belum pasti tercapai.
Dalam buku filosofi teras dijelaskan salah satu teori up to me dan not up to me. Di mana penyelesaian persoalan berawal dari penempatan maslah dengan benar. Teori ini berpendapat ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, dan hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.
Maka seseorang harus mengerti apa saja yang dapat kita kendalikan dan mana saja yang tidak dapat kita kendalikan. Misalnya pandangan orang lain terhadap kita, hal itu jelas bukan sesuatu yang dapat kita kendalikan. Sehingga jangan terlalu hiraukan nikmati hidup. Memikirkan hal tersebut malah membuat kita stress.
Demikian pula dengan kekayaan, kesehatan dan jodoh, kita bisa saja berusaha untuk mendapatkan semua itu namun tak ada jaminan tercapai. Maka jalan tengahnya adalah nikmati hidup dengan apa adanya dan syukuri segala pemberian.
Resah dan gelisah dalam hidup itu situasinya sama dengan marah-marah ketika terjebak di kemacetan. Tak ada gunanya, tidak membantu sedikit pun, malah mengganggu diri sendiri dan lingkungan.
BACA JUGA : Pengertian Sastra, Fungsi dan Macamnya
Berangkat dari hal-hal yang bisa dikendalikan dan yang tak bisa dikendalikan di atas, stoisisme memiliki prinsip bernama indifferent.
Buku ini sangat bagus, pastaslah jika ia mega best seller dan memenangkan Book of The Year di Indonesia International Book Fair 2019. Membaca buku ini tidak akan ada ruginya. Jika anda seorang religius, saya percaya keberagamaan Anda akan meningkat. Jika Anda bukan orang agamis, setidaknya usia anda akan lebih panjang.
Identitas Buku
Judul: Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: Kompas Media Nusantara
Genre: Psikologi
Edisi: Cetakan 40, Juni 2022
Tebal: 344
ISBN: 97862334630