Mudabicara.com_ Sastra menjadi pelajaran penting bagi anak muda seluruh Indonesia. Karena selain sastra ada unsur sejarah sastra juga memiliki banyak hikayat baik yang tersirat maupun tersurat.
Nah ! tahukah kawan mudabicara semua tentang pengertian sastra, fungsi dan macamnya. Jika belum tahu jangan khawatir, kini mudabicara.com ingin mengulas tentang pengertian sastra, fungsi dan macamnya.
Pengertian Sastra
Pengertian sastra adalah sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra yang berarti texs yang mengandung intruksi atau pedoman. Sastra dari kata sas yang berarti intruksi atau ajaran.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa merujuk kepada “kesusastraan” atau jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
BACA JUGA : Wajib Tahu! 36 Penghargaan Personal Anies Rasyid Baswedan
Dalam konteks kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Sebab sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan tetapi berhubungan dengan bahasa.
menjadi wahana untuk mengekpresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Suatu karya memiliki nilai sastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah. Di samping itu, susunan dan isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi satra harus saling mengisi, artinya sastra harus menimbulkan kesan yang mendalam di hati pembacanya. Hal itu sebagai wujud bahwa sastra memiliki wujud nilai-nilai karya seni.
BACA JUGA : Sistem Politik Demokrasi Liberal, Pengertian, Macam dan Cirinya
Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk. Karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra begitu sebaliknya.
Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masyarakat sastra memiliki beberapa fungsi antara lain :
1. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif artinya sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat dan pembacanya. Ketika seorang membaca sastra hati mereka merasa tenang dan tentram.
2. Fungsi Didaktif
Fungsi didaktif artinya sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
Ketika seorang pembaca membaca sastra lalu mereka secara tidak sadar akan berkontemplasi tehadap hidup mereka sendiri.
BACA JUGA : Pengertian Komunikasi Politik, Sifat dan Fungsinya
3. Fungsi Estetis
Fungsi estetis artinya sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat atau pembacanya karena sifat keindahannya. Pilihan diksi kata dan kalimat dalam sastra akan memberikan energi positif kepada para pembacanya.
4. Fungsi Moralitas
Fungsi moralits artinya sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca atau peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk. Sebab sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi Religius
Fungsi Relegius adalah sastra mampu menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat dan pembaca sastra. Membaca sastra dengan hikayat yang tinggi dapat meningkat rasa keimanan para pembacanya.
Ragam Sastra
Ragam sastra dapat kita lihat dari bentuk dan isinya. Bila dari bentuknya sastra terdiri dari empat macam antara lain.
1. Prosa
Prosa adalah bentuk sastar yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang. ia tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
2. Puisi
Puisi adalah bentuk sastra yang diuraikan dengan mengunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu. Beberapa aturan atau kaidah dalam puisi antara lain:
a. Jumlah baris tiap-tiap baitnya
b. Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya
c. Persamaan bunyi kata
d. Irama
BACA JUGA : Sosialisasi Politik: Pengertian, Fungsi dan Jenisnya
3. Puisi Liris
Puisi liris adalah bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi. Bedanya puisi liris menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
Gaya puitis yang menekankan perasaan melalui diksi kata-kata dengan tata bahasa teratur dan rima yang terkadang mirip dengan nyanyian.
Dalam puisi liris seorang penyair mengesampingkan obyektifitas. Mereka lebih suka menampilkan refeksi suatu fenomena atau perasaan tertentu. Hal ini mengakibatkan puisi liris menampilkan subyektifitas penyair itu sendiri.
4. Drama
Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan mengunakan bahasa yang bebas dan panjang. Sastra dalam bentuk drama ditampilkan mengunakan monolog maupun dialog.
Drama sendiri terbagi menjadi dua bagian yakni drama naskah dan drama pementasan. Dalam arti yang lebih luas drama merupakan bentuk sastra yang berisi tentang cerita kehidupan masyarakat kemudian dipentaskan.
Seseorang yang menampilkan drama namanya aktor atau artis. Aktor dan artis tersebut bertugas untuk berdialog dan membuat gerakan sesuai dengan text untuk ditampilkan kepada penonton.
BACA JUGA : Pengertian Partisipasi Politik dan Macamnya
Secara etimologi drama berasal dari bahasa Yunani yakni “draomai”, artinya bertindak,beraksi, berlaku dan berbuat. Sehingga drama dapat juga diartikan suatu perbuatan atau tindakan yang ditulis kemudian tulisan tersebut menjadi sumber pementasan.
Kini drama tidak terbatas pada pementasan di pangung namun kini drama juga dapat dipentaskan di media-media elektronik maupun online.
Ragam Sastra dalam konteks isi
1. Epik
Epik adalah karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
Biasanya epik beirisi tentang puisi panjang yang berasal dari tradisi lisan kuno dan menceritakan perbuatan sekaligus petualangan tokoh heroik atau legendaris atau sejarah suatu bangsa.
2. Lirik
Lirik adalah karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif. Ragam sastra ini terdiri dari kumpulan syair dan chorus yang membentuk lagu utuh, atau puisi pendek dan non-naratif.
Karya dalam bentuk lirik menggunakan pembicara tunggal dan mengekspresikan secara pribadi. Puisi dalam bentuk liris sering populer karena kualitas dan ritme musiknya. Lirik mudah diekpresikan dalam bentuk musik.
3. Didaktif
Didaktif adalah karya sastra yang isinya mendidik penikmat atau pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama dan lain sebagianya. beberapa contoh karya didaktif bisa kita lihat dalam karya-karya puisi Hamzah Fansuri,
Syair Perahu
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Syair Perahu
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
“Taharat dan istinja'” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Syair Perahu
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
tanpa ada tujuan yg tetap,
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insan,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
4. Dramatik
Dramatik adalah karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian baik atau buruk dengan pelukisan dan pengambaran berlebih-lebihan
Demikian pengertian sastra, fungsi dan macamnya. semoga dengan ulasan di atas para pembaca dapat memahami dengan baik apa itu pengertian sastra.