21 Puisi Sapardi Djoko Damono Wajib Anak Muda Baca

Sastra748 Dilihat

Mudabicara.com_ Puisi Sapardi Djoko Damono menjadi salah satu puisi yang populer di tengah masyarakat terutama kalangan anak muda.

Puisi berjudul “Aku Ingin” dan “Hujan Di Bulan Juni” menjadi dua puisi yang sering anak muda baca sebab penuh dengan nuansa cinta dan kasih sayang.

Kata-kata yang dalam dan sederhana membuat Sapardi Djoko Damono termasuk sastrawan yang luar biasa, seperti kata-katanya dalam puisi berjudul “Aku Ingin” , “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”.

Baca Juga : 3 Puisi Putu Wijaya Yang Wajib Anak Muda Baca

Nah penasarankan dengan karya-karya puisi Sapardi Djoko Damono lainnya, kini mudabicara akan mengulas terkait puisi Sapardi Djoko Damono. Berikut ulasannya.

Mengenal Sapardi Djoko Damono

Puisi Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono merupakan sastarawan Indonesia kelahiran Surakarta pada 20 Maret 1940. Kiprah dan sumbangsihnya pada dunia sastra Indonesia tak diragukan lagi.

Melalui karya-karyanya, Sapardi Djoko Damono yang juga dosen Universitas Indonesia ini banyak mendapatkan penghargaan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Puisi Sapardi Djoko Damono tak kan hilang oleh waktu dan runag karena tetap menghiasi dalam berbahagai khazanah ilmu sastra Indonesia.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut puisi Sapardi Djoko Damono yang cocok untuk di baca anak muda.

Puisi Sapardi Djoko Damono Yang Cocok Dibaca Anak Muda

1. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Hatiku Selembar Daun”

Hatiku selembar daun

melayang jatuh di rumput;

Nanti dulu,

biarkan aku sejenak terbaring di sini;

ada yang masih ingin kupandang,

yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi

sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

Baca Juga : 22 Puisi Sutan Takdir Alisjahbana Yang Wajib Anak Muda Baca

2. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Pada Suatu Hari Nanti”

Pada suatu hari nanti,Jasadku tak akan ada lagi,

Tapi dalam bait-bait sajak ini,

Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,

Suaraku tak terdengar lagi,

Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,

Impianku pun tak dikenal lagi,

Namun di sela-sela huruf sajak ini,

Kau tak akan letih-letihnya kucari.

3. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Aku Ingin”

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(1989)

4. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Hanya”

Hanya suara burung yang kau dengardan tak pernah kaulihat burung itu

tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kaurasa

dan tak pernah kaulihat angin itu

tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini

dan tak pernah kaulihat siapa aku

tapi yakin aku ada dalam dirimu

5. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Sajak Kecil Tentang Cinta”

Mencintai angin harus menjadi siutMencintai air harus menjadi ricik

Mencintai gunung harus menjadi terjal

Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak

Mencintai-Mu harus menjelma aku

Baca Juga : 13 Puisi Amir Hamzah Yang Wajib Anak Muda Baca

6. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Hujan Bulan Juni”

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

7. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Kita Saksikan”

kita saksikan burung-burung lintas di udarakita saksikan awan-awan kecil di langit utara

waktu itu cuaca pun senyap seketika

sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya

di antara hari buruk dan dunia maya

kita pun kembali mengenalnya

kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata

saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia

1967

8. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Metamorfosis”

Ada yang sedang menanggalkankata-kata yang satu demi satu

mendudukkanmu di depan cermin

dan membuatmu bertanya

tubuh siapakah gerangan

yang kukenakan ini

ada yang sedang diam-diam

menulis riwayat hidupmu

menimbang-nimbang hari lahirmu

mereka-reka sebab-sebab kematianmu

ada yang sedang diam-diam

berubah menjadi dirimu.

Baca Juga : 10 Puisi Rivai Apin Yang Wajib Anak Muda Baca

9. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul ” Yang Fana Adalah Waktu”

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik,

merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Kita abadi.

1978

10. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Dalam Diriku”

Dalam diriku mengalir sungai panjangDarah namanya;

Dalam diriku menggenang telaga darah

Sukma namanya;

Dalam diriku meriak gelombang sukma

Hidup namanya!

Dan karena hidup itu indah

Aku menangis sepuas-puasnya.

11. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Menjenguk Wajah di Kolam”

Jangan kau ulang lagi menjenguk

wajah yang merasa

sia-sia, yang putih

yang pasi

itu.

Jangan sekali-

kali membayangkan

Wajahmu sebagai

rembulan.

Ingat,

jangan sekali-

kali. Jangan.

Baik, Tuan.

12. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Gerimis Jatuh”

Gerimis jatuh kau dengar suara di pintuBayang-bayang angin berdiri di depanmu

Tak usah kau ucapkan apa-apa; seribu kata

Menjelma malam, tak ada yang di sana

Tak usah; kata membeku,

Detik meruncing di ujung Sepi itu

Menggelincir jatuh

Waktu kaututup pintu.

Belum teduh dukamu.

Baca Juga : 13 Puisi Asrul Sani Yang Wajib Anak Muda Baca

13. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Kuhentikan Hujan”

Kuhentikan hujanKini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku

Menembus tanah basah

Dendam yang dihamilkan hujan

Dan cahaya matahari

Tak bisa kutolak

Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga

14. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Kenangan”

Ia meletakkan kenangannya

dengan sangat hati-hati

di laci meja dan menguncinya

memasukkan anak kunci ke saku celana

sebelum berangkat ke sebuah kota

yang sudah sangat lama hapus

dari peta yang pernah digambarnya

pada suatu musim layang-layang

 

Tak didengarnya lagi

suara air mulai mendidih

di laci yang rapat terkunci.

 

Ia telah meletakkan hidupnya

di antara tanda petik

 

15.  Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Sajak Tafsir”

Kau bilang aku burung?Jangan sekali-kali berkhianat

kepada sungai, ladang, dan batu.

Aku selembar daun terakhir

yang mencoba bertahan di ranting

yang membenci angin.

Aku tidak suka membayangkan

keindahan kelebat diriku

yang memimpikan tanah,

tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku

ke dalam bahasa abu.

Tolong tafsirkan aku

sebagai daun terakhir

agar suara angin yang meninabobokan

ranting itu padam.

Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat

untuk bisa lebih lama bersamamu.

Tolong ciptakan makna bagiku,

apa saja — aku selembar daun terakhir

yang ingin menyaksikanmu bahagia

ketika sore tiba.

16. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Sementara Kita Saling Berbisik”

sementara kita saling berbisik

untuk tingga lebih lama lagi

pada debu, cinta yang tinggal berupa

bunga kertas dan lintasan angka-angka

ketika kita saling berbisik

di luar semakin sengit malam hari

memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api

sebelum fajar Ada yang masih bersikeras abadi

(1966)

Baca Juga : 13 Puisi Ajip Rosidi yang Wajib Anak Muda Baca

17. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Tentang Matahari”

Matahari yang ada di atas kepalamu ituAdalah balon gas yang terlepas dari tanganmu

waktu kau kecil, adalah bola lampu

yang ada di atas meja ketika kau menjawab surat-surat

yang teratur kauterima dari sebuah Alamat,

adalah jam weker yang berdering

saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan

yang dituding anak kecil itu sambil berkata:

“Ini matahari! Ini matahari!”

Matahari itu? Ia memang di atas sana

supaya selamanya kau menghela

bayang-bayangmu itu.

1971

18. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Dalam Doaku”

Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yangsemalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening

siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening

karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang di atas kepala,

dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang

hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya

mengajukan pertanyaan muskil kepada angin

yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung

gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,

yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu

bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan

terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang

turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat

di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya

di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,

yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit

yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia

demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi

bagi kehidupanku

Aku mencintaimu,

itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan

keselamatanmu

19. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Akulah Si Telaga”

Akulah si telaga:
berlayarlah di atasnya;

berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil

yang menggerakkan bunga-bunga padma;

berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

perahumu biar aku yang menjaganya.

1982

20. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Sajak Putih”

Beribu saat dalam kenanganSurut perlahan

Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh

Sewaktu detik pun jatuh

Kita dengar bumi yang tua dalam setia

Kasih tanpa suara

Sewaktu bayang-bayang kita memanjang

Mengabur batas ruang

Kita pun bisu tersekat dalam pesona

Sewaktu ia pun memanggil-manggil

Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil

Di luar cuaca

Baca Juga : 13 Puisi Taufiq Ismail Yang Wajib Anak Muda Baca

21. Puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Ia Tak Pernah”

Ia tak pernah berjanji kepada pohonuntuk menerjemahkan burung

menjadi api

ia tak pernah berjanji kepada burung

untuk menyihir api

menjadi pohon

ia tak pernah berjanji kepada api

untuk mengembalikan pohon

kepada burung

 

Nah! sekian 21 puisi Sapardi Djoko Damono yang wajib anak muda baca, semoga menambah khazanah teman-teman mudabicara semua.

Tulisan Terkait: