13 Puisi Asrul Sani Yang Wajib Anak Muda Baca

Sastra4486 Dilihat

Mudabicara.com_ Puisi Asrul Sani mengelora di tengah perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan. Sebagai generasi pelopor Angkatan 45 Asrul Sani tak hanya menulis puisi namun ia juga menulis esai, cerita pendek dan menerjemahkan berbagai naskah teater.

Sebagai seorang penyair dan sastrawan Asrul Sani bersama dua tokoh satrawan terkenal lainnya yakni Chairil Anwar dan Rivai Apin menjadi tokoh pembaharu bahasa dan sastra Indonesia.

Lalu siapa sebenarnya Asrul Sani dan bagaimana puisi Asrul Sani dan karya apa saja yang telah ia ciptakan. Selengkapnya simak ulasan muda bicara berikut ini:

Baca Juga : Mengenal Chairil Anwar, Sastrawan Besar Indonesia

Sekilas Tentang Asrul Sani

Puisi Asrul Sani

Asrul Sani merupakan tokoh sastrawan dan penyair masyhur yang besar dan lahir di Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat pada 10 Juni 1926.

Sebagai seorang sastrawan pendidikan Asrul Sani berlika liku. Pada saat Sekolah Menengah Atas (SMA) mengambil  jurusan teknik sedangkan saat kuliah ia mengambil jurusan Kedokteran Hewan.

Gelar doktorades ia dapatkan di fakultas Kedokteran Hewan Institute Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1956 meskipun ia sempat belajar juga di fakultas sastra.

Kemapanan keilmuan dan kemaunan yang kokoh membuat Asrul Sani berhasil mendapatkan kesempatan untuk belajar di Akademi Seni Drama di Amsterdam pada tahun 1951-1953 dan Universitas of Southern California (USC) Amerika pada tahun 1955-1956.

Baca Juga : Mengenang Puisi Chairil Anwar Karawang Bekasi

Dalam berbagai catatan sejarah Asrul Sani bersama kolega  Chairil Anwar dan Rivai Apin menjadi pelopor sastrawan Angkatan 45. Hal tersebut menjadikan ketiga tokoh ini menjadi tongak penting perubahan kebudayaan Indonesia Modern.

Karya puisi Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar dapat dinikmati dalam buku berjudul Tiga Menguak Takdir yang terbit pada tahun 1950. Dalam buku tersebut Asrul Sani menulis depalan puisi.

Di samping itu, ketiga tokoh besar ini tercatat juga sebagai pendiri Gelanggang Seniman Merdeka sebuah kolompok atau perkumpulan seniman yang berdiri di Jakarta pada tahun 1946.

Namun dalam perjalanan Asrul Sani menulis banyak puisi dan cerpen yang terbit di berbagai majalah seperti puisi Anak Laut terbit di majalah Siasat. 

Dalam kurun waktu tersebut Asrul Sani menulis kurang lebih dua puluh enam puisi dan sebelas buah cerpen, enam terjemahan puisi, dan tiga terjemahan drama.

Oleh karena itu, puisi Asrul Sani juga dapat dinikmati di berbagai majalah seperti majalah Siasat, Mimbar Indonesia, dan Zenith. Sementara karya cerita pendeknya bisa dinikmati dalam buku berjudul Dari Suatu Masa Dari Suatu Tempat. 

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia, Asrul Sani ,mengambil peran sebagai Tentara Pelajar di Bogor. Di Kop Tentara tersebut ia menerbitkan koran Harian Bogor.

Bersama teman-temannya salah satunya tokoh sastrawan terkemuka Pramoedya Ananta Toer telah menyatukan visi perjuangan revolusi kemerdekaan ke dalam bentuk Lasjkar Rakjat Djakarta.

Oleh karena itu, Asrul Sani memimpin Tentara Pelajar, menerbitkan suratkabar “Suara Bogor“, redaktur majalah kebudayaan “Gema Suasana“, anggota redaksi “Gelanggang“, ruang kebudayaan majalah “Siasat“, dan menjadi wartawan pada majalah “Zenith“.

Baca Juga : Mengenang Puisi Nonton Harga Karya Wiji Thukul

Sebagai sastrawan Angkatan 45 seorang sastrawan dan penyair harus menghadirkan karya yang mengugah semangat perjuangan kemerdekaan.

Karya mereka harus mengambarkan realitas sosial yang mampu menumbuhkan semangat-semangat perlawanan dan tentu semangat melawan kolonialisme hingga titik darah penghabisan demi nusa dan bangsa.

Salah seorang pendiri Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Jakarta. Pernah menjadi anggota dan salah seorang ketua Dewan Kesenian Jakarta. Dia termasuk 10 anggota seumur hidup Akademi Jakarta.

13 Puisi Asrul Sani Yang Wajib Anak Muda Baca

1. Puisi Asrul Sani Berjudul: Subuh

SUBUH

Kalau subuh kedengaran tabuh
semua sepi sunyi sekali
bulan seorang tertawa terang
bintang mutiara bermain cahaya

Terjaga aku tersentak duduk
terdengar irama panggilan jaya
naik gembira meremang roma
terlihat panji terkibar di muka

Seketika teralpa;
masuk bisik hembusan setan
meredakan darah debur gemuruh
menjatuhkan kelopak mata terbuka

Terbaring badanku tiada berkuasa
tertutup mataku berat semata
terbuka layar gelanggang angan
terulik hatiku di dalam kelam

Tetapi hatiku, hatiku kecil
tiada terlayang di awang dendang
menanggis ia bersuara seni
ibakan panji tiada terdiri.

Baca Juga : 13 Puisi Ajip Rosidi yang Wajib Anak Muda Baca

2. Puisi Asrul Sani Berjudul: Ibuku Dehulu

IBUKU DEHULU

Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata
akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi

matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku

Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga – biar chedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikucupnya serta
dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.

3. Puisi Asrul Sani Bejudul: Mabuk

MABUK

Ditayangan ombak bujang bersela
dijunjung hulu rapuh semata
dikipasi angin bergurau senda
lupakan kelana akan dirinya…

Dimabukkan harum pecah terberai
diulikkan bujuk rangkai-rinangkai
datanglah semua mengungkai simpai
hatimu bujang sekali bisai.

Bulan mengintai di celah awan
bersemayam senyum sayu-sendu
teja undur perlahan-lahan
mukanya merah mengandung malu.

Rumput rendah rangkum-rinangkum
tibun embun turun ke rumpun
lembah-lembah menjunjung harum
mendatangkan kayal bujang mencium.

Melur sekaki dibuaikan sepoi
dalam cahaya rupa melambai
pelik bunga membawaku ragu
layu kupetik bunga gemalai.

Bunga setangkai gemelai permai
dalam tanganku jatuh terserah
kelopak kupandang sari kunilai
datanglah jemu mengatakan sudah…

Bulan berbuni di balik awan
taram-temaram cendera cahaya
teja lari ke dalam lautan
tinggallah aku tiada berpelita.

Baca Juga : 13 Puisi Taufiq Ismail Yang Wajib Anak Muda Baca

4. Puisi Asrul Sani Berjudul: Permainanmu

PERMAINANMU

kau keraskan kalbunya
bagi batu membesi benar
timbul telangkaimu bertongkat urat
ditunjang pengacara petah fasih
Di hadapan lawanmu
tongkatnya melingkar merupa ular
tangannya putih , putih penyakit
kekayaanmu nyata terlihat terang
Kakasihmu ditindasnya terus
tangan tapi bersembunyi
mengunci bagi pateri
kalbu ratu rat rapat
Kau pukul raja-dewa
sembilan cambuk melecut dada
putera mula penganti diri
pergi kembali ke asal asli.
Bertanya aku kekasihku
permainan engkau permainkan
kau tulis kau paparkan
kausampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
kaulipu lipatkan
kau kelam kabutkan
kalbu ratu dalam genggammu
Kau hamparkan badan
di tubir bibir penaka durjana
jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
kekasihku astana sayang
ratu restu telaga sempana
kekasihku mengunci hati
bagi tali disimpul mati.

5. Puisi Asrul Sani Berjudul: Sunyi

SUNYI

Kuketuk pintu masaku muda
hendak masuk rasa kembali
taman terkunci dibelan pula
tinggallah aku sunyi sendiri.
Kudatangi gelanggang tempat menyebung
masa bujang tempat beria
kulihat siku singgung menyinggung
aku terdiri haram disapa…
Teruslah aku perlahan-lahan
sayu rayu hati melipur
nangislah aku tersedan-sedan
mendengarkan pujuk duka bercampur.Kudengar bangsi memanggil-manggil
tersedu-sedu, dayu mendayu
tersalah aku diri terpencil
badan dilambung gelombang rindu.Duduklah aku bertopang dagu
merenung kupu mengecup bunga
lenalah aku sementara waktu
dalam rangkum kenangan lama.

Rupanya teja serasa kulihat
suaramu dinda rasakan kudengar
dinda bersandar duduk bersikat
aku mengintip ombak berpendar.

Imbau gelombang menyembahkan lagu
kepada bibirmu kesumba pati
fikiranku melayang ke padang rindu
walaupun dinda duduk di sisi.

Baca Juga : 13 Puisi Kuntowijoyo Yang Wajib Anak Muda Baca

6. Puisi Asrul Sani Berjudul: Turun Kembali

TURUN KEMBALI

Kalau aku dalam engkau
dan kau dalam aku
adakah begini jadinya
jaku hamba engkau penghulu ?
Aku dan engkau berlainan
engkau raja, maha raya
cahaya halus tinggi mengawang
pohon rindang menaung dunia.
Di bawah teduh engkau kembangkan
taku berdiri memati hari
pada bayang engkau mainkan
aku melipur meriang hatiDiterangi cahaya engkau sinarkan
aku menaiki tangga, mengawan
kecapi firdausi melena telinga
menyentuh gambuh dalam hatikuTerlihat ke bawah
kandil kemerlap
melambai cempaka ramai tertawa
hati duniawi melambung tinggi
berpaling aku turun kembali.

7. Puisi Asrul Sani Berjudul: Hari Menuai

HARI MENUAI

Lamanya sudah tiada bertemu
tiada kedengaran suatu apa
tiada tempat duduk bertanya
tiada teman kawan berberita
Lipu aku diharu sendu
samar sapur cuaca mata
sesak sempit gelanggang dada
senak terhentak raga kecewa
Hibuk mengamuk hati tergari
melolong meraung menyentak rentak
membuang merangsang segala petua
tiada percaya pada siapaKutilik diriku kuselam tahunku
timbul terasa terpancar terang
istiwa lama merekah terang
merona rawan membunga sedanTahu aku
kini hari menuai api
mengetam ancam membelam redam
ditulis dilukis jari tanganku.

8. Puisi Asrul Sani Berjudul: Hanya Satu

HANYA SATU
Timbul niat dalam kalbumu;
terban hujan, ungkai badai
terendam karam
runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
lari terbang jatuh duduk
air naik tetap terus
tumbang bungkar pokok purba
Teriak riuh/redam terbelam
dalam gagap/gempita guruh
kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggiTerapung naik jung bertudung
tempat berteduh nuh kekasihmu
bebas lepas lelang lapang
di tengah gelisah, swara sentosa
*
Bersemayam sempana di jemala gembala
juriat jelita bapaku iberahim
keturunan intan dua cahaya
pancaran putera berlainan bonda.Kini kami bertikai pangkai
di antara dua, mana mutiara
jauhari ahli lalai menilai
lengah langsung melewat abad

Aduh, kekasihku
padaku semua tiada berguna
hanya satu kutunggu hasrat
merasa dikau dekat rapat
serupa musa di puncak tursina.

Baca Juga : 13 Puisi Cinta W.S Rendra Yang Wajib Anak Muda Baca

9. Puisi Asrul Sani berjudul: Sebab Dikau

SEBAB DIKAU

Kasihkan hidup sebab dikau
segala kuntum mengoyak kepak
membunga cinta dalam hatiku
mewangi sari dalam jantungku
Hidup seperti mimpi
laku lakon di layar terkelar
aku pemimpi lagi penari
sedar siuman bertukar-tukar
Maka merupa di datar layar
wayang warna menayang rasa
kalbu rindu turut mengikut
dua sukma esa-mesra –Aku boneka engkau boneka
penghibur dalang mengatur tembang
di layar kembang bertukar pandang
hanya selagu, sepanjang dendangGolek gemilang ditukarnya pula
aku engkau di kotak terletak
laku boneka engkau boneka
penyenang dalang mengarak sajak.

10. Puisi Asrul Sani Berjudul: Barangkali

BARANGKALI

Engkau yang lena dalam hatiku
akasa swarga nipis-tipis
yang besar terangkum dunia
kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
kupuji di pucuk lidah
kupangku di lengan lagu
kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit gunung
buka mata mutiaramu
sentuh kecapi firdausi
dengan jarimu menirus halusBiar siuman dewi-nyanyi
gambuh asmara lurus lampai
lemah ramping melidah api
halus harum mengasap keramatMari menari dara asmara
biar terdengar swara swarna
barangkali mati di pantai hati
gelombang kenang membanting diri.

Baca Juga : 9 Puisi Karya Chairil Anwar Yang Wajib Anak Muda Baca

11. Puisi Asrul Sani Berjudul: Kerana Kasihmu

KERANA KASIHMU

Kerana kasihmu
Engkau tentukan
sehari lima kali kita bertemu
Aku inginkan rupamu
kulebihi sekali
sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
terus menerus kurasa-rasakan
sampai sekarang tiada tercapai
hasrat sukma idaman badanPujiku dikau laguan kawi
datang turun dari datukku
di hujung lidah engkau letakkan
piatu teruna di tengah gembalaSunyi sepi pitunang poyang
tidak merentak dendang dambaku
layang lagu tiada melangsing
haram gemercing genta rebana

Hatiku, hatiku
hatiku sayang tiada bahagia
hatiku kecil berduka raya
hilang ia yang dilihatnya.

12. Puisi Asrul Sani Berjudul: Batu Belah

BATU BELAH 

Dalam rimba rumah sebuah
teratak bambu terlampau tua
angin menyusup di lubang tepas
bergulung naik di sudut sunyi.
Kayu tua membetul tinggi
membukak puncak jauh di atas
bagai perarakan melintas negeri
payung menaung jemala rajaibu bapa beranak seorang
manja bena terada-ada
plagu lagak tiada disangkak
mana tempat ibu memintaTelur kemahang minta carikan
untuk lauk di nasi sejukTiada sayang;
dalam rimba telur kemahang
mana daya ibu mencari
mana tempat ibu meminta.

Anak lasak mengisak panjang
menyabak merunta mengguling diri
kasihan ibu berhancur hati
lemah jiwa kerana cinta

Dengar………dengar !
dari jauh suara sayup
mengalun sampai memecah sepi
menyata rupa mengasing kata

Rang… rang… rangkup
Rang… rang… rangkup
batu belah batu bertangkup
ngeri berbunyi berganda kali.

Diam ibu berfikir panjang
lupa anak menangis hampir
kalau begini susahnya hidup
biar ditelan batu bertangkup

Kembali pada suara bergelora
bagai ombak datang menampar
macam sorak semarai ramai
kerana ada hati berbimbang

menyahut ibu sambil tersedu
melagu langsing suara susah;

Batu belah batu bertangkup
batu tepian tempat mandi
Insha Allah tiadaku takut
sudah demikian kuperbuat janji

Bangkit bonda berjalan pelan
tangis anak bertambah kuat
rasa risau bermaharajalela
mengangkat kaki melangkah cepat.

Jauh ibu lenyap di mata
timbul takut di hati kecil
gelombang bimbang mengharu fikir
berkata jiwa menanya bonda

lekas pantas memburu ibu
sambil tersedu rindu berseru
dari sisi suara sampai
suara raya batu bertangkup

Lompat ibu ke mulut batu
besar terbuka menunggu mangsa
tutup terkatup mulut ternganga
berderak-derik tulang belulang

Terbuka pula, merah basah
mulut maut menunggu mangsa
lapar lebar tercingah pangah
meraung riang mengecap sedap..

Tiba dara kecil sendu
menangis mencari ibu
terlihat cerah darah merah
mengerti hati bonda tiada.

Melompat dara kecil sendu
menurut hati menaruh rindu…

Batu belah, batu bertangkup
batu tepian tempat mandi
Insha Allah tiadaku takut
sudah demikian kuperbuat janji.

Baca Juga : Mengenang Perlawanan Wiji Thukul Lewat “Puisi Untuk Adik”

13. Puisi Asrul Sani Berjudul: Tetepi Aku

TETEPI AKU  
Tersapu sutera pigura
dengan nilam hitam kelam
berpadaman lentera alit
beratus ribu di atas langit
Seketika sekejap mata
segala ada menekan dada
nafas nipis berlindung guring
mati suara dunia cahaya
Gugur badanku lemah
mati api di dalam hati
terhenti dawai pesawat diriku
Tersungkum sujud mencium tanahCahaya suci riwarna pelangi
harum sekuntum bunga rahsia
menyinggung daku terhantar sunyi
seperti hauri dengan kapaknyaRupanya ia mutiara jiwaku
yang kuselami di lautan rasa
Gewang canggainya menyentuh rindu
tetapi aku tiada merasa…

Sekian penjelasan mengenai puisi Asrul Sani, terima kasih telah mengunjungi portal website mudabicara. Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share artikelini ya!. Selamat Membaca!

Tulisan Terkait: