Mudabicara.com_ Puisi Ajip Rosidi menghiasi dunia kesusastraan baik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru. Penyair dan satrawan asal Majalengka ini termasuk salah satu sastrawan yang masuk dalam kategori Sastrawan Angkatan 66.
Sebagai seorang penyair Ajip Rosidi merupakan penyair yang sangat produktif. Tercatat pada tahuan 1983 ia telah membuat karya sebanyak 326 karya.
Lalu siapa Ajip Rosidi dalam bingkai sastra Indonesia dan apa saja karya monumentalnya. Kini mudabicara akan membahas puisi Ajip Rosidi, selengkapnya baca ulasan berikut ini:
Baca Juga : 13 Puisi Taufiq Ismail Yang Wajib Anak Muda Baca
Sekilas Tentang Ajip Rosidi
Ajip Rosidi lahir di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat pada 31 Januari 1938 tepatnya di Kecamatan Jatiwangi. Masa kecil ia habiskan untuk belajar di Sekolah Rakyat di Jatiwangi.
Sekolah menengah pertama dan menengah ke atas ia habiskan di Jakarta meskipun pada akhirnya ia tidak mampu menamatkan studi sekolah menengah.
Namun berkat kepiawaian Ia mendapatkan kesempatan untuk mengajar di berbagai Perguruan Tinggi Indonesia bahkan pada tahun 1967 ia mengajar di salah satu Universitas di Jepang.
Terakhir Ajip Rosidi mendapatkan gelar Doktor honoris causa dari Universitas Padjadjaran dalam bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra.
Baca Juga : 13 Puisi Kuntowijoyo Yang Wajib Anak Muda Baca
Tokoh yang produtif dalam membuat karya tersebut menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 29 Juli 2020 di Magelang, Jawa Tengah pada usia 82 tahun.
13 Puisi Ajip Rosidi Yang Wajib Anak Muda Baca
Berikut puisi Ajip Rosidi yang dapat menjadi bahan bacaan dan luapan perasaan anak muda
1. Puisi Ajip Rosidi Berjudul “Perempuan”
Perempuan
Perempuan adalah rindu di mana laut menemu diri
Di rahim siapa gerbang surga membuka
Di mana jiwa adalah kelembutan lumut hitam
Di mana kata adalah kesejukan rimbun daunan
Pada perut siapa kaki langit terpaut
Tangan siapa menjulur, membelai dalam gelap malam
Waktu kuminta padanya langit, diberikannya langit tanpa awan
Perempuan adalah dendam di mana api mendapat lidah
Di rahim siapa gerbang neraka membuka
Di mana harapan tak menemukan lembaga
Di mana kasih-sayang hanya sia-sia
Di mana kepedihan mengatasi duka
Tangan siapa mengelus mesra, hati tak setia penuh bisa
Waktu kuminta padanya langit, disemburkannya ludah siksaan
Baca Juga : 22 Puisi Wiji Thukul Yang Wajib Anak Muda Baca
2. Puisi Berjudul: Lagu Kerinduan
Lagu Kerinduan
Wajahmu antara batang kelapa langsing
Menebar senyum dan matamu menjadikan daku burung piaraan
Semua hanya bayangan kerinduan: kau yang nun entah di mana
Mengikuti setiap langkahku, biarpun ke mana
Kujalani kelengangan hari
Sepanjang pagar bayangan: wajahmu menanti
Langkah kuhentikan dan kulihat
Hanya senyummu memenuhi jagat
3. Puisi Ajip Rosidi Berjudul: Dukaku Yang Risau
Dukaku yang Risau
Berjalan, berjalan selagi di diri duka
bernapas lega menemu perempuan
kami berpandangan: lantas tahu
segalanya tinggal masa kenangan
Kami berjalan memutar danau
namun kutahu: dukaku yang risau
takkan mendapatkan pelabuhan aman
kecuali dalam pelukan penghabisan
kupandang matanya:
tak kukenal siapa pun juga
semuanya nanar
didindingi kabut samar
4. Puisi Ajip Rosidi Berjudul: Pantai Laut Utara
Pantai Laut Utara
Menjelang Tengah Malam
Angin dingin naik ke puncak bukit
menyisir rambutmu yang meriap nakal
Dengan tanganmu lentik, kaususuri langit
Sia-sia mencari bintang yang kaukenal
Kepada langit khatulistiwa yang biru
Dahulu kaubisikkan madu cinta pertama
Dan angan-angan yang jauh, penuh rindu
akan negeri-negeri asing yang entah di mana
Tapi di sini langit kelam. Lautpun kelam
Hanya riak ungu yang kadang-kadang sejenak bersinar
Perlambang keajaiban yang dalam
dari takdir yang tak mungkin terhindar
Baca Juga : Mengenang Puisi Chairil Anwar “Cintaku Jauh Di Pulau”
Kausimakkan lampu-lampu kota, kapal yang bertolak
Memahatkan arti hakiki pertemuan ini
Dan dalam keheningan, telah kaumaklumi dengan bijak
Segala kata yang tak perlu kauucapkan lagi
5. Puisi Berjudul: Jarak
Jarak
Berapa jauh jarak terentang
antara engkau dan aku
Berapa jauh terentang
antara engkau dengan urat leherku?
Tak pun sepatah kata
memisahkan kita
6. Puisi berjudul: Paris Bulan Juni
Paris Bulan Juni
Paris Bulan Juni
buat M & D
Dalam tiga hari
kulihat ribuan lukisan
dan peninggalan-peninggalan sejarah
sampai kepala pusing
lalu tersandar sunyi
di atas bateaux mouches
dalam gerimis yang menderas
menyusuri Seine.
Kerangka besi Menara Eiffel
kuserbu bersama para wisatawan
yang mencari keriahan
namun toh hanya menemukan sunyi
dalam keriuhan cemas
orang-orang yang selalu bergegas
sepanjang Chams Elysees
di bawah bayang-bayang Arc de Triomphe.
Bahkan angin yang menempelak dingin
tak lebih ramah
dari pada gedung-gedung angkuh
yang memandang hina
pada manusia-manusia lata
yang mencoba menjenguk
kebesaran masa silam
sambil melupakan kenistaan diri sendiri.
Baca Juga : Mengenang Puisi Nonton Harga Karya Wiji Thukul
Tak ‘ku tahu lagi
apakah aku sendiri yang terbatuk
atau laki-laki tua yang duduk mengantuk
dalam metro terakhir
ke Mairie d’Ivry
karena aku hanya bisa bertanya pada sunyi
karena diam di sini
dianggap kebijakan paling tinggi.
7. Puisi berjudul: Ingat Aku Dalam Doamu
Ingat Aku Dalam Doamu
Ingat aku dalam do’amu: di depan makamIbrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
Lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti
Ingat aku dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
Jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do’a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Baca Juga : Mengenang Puisi Chairil Anwar Karawang Bekasi
8. Puisi Berjudul: Pejalan Sepi
Pejalan Sepi
Ia tembus kesenyapan dinihari
sepatunya berat menunjam bumi
menempuh kola yang lelap terlena
dalam pelukan cahya purnama.
Is tembus kedinginan pagi
siulnya nyaring membelah sunyi
membangunkan insan agar bangkit
dalam pertarungan hidup yang sengit.
Di sebuah jembatan ia berhenti
dihirupnya udara sejuk dalam sekali:
bulan yang mengambang atas air kali
adalah gambaran hatinya sendiri!
9. Puisi Berjudul: Mata Derita
Mata Derita
Ada yang datang bermata derita
pagi berwarna olehnya
Ada perawan bermata derita
berselendang angin remaja
Ada yang memandang ke dalam hatiku
bumi pun jadi biru
Ada yang memancar: kebeningan hening
dan segalanya pun tak teraba lagi.
10. Puisi Berjudul: Hanya Dalam Pusi
Hanya Dalam Puisi
Dalam kereta api
Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky
Namun kata-katamu kudengar
Mengatasi derak-derik deresi
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan gunung-gunung
Lalu sajak-sajak tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari mencari Hawa.
Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada situasi?
Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar
Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar
Dalam kereta api
Kubaca pusi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir: Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.
Baca Juga : 13 Puisi Cinta W.S Rendra Yang Wajib Anak Muda Baca
Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.
1968
11. Puisi Ajip Rosidi Berjudul: Pantun Hijau
Pantun Hijau
Hujan gerimis sepanjang hari
Angin bertiup dari Tenggara;
Hati menangis tersedan tak henti
Karena hidup sebatang kara.
Angin bertiup kencang sekali
Kilat menyambar guruh bergegar;
Tersedan sunyi di bumi sepi
Seorang diri hidup terlantar.
Kilat menyambar guruh bergegar
Tak ada tempat sembunyi
Seruanku pilu tak kaudengar
Terlempar aku ke jurang sunyi.
12. Puisi Ajip Rosidi Berjudul: Tretes Malamhari
Tretes Malamhari
Di Tretes malamhari
Semuanya jadi mati:
Surabaya nun jauh di bawah
Gunung Wilis terpacak sebelah kiri
(Aku teringat akan leluri
Ten tang Buta Locaya dan Plecing Kuning)
Apakah Waktu di sini berhenti
Mengendap dalam cahaya lampu pelabuhan
di tepi kaki langit?
Angin naik dari lembah.
Bayang-bayang daun bergoyang
Rumput-rumput pun berdesir.
Ataukah
Hanya hatiku bergetar?
Kucari kau .
Kucari di remang hijau.
Yang mengambang di muka kolam
Wajahmu ataukah bayangan bulan?
Lalu kututupkan jendela.
Malam lengang.
Malamku yang lengang.
1968
13. Puisi Ajip Rosidi Berjudul: Jeram
Jeram
Air beterjunan dalam jeram
Buihnya memercik ke tebing tempat kami berbaring
Dan ia mengelaikan kepala
Dengan mata meram terpejam
Atas tanganku yang mencari-cari
Arah manakah burung gagak hinggap
yang suaranya nyaring
Memecah ketenangan hutan
Sehabis hujan.
Air beterjunan dalam jeram
Jerom gemuruh dalam darahku
Dan dalam mimpi keabadian yang nyaman
Kubisikkan kata-kata bagaikan desir angin
Mengeringkan keringat atas kening
Sedang mataku memandang tak yakin
Air berbuih yang menghilir
Entah kapan ‘kan tiba
Baca Juga : 9 Puisi Karya Chairil Anwar Yang Wajib Anak Muda Baca
Di muara
Air beterjunan dalam jeram
Kata-kata beterjunan dari mulutku
Sungai pun tahu arti muara
Yang tak sia-sia menunggu.
Burung gagak berteriak entah di mana
Dan ia bersenandung entah mengapa
Karena dalam kesesaatan tak terjawab tanya lama
Yang sudah lama hanya tanya: Hingga mana? Pabila?
Mau apa… ?
Dan dengan jari-jari gemetar
Kuyakinkan hatiku sendiri: Segalanya
Berlaku percuma serta sia-sia
Dan perempuan ini ‘kan mati dalam kepingin
Karena angin hanya angin
Karena jeram beterjunan dalam diriku
Yang tak mengenal musim kemarau
Air beterjunan dalam jeram
Dan jeram beterjunan dalam darahku.
1962
Sekian penjelasan mengenai puisi Ajip Rosidi, terima kasih telah mengunjungi portal website mudabicara. Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share artikel ya!. Selamat Membaca.