Mudabicara.com_Ketika Anda membaca buku-buku sejarah tentang kemasyhuran suatu periodesasi zaman, Anda akan menemukan gambaran jalanan raya yang tertata rapi pada periode tersebut. Buku-buku yang bercerita tentang Romawi, Yunani atau Mesir juga menceritakan tentang dibangunnya jalan-jalan raya yang rapi, aman dan ramai lalu lalang transportasi.
BACA JUGA : 10 MANFAAT BELAJAR SOSIOLOGI UNTUK ANAK MUDA
Bahkan ketika Anda membaca sejarah perdagangan-perdagangan kuno dunia pun Anda akan menemukan gambaran jalur-jalur perdagangan yang kerap dilalui kafilah dagang. Dalam sejarah dunia kita mengenal Jalur Sutera Cina, Jalur Rempah Dunia dan juga Jalur Pelayaran Dunia. Dari kronik sampai catatan perjalanan para penjelajah dunia, I Tsing, Ibnu Batuta sampai Marco Pollo seluruhnya bercerita tentang jalan, tentang jalur perdagangan.
Sepertinya tidak ada satupun catatan sejarah peradaban dunia tanpa menceritakan tentang jalan sebagai fasilitas umum. Jalan adalah wajah umum peradaban, jalanan yang baik, rapi, aman, nyaman dan estetika menunjukan tingkat peradaban suatu bangsa. Termasuk juga didalamnya interaksi saling menghargai beragam masyarakat di jalan raya dengan adab yang baik juga menunjukan tingkat keadaban masyarakat setempat.
Anies Membangun Jakarta
Selama menjabat Gubernur Provinsi DKI Jakarta, salah satu segmen penting yang dibangun yakni Anies membangun jalanan. Jalanan yang rapi, bersih, estetika dan aman bagi seluruh pengguna transportasi. Menariknya Anies menempatkan jalan raya sebagai “ruang ketiga” bagi warga. Anies membagi ruang-ruang di Ibu Kota menjadi tiga. Ruang pertama adalah rumah, ruang kedua adalah tempat berkarya atau bekerja dan ruang ketiga berada diantara ruang pertama dan ruang kedua.
BACA JUGA : MENGENAL TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER
Pada 19 Oktober 2019 di Balaikota Blok G, Anies membuka Pameran fotografer bertajuk “Ruang Ketiga Jakarta” sebagaimana dikutip beberapa media online, Anies menjelaskan arti dari Ruang Ketiga. “Ruang publik kita itu masih minim interaksi. Orang berangkat kerja, ada yang naik motor, ada yang naik mobil. Mereka di jalan fokus berkendara, kemudian hanya berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan kantornya. Saya bertanggung jawab atas keadaan ini. Jadi, kita harus merancang kota ini dengan ruang ketiga yang memungkinkan interaksi lintas sosial-ekonomi, terutama ruang-ruang yang terkait dengan transportasi massal, di mana di sana, semua orang setara,” kata Anies.
Anies juga menjelaskan, “Saya beri contoh tentang trotoar atau tentang jembatan penyeberangan orang. Kita mendorong agar tempat-tempat itu bukan menjadi tempat di mana warga berlalu-lalang rutin. Saya tuliskan di JPO yang ada di Gelora atau yang lain, bahwa, ‘Berangkat dan Pulang Kerja Kangan Jadi Perjalanan, Dia Harus Menjadi Pengalaman’. Nah, kalau dia menjadi pengalaman, maka selalu akan memberikan perasaan yang berbeda”.
BACA JUGA : MENGENAL TEORI HUKUM TIGA TAHAP AUGUSTE COMTE
Dalam perspektif Anies, jalan raya adalah ruang ketiga. Jalan raya meliputi seluruh sistim pendukung diantaranya trotoar, saluran air, taman, lampu jalan, halte, stasiun, jembatan penyebrangan orang, marka jalan, pelicang crossing, fasilitas kursi di jalan, cctv jalan, alat transportasi dan pembenahan utilitas.
Menata Transportasi Ala Anies
Hal yang berbeda dari cara pandang Anies juga yakni menempatkan urutan alat transportasi yang digunakan di jalan raya. Jika pemimpin sebelumnya menempatkan kendaraan pribadi sebagai prioritas pembangunan jalan raya, Anies justru menempatkan kendaraan pribadi sebagai prioritas paling akhir dari paradigma pembangunan jalan raya.
BACA JUGA : WAJIB TAHU! 7 REKOMENDASI USAHA UNTUK ENTERPRENER MUDA
Urutan alat transportasi sebagaimana prioritas pembangunan jalan raya menurut Anies dimulai dari Kaki sebagai alat transportasi yang dimiliki seluruh umat manusia, kemudian disabilitas, kendaraan ramah lingkungan sepeda, kendaraan umum masal, pengguna motor dan kendaraan pribadi. Jakarta saat ini, kita dapat melihat dan merasakan trotoar pejalan kaki yang luas, nyaman dan penuh estetika tinggi. Pada trotoar bagi pejalan kaki juga disediakan kursi-kursi untuk sekedar rehat sejenak juga terdapat taman-taman pada beberapa sudut jalan dan taman bunga sepanjang trotoar.
Halte-halte pemberhentian baik TransJakarta dan JakLingko dibangun dengan desain yang elegan, nyaman dan aman. Pada halte-halte yang dibangun dengan desain kekinian dan instalgramable juga tersedia marka jalan dan peta jalur transportasi yang lengkap bahkan pada beberapa halte tersedia WiFi gratis/JakWifi. Penataan integrasi transportasi di Stasiun-stasiun kereta sangat baik, aman dan nyaman diantaranya St. Tanah Abang, St. Senen, St. Manggarai, St. Soedirman, St. BNI City, St. Jatinegara, St. Bundaran HI, St. Blok M, St. Fatmawati dan sebagainya.
Anies membangun juga Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) tidak hanya dengan desain yang kekinian, milenial, tetapi juga tetap menjaga khazanah budaya Betawi yang modern. Jembatan Penyebrangan Orang yang dibangun Anies secara sempurna juga menjamin keselamatan penyebrang dilengkapi dengan sistim cctv juga lift bangi penyandang disabilitas dan lansia. Beberapa JPO yang telah rampung dibangun, diantaranya, JPO Pasar Minggu, JPO Daan Mogot, JPO Rawamangun, JPO Senayan, JPO Soedirman, JPO Senen dan beberapa JPO penyebrangan sungai. Anies telah meletakan role model pembangunan Jembatan Penyebrangan Orang di Ibu Kota Negara.
Untuk menggerakan menggunakan alat transportasi yang ramah lingkungan Anies tidak hanya mengkampanyekan semangat Jalan Kaki dan menyediakan sarana bagi pejalan kaki, Anies juga menggerakan Sepeda di Ibu Kota. Bagi pesepeda, Jakarta kini surga bersepeda, kian hari grafik pesepeda di Ibu Kota meningkat seiring makin memadain jalur sepeda, halte sepede, sepeda sewa, dan spot-spot foto bagi pesepeda. Anies bahkan pergi dan pulang kantor juga mengajak duta-duta besar Negara lain untuk bersepeda di Jakarta.
BACA JUGA : ANAK MUDA HARUS TAHU 5 ALASAN FPI DIBUBARKAN
Dalam dua tahun Anies membangun “Tapal Kuda Lenteng Agung-Tanjung Barat” di Pasar Minggu, Jakarta Selatan dan Senen Extension di Senen, Jakarta Pusat. Kedua jalan ini kini menjadi ikonik Jakarta karena pembangunan dengan desain yang artistik. Tapal Kuda sebagai sarana putar balik kendaraan sangat membantu kelancaran kendaraan arah Jakarta Selatan-Kota Depok. Sedangkan Senen Extension mengurai macet simpang lima Senen. Kedua proyek ini dibangun dengan gaya Betawi Moderen yang sangat instalgramable.
Belum juga berhenti, untuk kian memantapkan Jakarta sebagai kota yang punya peradaban tinggi, Anies membangun jaringan utilitas bawah tanah. Proyek yang diberi nama Sarana Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT) ini tidak hanya menjadikan jalanan dan trotoar yang indah dipandang mata tetapi juga menghilangkan kesan semrawut langit Jakarta akibat kabel listrik yang melingkar juga tiang-tiang listrik pada trotoar atau badan jalan. Sekarang kita dapat melihat wajah jalanan Jakarta tanpa kesamrawutan kabel dan tiang listrik. Proyek SJUT ini ditargetkan sampai akhir tahun 2021 sudah mencamapai panjang 213,702 Km dikerjakaan oleh Perusahaan Daerah Sarana Jaya dan Jakarta Propertindo. Beberapa wilayah yang telah rampung SJUT diantaranya Jl. Cikini Raya, Jl. Kemang Raya, Jl. Keramat Raya, Jl. Salemba Raya, Jl. Lenteng Agung.
Karya besar Anies yang bahkan mendapat pengakuan dunia adalah JakLingko. Gagasan untuk mengintegrasikan seluruh moda transportasi di Ibu Kota dan kawasan Jabodetabek. Dengan JakLingko, Anies mengintegrasikan dari pejalan kaki, pesepeda, disabilitas, TransJakarta, Angkot JakLinko, MRT dan LRT. Dengan JakLingko hanya dengan satu kartu transportasi kini warga Jakarta dapat berpindah dari beragam moda transportasi dalam satu rute perjalanan.
BACA JUGA : 3 DESTINASI WISATA RELIGI PONOROGO YANG WAJIB DIKUNJUNGI
Untuk menggenapkan jalanan sebagai “ruang ketiga” juga menggenapkan Jakarta sebagai kota peradaban, lewat JekLingko, Anies juga mengampanyekan dan mendorong kesadaran berkendaraan di Jakarta. Pejalan kaki, disabilitas dan pesepeda kini mendapat ruang yang terbuka di Ibu Kota. Kesadaran kian muncul untuk melihat bahwa transportasi itu bukan hanya kendaraan pribadi tetapi kaki adalah alat transportasi yang asasi diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis : Abdul Malik Raharusun (Anggota Jakarta Tourism Forum)