Mudabicara.com_ Sebelum menulis lebih jauh, penulis ingin menyampaikan bahwa tulisan ini tidak termasuk citra dari sikap fanatisme ataupun sentimentalis, melainkan tulisan ini dibangun berdasarkan paradigma dari penulis bahwa industrialisasi NTB adalah langkah-langkah awal menuju visi Indonesia Emas 2045.
Menelisik industrialisasi, inti dari konsep primernya adalah ekonomi terbarukan atau diistilahkan sebagai “Sustainable Ekonomi”. Pasalnya, industrialisasi memiliki nilai tambah dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesehjahteraan dan peluang lapangan pekerjaan.
BACA JUGA : Mengenal Teori Fungsionalisme Emile Durkheim
Artinya, industrialisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pada sektor ekonomi dengan menjadikan industri sebagai leading sektor. Dalam hal ini, dengan adanya perkembanhan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya.
Meraba Konsep Industrialisasi
Berdasarkan fungsi Industrialisasi, lebih tepatnya penulis berspektif pada paradigma subtantifnya, industrialisasi lebih utamanya adalah ekonomi kreatif yang mengandalkan ide dan gagasan dalam mengelola dan menciptakan peluang baru.
Dalam hal ini, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan program unggulannya industrialisasi, masih banyak anggapan dan pandangan bahwa industrialisasi sifatnya stagnan. Sebab secara tampaknya, belum ada pabrik-pabrik dan permesinan super canggih yang ada di NTB.
Bicara industri, garis bawahi “industri kreatif” atau ekomomi kreativ, realitasnya tidak diukur melalui bangunan bangunan pabrik dan permesinan yang kokoh, melainkan utilitasnya dilihat melalui kretivitas dan keterampilan yang menghasilkan sebuah produk.
Artinya, industrialisasi kreatif dimensinya adalah moderasi. Yang mana metode polarisasi bahan baku menjadi bahan olahan, dan bahan olahan tersebut, bisa juga dikembangkan menjadi suatu produk yang bernilai tambah.
BACA JUGA : Menelaah Potret Guru Merdeka di Abad 21
Tentunya, perilaku ekonomi tersebut mengandalkan ide dan gagasan dari kreativitas dan keterampilan individu untuk membangun kesejahteraan.
Pandemi Covid-19 melanda dunia dalam 2 tahun terakhir berpengaruh pada perdagangan dan industrialisasi di indonesia yang mengalami penurunan drastis.
Pasalnya, wabah Covid 19 yang melanda Indonesia sejak maret 2020 mengakibatkan pabrik-pabrik dan tempat usaha tutup. Hal tersebut mengakibatkan roda perekonomian masyarakat tergangu.
Demikian juga, hal ini terjadi pada usaha-usaha di NTB yang mengalami penurunan karena berkurangnya permintaan pada hasil produksinya.
Industrialisasi Nusa Tenggara Barat
Kendati demikian, sikap optimisme dari pemerintah NTB terhadap proses pemulihan dibilang cukup masif di pelbagai sektor. Utamanya pemerintah mengandalakan Industrialisasi sebagai proses pemulihan Ekonomi di NTB.
Di awal tahun 2021, NTB mulai bangkit dengan Ekosistem Industri. Terbilang perkembangan yang sangat maju. Tercatat dalam program JPS gemilang melalui IKM NTB, pesatnya perkembangan kurang lebihnya 500 buah UKM dan UMKM hadir di NTB sebagai wujud pemulihan Ekonomi.
Artinya, peristiwa menurunya aktivitas ekonomi akibat dampak dari pandemi Covid-19 murai terurai. Kegiatan industri harus berjalan dan bangkit untuk meningkatkan nilai tambah dalam meningkatkan keberlanjutan kemampuan menjaga penyaluran dan permintaan.
Tentu kita ketahui bersama, kegiatan industri tersebut bukan merupak perilaku ekonomi yang baru di indonesia. Karenanya, di tahun 2000 perkembangan industrialisasi di indonesia terbilang cukup pesat. Apalagi pasca masuknya industri kreatif yang berbasis pada kemajuan teknologi.
BACA JUGA : Mengenal Pemikiran Emile Durkheim, Bapak Sosiologi Modern
Misalnya dalam kurun waktu antara 2000 – 2006, rata-rata nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB) pada industri kreatif Indonesia mencapai 79 milyar atau 4.75 persen dari total PDB Nasional.
Jumlah rata rata tenaga kerja yang terserap selama 2006 adalah 3.702.447 orang dengan tingkat pertumbuhan jumlah tenaga kerja per tahunnya 8.10%. Nilai ekspor Industri Kreatif mencapai Rp 81,4 triliun dengan kontribusi sebesar 9,13 persen.
Berdasarkan data statistik pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha Informasi dan komunikasi yang menyumbang sebesar 7,78 persen.
Pertumbuhan Ekonomi NTB
Sementara ekonomi NTB pada triwulan I-2022 terhadap triwulan I-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 7,76 persen. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 22,29 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 187,28 persen.
Dari data Badan Pusat Statistik menunjukan perkembangan yang sangat signifikan pada lapangan usaha dan produksi, penyediaan akomodasi dan makan minum serta sektor industri lainnya.
Artinya bahwa, dengan metode ekosistem Industri melalui IKM NTB dalam program JPS gemilang merupakan proses awal untuk menunjukan perkembangan Ekonomi NTB, melalui operasional Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Hal ini semakin jelas bagi kita di NTB untuk terus mengembangkan industri kreativ sebagai Trend Global Indonesia Emas 2045.
Sebab, menurut Booyens, industri yang memanfaatkan kreativitas, inovasi, keterampilan, gagasan dan ide yang dimiliki seseorang akan menghasilkan UMKM. UMKM sa meliputi produksi, distribusi, pertukaran atau konsumsi produk atau jasa.
BACA JUGA : Pengertian Sistem Pemerintahan, Macam dan Contohnya
Dalam hal ini, peran pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam mendukung dan memotivasi industri kreatif sangat diperlukan.
Sebab industri kreatif dapat menjadi motor penggerak dalam memajukan perekonomian NTB. Di samping itu pemerintah perlu memanfaatkan bonus demografi karena banyaknya angkatan muda yang masig produktif.
Pada gilirannya usia produktif akan menciptakan sumber daya manusia yang dapat mengembangkan berbagai ide kreatif, inovatif, berkualitas dan berdaya saing global.
4 Visi Menuju Indonesia Emas 2045 Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
1). Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2). Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
3). Pemerataan Pembangunan
4). Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.
Berdasarkan 4 pilar visi tersebut menjadikan satu keharusan untuk meningkatkan sektor Industri Kreatif, sebagai model ekonomi keberlanjutan menuju Indonesia Emas 2045.
Oleh: Eko Saputra (Aktivis Sosial)