Mudabicara.com_ Sebagai ilmu sosial kajian sosiologi mengalami perkembangan di awal abad ke-18. Beberapa tokoh awal sosiologi merupakan seorang filsuf asal Perancis bernama Auguste Comte.
Comte adalah filsuf aliran positivisme yang pertama kali mengenalkan istilah sosiologi, sumbangsih pemikirannya membawa sosiologi masuk ruang akademis. Salah satu teori yang membawa namanya melambung di Eropa membahas tentang Teori Hukum Tiga Tahap proses peradaban pemikiran manusia.
BACA JUGA : Mengenal Teori Tindakan Sosial Max Weber
Selang satu tahun setelah Comte meninggal lahir seorang anak bernama David Emile Durkheim. Seorang anak yang nantinya membawa ilmu sosiologi ke pintu gerbang ilmu mandiri dan memiliki metode ilmiah.
Kali ini mudabicara ingin mengulas lebih dalam tentang sosok ilmuwan dan sosiolog Emile Durkheim. Selengkapnya simak ulasan berikut ini:
Mengenal Emile Durkheim
Tepat di tepi timur Perancis pada 15 April 1858 David Emile Durkheim lahir. Ia lahir dari keluarga Yahudi yang taat dengan ayah bernama Moise Durkheim dan seorang ibu bernama Melanie Isidor Durkheim.
Latar belakang keluarga Durkheim, mulai dari kakek dan ayahnya adalah seorang pendeta dari komunitas Yahudi tradisional. Hal itulah yang mengakibatkan keluarganya memiliki keingginan kelak Emile Durkheim akan menjadi penerus tradisi keluarga.
Awalnya Emile Durkheim dimasukan ke sebuah sekolah Rabi oleh keluarganya. Namun, kenyataan berbicara lain Emile Durkheim memilih untuk keluar dan melanjutkan studi di sekolah umum.
BACA JUGA : Mengenal Teori Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Salah satu faktor yang mendorong ia keluar dari sekolah Rabi adalah cara pandangnya terhadap kebenaran tertinggi. Misalnya tentang kebenaran Tuhan tidak akan mungkin dimengerti oleh manusia.
Akhirnya Emile Durkheim memilih menimba ilmu di sekolah umum yang kemudian menjadi penuntun awal Durkheim menyelami dunia akademis.
Awal Karir Pendidikan
Secara pribadi sosok Emile Durkheim merupakan anak yang cerdas dan pandai. Hal itu terbukti saat ia berhasil masuk di sekolah bergengsi Perancis bernama Ecole Normale Superieure (ENS).
ENS adalah salah satu sekolah favorit dan ternama yang banyak melahirkan para pemikir dan intelektual hebat seperti Henri Bergson dan Jean Jaures .
Pada usia yang baru menginjak 21 Tahun Emile Durkheim mulai membaca karya para pemikir hebat terutama Herbert Spencer dan Auguste Comte.
Ketertarikannya terhadap kajian ilmu sosial bermula dari hasil bacaanya terhadap dua tokoh tersebut ditambah dengan fenomena politik kekalahan Perancis pada perang Perancis-Prusia.
BACA JUGA : Mengenal Teori Fakta Sosial Emile Durkheim
Namun sayangnya Perancis saat ini belum memiliki bangunan kurikulum tentang ilmu sosial sehingga tidak ada pendekatan ilmiah mengenai kajian ilmu sosial khususnya ilmu sosiologi. Akhirnya ia mengambil jurusan filsafat dan lulus pada tahun 1882 dengan gelar sarjana filsafat.
Demi mengejar kerterikanya terhadap ilmu sosiologi Emile Durkheim rela meninggalkan karir mengajarnya di Perancis dan pindah ke Jerman.
Di Jerman ia bertemu para sosiolog lain seperti Max Weber dan Wilhelm Wundt. Alhasil hampir separuh pemikiranya di pengaruhi oleh para pemikir Jerman terutama pelopor psikologi eksperimental yakni Wilhelm Wundt.
Pada akhirnya berkah kegigihannya Emile Durkheim mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu sosiologi dengan mendirikan departemen sosiologi di universitas di Eropa. Selain itu ia berhasil memisahkan kajian sosiologi dari kajian psikologi dan filsafat.
Pada tahun 1917 Emile Durkheim terserang penyakit lumpuh yang mengakibatkan ia meninggal dunia. Pasca meninggal pemikiran Durkheim tetap dikembangkan oleh apra murid-muridnya terutama Marcel Maus.
Bahkan pemikiran Durkheim sampai di ruang-ruang akademis Amerika Serikat dan menjadi salah satu rujukan dalam perkembangan ilmu sosial di Amerika Serikat.
Para pemikir post modernis seperti Peter Berger, Michel Foucault dan Clifford Geertz merupakan tokoh-tokoh yang masih dapat pengaruh dari pemikiran Emile Durkheim.
Karya Penting Emile Durkheim
Sepanjang karir akademisnya Emile Durkheim menulis empat karya tulis yang mampu memberi pengaruh dalam kajian ilmu sosiologi. Berkat karya tulisnya tersebut Durkheim disebut sebagai Bapak Sosiologi Modern.
Empat karya tulis Emile Durkhei antara lain The Rules of Sociological Method, The Division of Labor in Society dan Suicide.
Mengenal Karya-Karya Emile Durkheim
1. The Rules of Sociological Method
Karya tulis yang berjudul The Rule Of Sociological Method merupakan tulisan awal yang membahas tentang metode penelitian dalam ilmu sosiologi.
Dalam karya ini Durkheim memberikan penjelasan tentang teori fakta sosial. Fakta sosial adalah sesuatu yang ada di luar individu manusia namun memliki kekuatan dan mampu memberi batasan pada tindakan sosial individu manusia. Fakta sosial meliputi berbagai macam seperti budaya, norma, nilai-nilai agama, hukum.
Meskipun Durkheim sependapat dengan pendahulunya Comte tentang cara pandang melihat ilmu sosial. Namun bagi Durkheim, sosok Comte belum menjelaskan secara rinci apa yang menjadi objek kajian sosiologi.
BACA JUGA : Mengenal Teori Sosiologi Agama Max Weber
Dengan begitu Durkheim mencentuskan apa yang ia sebut teori fakta sosial. Harapanya dengan teori tersebut ilmu sosiologi menemukan objek kajian secara sepesisifik sehingga dapat diteliti dengan metode penelitian yang empiris.
Bagi Durkheim sosiologi adalah ilmu yang mempelajari sistematika tentang fakta sosial sehingga fakta sosial menjadi kajiam utama dalam ilmu sosiologi. Hal itulah yang membedakan ilmu sosiologi dengan kajian ilmu lainnya terutama filsafat dan psikologi.
George Ritzer dalam bukunya Teori Sosiologi pun berpendapat kalau tulisan Durkheim berjudul The Rule Of Sociological Method adalah fondasi awal metode penelitian ilmiah dalam sosiologi.
2. The Division of Labor in Society
Karya tulis berjudul The Division of Labor in Society menjelaskan tentang solidaritas masyarakat dan pembagian kerja. Dalam konteks solidaritas Durkheim membaginya ke dalam dua bagian yaitu:
1. Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik adalah solidaritas berdasarkan kesadaran kolektif. Biasanya solidaritas ini berada dalam kehidupan masyarakat tradisonal yang memiliki kesamaan serta kesadaran bersama
Beberapa ciri dalam solidaritas mekanik antara lain seperti memiliki kepercayaan yang sama, tidak mengenal istilah pembagian kerja dan hukuman bersifat represif bagi pelaku kejahatan
Misalnya terjadi kejahatan, maka dalam solidaritas mekanik kejahatan adalah suatu tindakan yang melanggar kesadaran kolektif.
BACA JUGA : Menelaah Potret Guru Merdeka di Abad 21
2. Solidaritas Organik
Solidaritas Organik adalah sebuah solidaritas yang muncul di wilayah perkotaan dan sudah termasuk masyarakat modern. Dalam solidaritas organik masyarakat sudah mengetahui konsep pembagian kerja.
Model solidaritas organik berbeda dengan solidaritas mekanik. Solidaritas ini malah berdasarkan perbedaan dalam bentuk pembagian kerja. Pembagian kerja inilah yang mengakibatkan masyarakat membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Sebab dalam solidaritas organik orang memiliki tugas, fungsi dan peranya masing-masing sehingga masyarakat memiliki hubungan ketergantungan.
Seandainya ada kejahatan, hal itu tidak menciderai seluruh masyarakat sehingga lebih bersifat personal dan hukumanya pun akan sesuai kesepakatan bersama.
3. Suicide
Karya tulis berjudul Suicide merupakan hasil penelitianya Durkheim di Eropa Barat tentang fenomena bunuh diri. Durkheim mencoba meneropong hubungan antara lingkungan sosial dengan fenomena bunuh diri.
BACA JUGA : Sistem Politik Demokrasi, Pengertian, Macam dan Ciri-cirinya
Hasil penetilianya menunjukan bahwa tingkat bunuh diri relatif tinggi di negara yang mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dibandingkan dengan negara yang mayoritas memeluk Kristen Katolik. Durkheim menemukan fakta bahwa di negara mayoritas pemeluk Kristen Protestan memiliki solidaritas yang relatif rendah sehingga orang-orang memiliki tingkat individulisme tinggi.
Individualisme yang menimbulkan eogistik inilah yang mengakibatkan orang mengalami stress tinggi dan mengakibatkan terjadinya bunuh diri. Misalnya orang rela mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tidak punya pekerjaan atau hidup dalam keadaan miskin. Emile Durkheim membagi empat macam bunuh diri antara lain sebagai berikut:
Empat Tipe Bunuh Diri
1. Bunuh Diri Egoistik
Bunuh diri egoistik sama seperti penjelasan di atas yaitu bunuh diri yang terjadi karena lemahnya solidaritas masyarakat. Biasanya masyarakat dalam menjalankan aktivitas sosial lebih individualistik sehingga hubungan sosialnya tidak dekat.
2. Bunuh Diri Altruistik
Bunuh diri altruistik adalah bunuh diri yang terjadi karena solidaritas yang terlalu kuat. Model Bunuh diri ini terjadi karena adanya nilai dan norma masyarakat yang ditafsirkan tidak tepat. Misalnya Bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang terorisme.
BACA JUGA : Memahami Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme Max Weber
3. Bunuh Diri Fatalistik
Bunuh Diri Fatalistik adalah bunuh diri yang terjadi disebabkan nilai dan norma dalam masyarakat terlampau berlebihan. Durkheim menilai ketatnya regulasi justru berpengaruh terhadap angka bunuh diri.
Solidaritas dan integrasi sosial lemah sehingga bunuh diri fatalistik bisa terjadi. sebagai contoh seseorang rela bunuh diri karena mendapat aturan yang ketat di penjara.
4. Bunuh Diri Anomik
Kebalikanya bunuh Diri Fatalistik, bunuh diri anomik terjadi karena longgarnya aturan pada masyarakat. Bunuh diri tipe ini terjadi karena nilai dan norma di dalam masyarakat terlalu bebas.
Karena saking bebasnya orang kemudian tidak mengetahui batasan dan tujuan hidup. sebagai contoh karena memiliki kekayaan yang tidak terbatas orang akan cenderung bingung karena semua keingginan dapat terpenuhi dengan cepat.
Namun keadaan seperti ini jika tidak dirawat dengan baik akan mengakibatkan orang tersebut bunuh diri karena mengalami kebingungan dengan tujuan hidup.
Penulis : Muslimin (Direktur Pelaksana MB)
1 komentar
Komentar ditutup.