Mudabicara.com_ Sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang memiliki peran penting dalam kajian sosial kemasyarakatan. Sebagai ilmu, sosiologi sudah ada sejak seorang pemikir berkebangsaan Perancis Auguste Comte menulis buku berjudul Course of Positive Philosophy. Comte tercacat sebagai orang pertama yang mengenalkan istilah sosiologi.
Seiring berkembangnya zaman ilmu sosiologi semakin maju sekaligus melahirkan banyak tokoh besar. Salah satu tokoh besar tersebut adalah Max Weber.
Berkat pemikirannya sosiologi menemukan fondasi awal keilmuwan sehingga Max Weber disebut sebagai Bapak Sosiologi modern.
BACA JUGA : Mengenal Teori Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Nah! kali ini mudabicara ingin mengulas tentang salah satu hasil pemikiran Max Weber yaitu tentang teori sosiologi agama. Lebih lengkapnya simak ulasan berikut ini:
Mengenal Teori-Teori Max Weber
Sepanjang karir intelektualnya Max Weber menulis banyak karya seperti The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, Basic Sociological Terms, Objectivity in Social Science dan The Types of Legitimate Domination.
Pada tulisan awal berjudul Basic Sociological Terms, Max Weber membahas soal teori tindakan sosial. Teori tindakan sosial adalah teori yang mebahas persoalan motif dan perilaku seseorang individu.
Bagi Weber setiap tindakan sosial memiliki makna subjektif baik secara individu dan kelompok. Di sisi lain Max Weber menyatakan tujuan utama ilmu sosiologi adalah memahami sekaligus mengamati secara seksama subjektifitas dari tindakan sosial.
Teori tindakan sosial dibagi menjadi empat bagian diantara: Pertama, tindakan afektif, tindakan ini berdasarkan pada perasaan individu. Misalnya orang akan bahagia saat mendapatkan kenaikan gaji, menangis saat tertimpa musibah, bahagia saat jatuh cinta dan lain sebagainya.
BACA JUGA : Memahami Etika Protestan Dan Semangat Kapitalisme Max Weber
Kedua, tindakan tradisional, tindakan ini berdasarkan pada tradisi yang sebenarnya sudah dilakukan oleh orang-orang dahulu. Misalnya orang akan menyediakan banyak makanan dan cemilan ataupun orang akan saling bersilaturahmi saat hari raya idul fitri
Ketiga, tindakan rasional nilai, tindakan ini berdasarkan pada nilai-nilai serta kepercayaan. Misalnya orang akan melakukan ibadah puasa saat bulan Ramadhan.
Keempat, tindakan rasional intrumental, tindakan ini berdasarkan rasionalitas. Misalnya saat melakukan transaksi bisnis dan jual beli.
Relasi Kapitalisme dan Etika Protestan dengan Teori Sosiologi Agama
Dalam tulisannya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, Max Weber menjelaskan korelasi agama dengan kemajuan kapitalisme. Weber menemukan adanya faktor nilai-nilai spiritual dalam perkembangan dan kemajuan kapitalisme.
Para penganut sekte calvinisme di ajaran Protestan meyakini orang yang selamat di akhirat adalah orang-orang yang memiliki kekayaan dan kehidupan yang makmur di dunia.
Atas dasar semangat spiritual inilah orang-orang calvinisme memiliki etos kerja tinggi untuk menjadi bagian dari orang-orang yang terselamatkan.
Gaya hidup para penganut calvinisme sangat sederhana bahkan hasil kerja mereka hanya sebagian kecil digunakan untuk konsumsi.
Bagian yang lain akan diakumulasikan sebagai modal dan diinvestasikan untuk menumpuk sekaligus menambah kekayaan terus menerus.
BACA JUGA : Mengenal Karya Auguste Comte System of Positive Politics
Analisis Max Weber terkait etika protestan merupakan kritik utama terhadap pemikiran arus utama marxisme deterministik. Bagi Weber, tidak semua benar jika dasar perubahan dan kemajuan kapitalisme adalah ekonomi dan relasi produksi.
Faktanya para penganut calvinisme merupakan kumpulan pemodal yang berpengaruh dalam perkembangan kapitalisme Eropa kala itu.
Teori Sosiologi Agama Max Weber
Selain memberi fondasi awal pada keilmuwan sosiologi pandangan Max Weber tentang relasi agama dan kapitalime telah menjadi titik awal perkembangan keilmuwan sosiologi agama.
Sosiologi agama adalah ilmu yang mempelajari pengaruh agama terhadap masyarakat begitupun sebaliknya pengaruh masyarakat terhadap agama. Dengan kata lain sosiologi agama merupakan ilmu yang mempelajari interaksi yang terjadi antara agama dan masyarakat.
Pada umumnya seseorang mendapat pengetahuan tentang agama melalui otoritas agama atau orang-orang terdekat. Biasanya pengetahuan agama yang seperti ini akan mengajarkan pengetahuan teologis yang akan diterima apa adanya tanpa pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Ilmu teologis yang normatif tentu berbeda dengan ilmu sosial yang deskriptif, analitis dan kritis.
BACA JUGA : Mengenal Karya Auguste Comte: Course of Positive Philosophy
Ada beberapa tulisan Max Weber tentang agama The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (19o5), Collective Essay of Sociological of Relligion (1920) dan Sociology of Religion (1922).
Weber menganggap agama adalah kepercayaan terhadap kekuatan supranatural yang tidak dapat dijelaskan secara saintifik.
Pandangan sosiologi agama Max Weber tidak bisa lepas dari teori sosiologinya tentang teori tindakan sosial yang menyakini setiap tindakan manusia ada makna dan motifnya.
Bagi weber agama adalah cara pandang tentang dunia yang memotivasi manusia dalam bertindak.
Pandangan itu berbanding terbalik dengan pandangan Marxisme yang menolak peran agama dalam perubahan dan kemajuan masyarakat. Bagi Marxisme agama malah menemukan titik rendahnya ketika masyarakat sudah mulai termordenisasi dan berpikir rasional.
Sebut saja, seorang tokoh terkemuka Karl Marx berpandangan agama adalah hambatan perkembangan kapitalisme dan hal itu berbeda dengan pandangan Max Weber.
Weber menilai agama malah menjadi bahan bakar utama dalam perkembangan sosial, ekonomi dan politik pada fase awal berkembangnya kapitalisme. Weber mencontohkan etika protestan sekte calvinisme yang telah memotivasi para pemeluknya untuk melakukan tindakan sosial yang melahirkan spirit kapitalisme.
Pokok- Pokok Ajaran Calvinisme
Beberapa pokok ajaran calvinisme antara lain, pertama, hanya orang-orang yang dipilih oleh Tuhan yang akan mendapatkan kehidupan bahagia di dunia. Kedua, hidup untuk bekerja lebih keras dan disiplin dan semuanya untuk meninggikan Tuhan.
Ketiga, ajaran untuk mempraktekan askeisme yaitu hidup berhemat, sederhana, tidak menghambur-hamburkan uang dan tidak untuk kesenangan duniawi.
Bagi Weber spirit kapitalisme tidak hanya sekedar bagaimana cara mendapatkan uang tetapi sebuah jalan kehidupan yang berkaitan dengan etika, tugas dan kewajiban. Dalam hal ini etika protestanisme sebenarnya merupakan etika yang telah membantu terbentukan kapitalisme modern.
Ketaatan beragama kaum calvinisme membawa mereka pada keyakinan dan etos kerja yang tinggi. Artinya waktu yang tidak digunakan untuk bekerja merupakan bagian dari dosa besar.
BACA JUGA : Profil dan Pemikiran Bapak Sosiologi Auguste Comte
Paham calvinisme yang melahirkan semangat kapitalisme ini berkembang pesat di dataran Eropa bahkan sampai ke wilayah Amerika Utara. Hal ini membuktikan agama memiliki peran yang luar biasa dalam perubahan sosial masyarakat.
Ada semacam semangat beragama di satu sisi dan semangat menjadi kapital di sisi yang lain. Ajaran dan pemaknaan agama tentang dunia menjadi dasar dari tindakan-tindakan sosial pemeluknya
Lalu bagaimana mengunakan exemplar teori Max Weber ini dalam konteks masyarakat hari ini. Misalnya kita ambil contoh persoalan terorisme.
Tindakan terorisme dilakukan karena adanya cara pandang yang mempengaruhi kelompok atau pelaku teror berdasarkan keyakinan agama. Para teroris mampu melakukan apapun atas dalih menjaga ajaran agama meski harus terbunuh sekalipun.
Karya Max Weber meberikan sumbangsih yang signifikan dalam melihat fenomena perkembangan kapitalisme khususnya dalam kacamata sosiologi. Selain itu pemikiranya juga mempengaruhi para tokoh-tokoh setelahnya seperti Anthony Giddens dan Pierre Bourdieu. Etika protestan merupakan salah satu embrio dari lahirnya kapitalisme modern.
Penulis : M. Khanafi (MudaBicara)