Mudabicara.com_ Bagi para pecinta ilmu sosial khususnya sosiologi, siapa yang tidak kenal Auguste Comte. Seorang pencetus kata “sosiologi” sekaligus bapak positivisme.
Sebagai seorang pemikir Auguste Comte terkenal dengan pemikiran filsafat positivisme. Meski begitu pemikiran Comte masih dipengaruhi oleh aliran filsafat naturalisme. Comte menganalogikan masyarakat seperti organ tubuh manusia.
Selain itu pemikir asal Universitas Montpellier ini terkenal juga dengan teori hukum tiga tahap. Teori ini membahas tentang tiga tahap proses perkembangan pemikiran masyarakat antara lain: tahap teologis, tahap metafisik dan tahap positivisme.
BACA JUGA : Mengenal Teori Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Course of Positive Philosophy
Teori tentang hukum tiga tahap, Ia tuangkan dalam sebuah karya sebanyak 6 jilid berjudul Course of Positive Philosophy. Isi dari Course of Positive Philosophy salah satunya tentang filsafat positivisme. Filsafat inilah yang kemudian hari menjadi landasan dasar aliran positivisme.
Keresahan serta kekhawatiran Comte terhadap kondisi masyarakat menjadi latar belakang lahirnya karya Course. Baginya masyarakat membutuhkan cara serta metode untuk mencapai “Keteraturan Sosial”.
Pada tiga jilid awal Comte menjelaskan tentang lima dasar ilmu sains seperti biologi, kimia, fisika matematika dan astronomi. Ia menganalisis secara objektif dan historis ilmu alam dengan meringkas metodologinya.
Sedangkan tiga jilid terakhir Comte menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu sosial. Pada prinsipnya Course of Positive Philosophy menjadi dasar ilmu sosiologi sekaligus koordinasi ilmu-ilmu positif secara metodologi.
BACA JUGA : Profil dan Pemikiran Bapak Sosiologi Auguste Comte
Peristiwa Revolusi Perancis membangun kesadaran Comte akan filsafat positivisme. Comte berpendapat masyarakat memerlukan metode berpikir baru agar tercipta masyarakat yang adil.
Cara berpikir yang sistematis dan terukur, Ia dapatkan dari ilmu sains. Comte mencoba membangun metode berpikir positif untuk memadukan hukum ilmu alam dan ilmu sosial.
Baginya ilmu sosial meski memiliki metode observasi dan eksperimen secara historis. Hal itu bertujuan agar ilmu sosial dapat menganalisis perkembangan masyarakat secara objektif.
Dengan metode berpikir yang terstruktur akan lahir fakta yang objektif. Comte berhasil memadukan secara komprehensif kesatuan filosofis dan metodologis antara ilmu alam dan ilmu sosial.
Dalam karyanya ini, Comte mencoba memperlihatkan perkembangan yang sistematis yang dialami oleh ilmu-ilmu alam. Jika kajian objeknya mati dinamakan tetap dan gerak sedangkan jika objeknya hidup dinamakan anatomi atau fisiologi.
Maka dalam konteks ilmu sosial yang objek kajiannya kehidupan masyarakat maka tentu berhubungan dengan tetap dan gerak. Artinya ada tatanan yang meski terus bergerak untuk mencapai kemajuan.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Filsafat Untuk Anak Muda
Dan kunci kemajuan itu bagi Comte tidak ada cara lain kecuali dengan metode berpikir positif melalui pengetahuan tentang gejala-gejala sosial yang objektif.
Teori Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Auguste Comte membagi cara berpikir masyarakat dalam memandang gejala sosial ke dalam tiga tahapan. Tiga tahap tersebut ia sebut sebagai teori perubahan sosial atau teori hukum tiga tahap. Teori ini terdiri sebagaimana berikut:
Tahap Teologis
Tahapan teologis merupakan tahapan dimana masyarakat masih mempercayai kekuatan-kekuatan supranatural. Pada tahapan ini segala fenomena alam dan masyarakat belum dapat dianalisis secara objektif.
Paham yang kuat pada tahapan teologis antara lain politeisme dan monoteisme. Selain itu ada faham lain yang juga mewarnai seperti dinamisme, animisme dan fetisisme.
Manusia pada tahap ini masih percaya akan kekuatan dewa dan alam. Kurang lebih tahapan teologis seperti tergambar pada film Hercules dan perang Troya.
BACA JUGA : Mengenal Teori Graham Allison Tentang Proses Kebijakan Luar Negeri dan Contohnya
Tahapan Metafisik
Pada tahapan ini manusia tidak lagi percaya dengan hal-hal yang supranatural namun berpindah kepada entitas yang abstrak. Tahapan metafisik merupakan bagian proses kritis masyarakat terhadap tahapan sebelumnya yakni tahapan teologis.
Masyarakat tidak lagi berpikir adanya kekuatan namun mereka sudah percaya dengan hukum kausalitas. Masyarakat mulai menggali nilai-nilai filosofis sebuah fenomena sosial.
Fase metafisis ini juga menjelaskan tentang fenomena-fenomena seperti substansi, kausalitas dan aksiden. selain itu juga membahas tentang esensi dan eksistensi.
Tahapan Positivisme
Pada tahapan positivisme masyarakat sudah mengenal ilmu pengetahuan. Segala sesuatu bisa dipelajari dan dianalisis melalui panca indera.
Segala bentuk fenomena masyarakat dapat dianalisis secara ilmiah dan empiris. Tahap ini orang tidak lagi percaya hal-hal yang supranatural dan metafisik.
Manusia pada tahapan positivisme sudah bisa membatasi diri terhadap fakta yang terjadi. Masyarakat sudah mulai berfikir kritis dengan selalu menempatkan fakta bukan sesuatu yang utuh sehingga harus melalui dasar observasi.
BACA JUGA : Mengenal Teori Hermeneutika Hans Georg Gadamer
Filsafat Positivisme
Pada prinsipnya positivisme Auguste Comte dalam karyanya Course of Positive Philosophy mencoba menempatkan ilmu pengetahuan menjadi dasar seseorang untuk menilai sesuatu hal benar atau salah. Pengamatan benar atau salah dalam fenomena sosial menurut Comte harus berdasarkan pada pengalaman empiris, aktual dan fisikal.
Baginya satu-satunya sumber pengetahuan yang valid adalah ilmu pengetahuan yang memiliki metode dan observasi. Ia menolak segala pengetahuan yang bersumber pada metafisik dan supranatural.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Sosiologi Untuk Anak Muda
Di kemudian hari maha karya Auguste Comte ini menjadi pijakan awal filsafat aliran positivisme. Aliran filsafat yang meyakini dasar ilmu pengetahuan berbasis pada data empiris, faktual dan nyata.
Hasil karya Auguste Comte ini dipuji oleh seorang filsuf Inggris bernama John Stuart Mill. Bahkan John Stuart Mill akan mensosialisasikan tulisan Comte ini di kelas-kelas kuliahnya.
Meskipun tidak sepenuhnya benar jika filsafat positivisme adalah kontribusi penuh seorang Auguste Comte. Jika pernah membaca karya Immanuel Kant maka akan kita akan menemukan filsafat rasionalisme.
Aliran filsafat yang meyakini bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh melalui logika, analisis terhadap fakta dan hasil pembuktian.
Namun demikian karya Course of Positive Philosophy memberikan sumbang sih yang jelas tentang tiga tahapan proses perubahan sosial. Hampir pasti perkembangan masyarakat mengalami tahap teologis, tahap metafisik dan tahap positivisme.
Bahkan melalui teori hukum tiga tahap ia meyakini bahwa sejarah umat manusia, baik secara individual,
maupun secara keseluruhan, telah berkembang menurut teori hukum tiga tahap.
BACA JUGA : Resensi Buku Filsafat Sejarah Hegel
Course of Positive Philosophy bukan satu-satunya karya Auguste Comte. karya kedua Auguste Comte adalah Systeme de philosophie positive.
Karya yang berjudul Systeme de philosophie positive seolah menjadi titik balik pemikirannya soal positivisme. Sebab Auguste Comte dalam tulisannya keduanya menyatakan tidak benar jika sepenuhnya orang menolak metafisik dan supranatural.
Sekilas pembahasan kali ini mengenai karya Auguste Comte Course of Positive Philosophy. Semoga dapat menjadi bahan bacaan yang menarik untuk teman-teman mubicara. Selamat Membaca