Sistem Politik Otoriter, Pengertian, Macam dan Ciri-cirinya

Ilmu Politik1435 Dilihat

Mudabicara.com_ Sistem politik otoriter merupakan salah satu sistem politik yang ada di dunia. Sistem politik ini memiliki ciri-ciri seperti sistem politik totaliter.

Pemerintahan yang menggunakan sistem politik otoriter cenderung membatasi kebebasan masyarakat. Selain itu media dan pers dikontrol dan segala bentuk pemberitaan yang keluar harus sesuai dengan narasi pemerintah.

Nah! untuk lebih jelasnya, kali ini mudabicara ingin mengulas lebih tentang sistem politik otoriter, pengertian, macam dan cirinya. Selengkapnya simak ulasan berikut ini:

BACA JUGA : Sistem Politik, Pengertian dan Macam-macamnya

Pengertian Sistem Politik Otoriter

Secara etimologi kata otoriter berasal dari bahasa Latin auctoritas yang berarti wibawa, kuasa, pengaruh, dan otoritas. Sedangkan dalam bahasa Inggris istilah otoriter adalah authoritarian.

Kata otoriter sendiri jika diartikan dalam bentuk paham adalah otoritarianisme. Otoritarianisme adalah suatu pendirian yang berpegang pada kekuasaan dan wibawa yang sifatnya memaksa.

Kekuasaan dalam sistem politik otoriter lebih bersifat memaksakan kehendak dan sewenang-wenang. Di sisi lain segala kontrol pemerintahan ditangan satu orang pemimpin saja.Keputusan atau kebijakan dalam sistem politik ini tidak bersifat terbuka dan tanpa jajak pendapat masyarakat.

Artinya keputusan bersifat mutlak, selain itu kebebasan masyarakat dalam mengeluarkan kritik dan pendapat terbatas. Biasanya pemimpin yang memiliki gaya otoriter ia selalu merasa mengerti segala hal dan tidak menyukai segala bentuk kritik dan pendapat.

Terlebih dalam sistem ini media atau pers tidak memiliki kebebasan. Media boleh mengeluarkan berita namun berita yang positif tentang pemerintahan.

BACA JUGA : Sistem Politik Totaliter, Pengertian, Macam dan Ciri-Cirinya

Hampir semua berita dalam sistem ini memuji proses pemerintahan tak ada kritik dan saran guna menjadi pertimbangan second opinion pemerintah dalam mengambil kebijakan.

Otoriter memang berbeda dengan gaya kepemimpinan otoritatif. Jika kepemimpinan otoritatif bekerja sebagai pemandu guna mengarahkan anak buahnya untuk mencapai tujuan bersama.

Lain halnya dengan gaya otoriter yang lebih menggunakan gaya kepemimpinan tangan besi dan tidak mentoleransi kesalahan sekecil apapun.

Namun perlu digaris bawahi tidak semua kepemimpinan otoriter negatif. Kadang suatu organisasi bahkan negara memerlukan gaya kepemimpinan otoriter ini. Sosok yang percaya diri membuat keputusan dengan cepat dan yakin segala keputusannya sempurna.

Dalam sejarah kepemimpinan dunia ada beberapa pemimpin menggunakan gaya dan sistem politik otoriter ini antara lain Richard Nixon, Adolf Hitler, Kim Jong-un, Benito Mussolini, Soeharto dan Muamar Khadafi.

BACA JUGA : Sistem Politik Demokrasi Liberal, Pengertian, Macam dan Cirinya

Ciri-Ciri Sistem Politik Otoriter

Kekuasaan Penuh Pada Pemimpin 

Dalam sistem politik otoriter kekuasaan dipegang penuh oleh pemimpin. Para pejabat hanya menjadi bawahan yang tidak memiliki kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan menentukan arah pemerintahanya sendiri.

Mereka hanya berperan menjadi penyambung keputusan-keputusan pemimpin. Kekuasaan mutlak tersebut mengakibatkan pemimpin mengeluarkan kebijakan atas dasar ide dan pemikirannya sendiri. Hasilnya jelas, kebijakan akan yang muncul akan terlihat monoton karena minim ide dan gagasan baru.

Keputusan Bersifat Mutlak

Keputusan bersifat mutlak ini artinya keputusan pemimpin tidak dapat diganggu gugat.  Semua keputusan bisa berubah bila seorang pemimpin ingin merubahnya. Seorang pengikut yang menjadi bawahan pun tak diberi ruang untuk berpendapat apalagi membuat kebijakan sendiri.

Dominasi pemimpin ini terjadi dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan. Bahkan prosedur dan peraturan apapun terkait negara dan organisasi hanya dia yang berhak memutuskan.

Pemimpin Bersifat Dominan

Dalam proses kepemimpinan memang dominasi pemimpin tidak serta merta berarti negatif. Kadang kepemimpinan yang bersifat dominan ini dapat berhasil ketika pemimpinnya memiliki kredibilitas dan kualitas pribadi yang baik.

Namun alangkah baiknya jika dominasi pemimpin ini dapat didistribusikan dalam bentuk perintah ke bawahannya. Selain ada proses kaderisasi, distribusi ini dapat menjadikan semua terlibat dalam pengambilan keputusan.

BACA JUGA : Sistem Politik Otokrasi, Pengertian, Faktor dan Ciri-cirinya

Faktanya memang pemimpin otoriter akan selalu dominan baik dalam pembuatan kebijakan ataupun keputusan-keputusan strategis negara.

Minim Inovasi dan Kreativitas

Ketika pemimpin tidak mau menerima kritik dan pendapat orang lain maka akan muncul kejenuhan dalam proses pemerintahan. Seorang bawahan tidak merasa termotivasi dan tertantang untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik.

Mereka menjalankan tugas tidak berdasarkan kesenangan atau kebahagian. Namun mereka menjalankan tugas dengan penuh paksaan, kecemasan dan ketakutan.

Adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Minimnya pengawasan dan keterbukaan sistem politik otoriter sering terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme. Segala bentuk perusahaan milik publik terasa milik pribadi.

Kekuatan pemimpin yang dapat mengendalikan segala hal membuat aset-aset negara ataupun organisasi di monopoli untuk memperkaya diri sendiri.

Pemimpin Berorientasi Pada Hasil

Dalam kepemimpinan yang absolut seorang pemimpin tidak akan menghargai proses. Mereka hanya membutuhkan hasil yang maksimal dan tidak mentoleransi kesalahan sedikit pun.

Biasanya sistem politik otoriter menganggap orang bawahan sebagai orang yang tidak cakap dan tidak kompeten. Seandainya ada ide yang bagus ia akan menjadi sekedar angin lalu.

BACA JUGA : Sistem Politik Oligarki, Pengertian, Macam Dan Ciri-Cirinya

Suka Memberikan Hukuman Keras

Dalam sistem politik otoriter segala bentuk kritik adalah pembangkangan sehingga tak heran para pengkritik akan dipenjara sesuka hati bahkan sampai terjadi pembunuhan.

Dalam konteks Indonesia mungkin masih ingat beberapa kekerasan dan penculikan terhadap aktivis yang memperjuangkan hak-hak rakyat. Penguasa tak segan untuk memenjarakan tanpa proses peradilan bahkan sampai penculikan yang berujung pembunuhan.

Melanggar Hak Asasi Manusia 

Kebebasan berkumpul dan berorganisasi merupakan hal yang terlarang dalam sistem politik ini. Selain itu pemimpin tak segan-segan melakukan segala cara jika kekuasaan mereka terancam.

Rakyat hanya sebagai variabel pelengkap untuk menyukseskan dan melanggengkan kekuasaan dan kekayaan pemimpin.

Stabilitas Politik Terbatas

Sebagai contoh stabilitas politik terbatas adalah propaganda Kim Jong-Un di Korea Utara. Seluruh media baik cetak maupun elektronik digunakan Kim Jong-Un untuk melakukan pencitraan. Pencitraan yang ia lakukan bertujuan untuk meningkatkan kesetian warga serta menjaga popularitas.

Berbeda dengan Joseph Stalin, ia menggunakan kekuatan militer untuk mengendalikan masyarakat serta kontrol sosial. Militer di zamannya memegang kendali penuh sampai pada tingkat administrasi masyarakat.

BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Politik Untuk Anak Muda

Cara jitu seorang pemimpin otoriter untuk melanggengkan kekuasaan antara lain : Melakukan pencitraan diri melalui media, Mengontrol oposisi, Mengelola birokrasi sampai pada tingkat bawah dan terakhir menguasai militer.

Masyarakat Sipil Lemah

Seorang pemimpin yang otoriter akan dengan mudah melemahkan gerakan sipil. Sebagai contoh zaman orde baru tidak ada partai yang dapat memenangkan pemilu kecuali partai Golkar.

Kebebasan sipil tidak ada sama sekali. Masyarakat dilarang untuk membuat organisasi dan partai politik. Segala bentuk aktivitas masyarakat dikontrol. Memobilisasi pemilihan umum dengan memanfaatkan aparatus sipil negara.

Sekian ulasan mudabicara mengenai sistem politik otoriter, semoga dapat menjadi bahan bacaan yang baik untuk teman-teman semua. Selamat membaca

 

Tulisan Terkait: