Mudabicara.com_ Sistem politik otokrasi merupakan salah satu sistem politik yang ada di dunia. Sistem politik ini memiliki cara serta ciri yang berbeda dengan sistem politik lainnya.
Banyak negara mengalami pasang surut dalam mengadopsi sistem-sistem politik. Tak jarang sebagian negara memutuskan untuk pindah sistem politik. Dulu memakai sistem politik otokrasi sekarang memakai sistem politik demokrasi.
Nah! Lantas apa sebenarnya pengertian sistem politik otokrasi ini, apa saja macam dan ciri-cirinya serta negara mana saja yang menggunakan sistem tersebut. Selengkapnya simak ulasan mudabicara.com berikut ini:
BACA JUGA : Sistem Politik, Pengertian dan Macam-macamnya
Pengertian Sistem Politik Otokrasi
Kata otokrasi berasal dari bahasa Yunani oto yang berarti sendiri dan kratos yang berarti memiliki pemerintahan. Istilah otokrasi atau autokrator secara harfiah juga dapat berarti penguasa tunggal atau berkuasa sendiri.
Secara tradisional sistem politik otokrasi memiliki beberapa karakter antara lain, sistem pemerintahanya sebagian bersifat konsensus dan pemerintahannya cenderung pribadi.
Dalam proses kepemimpinannya sistem otokrasi hanya mendistribusikan perintah kepada sebagian kecil orang di bawahnya. Sebab biasanya pemimpin sistem otokrasi adalah seorang raja atau sultan.
BACA JUGA : Pengertian Sistem Pemerintahan, Macam dan Contohnya
Akibatnya tidak ada peluang orang di luar kerajaan menggantikan titah raja karena sistem otokrasi berdasar tradisi. Pemimpin yang berhak menggantikan raja harus memiliki nasab keturunan dari raja terdahulu.
Dalam konteks peraturan atau perundangan-undangan sistem politik ini hanya melibatkan sedikit elit. Peraturan hanya dibuat oleh sebagian kecil orang yang dekat dengan kekuasaan. Artinya usulan, kritik dan saran masyarakat tidak menjadi pertimbangan.
Dari penjabaran di atas maka sistem politik otokrasi adalah sebuah sistem politik atau pemerintahan yang pemimpinnya seorang raja atau sultan dengan kekuasaan penuh tanpa masa jabatan.
Dalam sistem politik ini pemimpin mengambil jarak dengan rakyatnya. Pemimpin harus tampil sempurna untuk menjaga kewibawaan sebab ia sebagai pemain tunggal. Konsekuensinya tentu masyarakat harus patuh dan tunduk sepenuhnya atas kehendaknya pemimpinya.
Seorang Otokrat selalu mencoba mempengaruhi masyarakat secara penuh untuk mengikuti apa yang ia sedang cita-citakan. Rakyat mau tidak mau harus mengikuti perintah seorang otokrat tanpa boleh membantah. Membantah perintah sama saja memberontak dan siap dihukum.
Kesetian dan loyalitas rakyat menjadi hal penting dalam sistem politik otokrasi ini. Rakyat harus siap dengan perintah pun dengan larangan seorang otokrat.
BACA JUGA : Sistem Politik Totaliter, Pengertian, Macam dan Ciri-Cirinya
5 Faktor Sistem Politik Otokrasi
Ada lima faktor yang mempengaruhi sistem politik otokrasi antara lain, relasi kekuasaan, memiliki identitas bersama, kebaikan bersama, relasi hubungan ekonomi politik, dan relasi kekuasaan. Selengkapnya simak ulasan berikut ini.
Relasi Kekuasaan
Relasi kekuasaan dalam sistem otokrasi bersifat mutlak. Hal itu karena seorang raja memiliki peranan simbolis dan personifikasi identitas bersama.
Kekuasaan hanya berkutat pada lingkaran kerajaan. Sistem otokrasi membuat pemerintahan cenderung negatif, pribadi dan bersifat konsensus.
Meskipun faktanya praktik pemerintahan dilaksanakan para pejabat di bawah. Namun relasi kekuasaan seorang raja masih sangat kental. Bagaimana kualitas pribadi pribadi seorang pemimpin masih mewarnai cara dan corak praktek kepemimpinan.
Memiliki Identitas Bersama
Dalam sistem otokrasi faktor primordial menjadi alat persatuan masyarakat dalam politik. Faktor primordial bisa berupa ras, suku bangsa bahkan agama.
Seorang pemimpin dalam sistem otokrasi menjadi lambang bersama baik berdasar ras, suku atau agama. Oleh sebab itu seorang pemimpin dalam sistem otokrasi harus memiliki keturunan yang bagus karena mereka adalah identitas bersama.
BACA JUGA : Sistem Politik Demokrasi Liberal, Pengertian, Macam dan Cirinya
Kebaikan Bersama
Kebaikan bersama di sini menyangkut beberapa hal yaitu kebebasan politik individu, persamaan, kebutuhan material dengan kebutuhan moril dan Individualisme dan kolektivisme.
Dalam konteks persamaan sistem otokrasi hanya pada stratifikasi ekonomi. Sistem ini tidak mengakomodir persamaan hak dan derajat sesama rakyat.
Di sisi lain, secara politik para pejabat memiliki kebebasan dan kehendak politik namun kebebasan politik individu nyaris tidak ada. Kolektivisme dalam sistem ini cenderung hanya berdasarkan kekerabatan tidak pada semangat individualisme.
Penanaman nilai-nilai moral lebih menonjol dari pada semangat untuk memenuhi kebutuhan materil secara bersama. Rakyat dalam sistem ini tidak punya peluang untuk berkembang,ia akan tetap menjadi pekerja untuk para tuan-tuan kerajaan.
Relasi Hubungan Ekonomi dan Politik
Adanya ketimpangan politik dan ekonomi antara penguasa dan rakyat. Rakyat hanya diposisikan sebagai pembantu atau buruh yang hanya memiliki tenaga.
Seluruh tanah menjadi ladang produksi penguasa baik ditingkatkan kerajaan maupun para pejabat bawahannya. Rakyat hanya bisa mengikuti aturan meski ekonomi mereka rapuh dan susah sebab mereka tak punya pilihan lain.
Legitimasi Kewenangan
Legitimasi kekuasaan dalam sistem ini diperoleh karena ia merupakan keturunan seorang raja terdahulu. Masyarakat menilai seorang raja adalah sosok yang sempurna baik secara moral dan moril. Artinya pemimpin dalam sistem ini memiliki kualitas pribadi yang tak dapat dibandingkan dengan yang lainya.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Politik Untuk Anak Muda
Biasanya anak turun otokrat akan membuat rekayasa untuk terus mempertahankan legitimasinya baik melalui legenda, mitos bahkan simbol-simbol sosial tertentu.
Ciri-Ciri Sistem Politik Otokrasi
Sebagai sebuah sistem politik tentu sistem politik otokrasi memiliki beberapa ciri-ciri. Berikut adalah beberapa ciri-ciri sistem politik otokrasi yang perlu kalian ketahui:
Ada stratifikasi ekonomi, nilai dan moral
Dalam sistem politik otokrasi ini terdapat perbedaan perlakuan secara ekonomi. Sumber daya ekonomi hanya dimiliki oleh penguasa sehingga rakyat hanya menjadi kelas pekerja.
Seorang pemimpin meskipun melakukan kejahatan, ia akan tetap memiliki nilai dan moral yang baik hanya karena narasi ia penguasa.
Kekuasaan Berdasar Pada Tradisi Dan Keturunan.
Seorang pemimpin dalam sistem ini tidak dipilih oleh rakyat namun berdasarkan keturunan. Seorang anak raja ketika nanti bapaknya meninggal akan menjadi raja penerus.
Pemilihan turun temurun berdasarkan tradisi serta keyakinan bersama. Anak turun selalu diyakini menjadi sosok yang ideal untuk melanjutkan pemerintahan selanjutnya.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Sosiologi Untuk Anak Muda
Kebebasan Individu Terkekang
Dalam sistem ini semangat kolektivisme tinggi namun dalam arti kolektivisme kekerabatan. Tata kelola masyarakat masih berdasarkan pada tingkatan-tingkatan baik secara jabatan politik maupun kekuatan finansial.
Masyarakat atau pejabat bawahan raja harus patuh dan tunduk atas perintah raja. Kebebasan individu tidak menjadi prioritas namun lebih mementingkan kepentingan kelompok kecil kekuasaan.
Pemimpin Bersifat Pribadi
Seorang raja memiliki keputusan personal, ia tidak butuh pertimbangan dan masukan dalam mengambil keputusan. Meskipun ada pertimbangan sifatnya hanya nasehat. Keputusan mutlak tetap di tangan sang raja.
Alhasil corak dan cara kepemimpinan dalam sistem ini tergantung pada kualitas pemikiran dan pribadi seorang raja.
Ada Narasi Primordial
Semangat kebersamaan dalam tata kelola pemerintahan masih berdasar pada semangat primordial. Pemimpin minimal harus memiliki suku bangsa, ras bahkan agama yang sama.
Demikian ulasan mudabicara tentang sistem politik otokrasi. Semoga dapat menjadi bahan pembelajaran untuk teman-teman semua.