Mengenal Karya Auguste Comte System of Positive Politics

Sosok Inspiratif3013 Dilihat

Mudabicara.com_ Bagi para pengkaji filsafat dan ilmu sosial nama Auguste Comte sudah tak asing lagi. Selain menjadi salah satu penggagas awal ilmu sosiologi, nama Comte juga tercatat sebagai salah satu tokoh awal filsafat positivisme.

Banyak karya tulisan yang lahir dari pikiranya, salah dua yang terkenal berjudul Course of Positive Philosophy dan System of Positive Politics. Kali ini mudabicara akan mengulas lebih dalam tentang karya yang kedua yaitu System of Positive Politics. Selengkapnya simak ulasan di bawah ini:

BACA JUGA : Mengenal Teori Hukum Tiga Tahap Auguste Comte

Sekilas Karya Pertama Auguste Comte

Auguste Comte merupakan tokoh yang muncul di tengah Revolusi Perancis. Pasca  terjadi Revolusi Perancis, ada perubahan sosial yang signifikan di tengah masyarakaT.

Beberapa perubahan sosial seperti munculnya pertarungan antar kelas dan konflik ekonomi. Hal itu membuat Auguste Comte khawatir sekaligus menjadi latar belakang lahirnya karya pertamanya Course of Positive Philosophy. Karya ini terbit kisaran tahun 1830 sampai 1842.

Dalam karyanya Auguste Comte membayangkan ada satu kajian ilmu sosial berdasarkan metode ilmiah dan berdiri sendiri. Ia berusaha untuk menemukan sebuah ilmu yang dapat menganalisis gejala sosial yang kemudian ia sebut ilmu sosiologi.

Baginya perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah adalah bentuk proses kemajuan intelektual yang logis. Dalam bukunya Course of Positive Philosophy Auguste memberikan penjelasan tentang teori tiga tahap dalam perubahan sosial masyarakat.

Teori ini merupakan cara Auguste Comte menjelaskan tentang kemajuan evolusioner manusia dari primitif ke peradaban maju layaknya peristiwa Revolusi Perancis. Ia mencoba menunjukan adanya tahapan yang meski dilalui peradaban manusia untuk mencapai kemajuan.

BACA JUGA : Mengenal Karya Auguste Comte: Course of Positive Philosophy

Teori Hukum Tiga Tahap

Tahap Teologis

Pada tahapan teologis masyarakat mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal. Masyarakat percaya tentang kekuatan-kekuatan supranatural.

Ada beberapa paham yang berkembang pada tahapan ini seperti fetisisme, animisme, dinamisme, politeisme dan monoteisme. Fetisisme adalah faham dimana masyarakat percaya benda-benda memiliki kekuatan. Animisme adalah kepercayaan dimana masyarakat memuja roh orang-orang yang telah meninggal.

Dinamisme adalah kepercayaan orang terhadap barang-barang tertentu yang diyakini memiliki kekuatan. Politeisme adalah suatu kepercayaan yang menganggap ada kekuatan yang mengatur alam. Terakhir, monotheisme adalah kepercayaan yang meyakini ada kekuatan tunggal.

Tahap Metafisik

Pada tahapan metafisik masyarakat percaya adanya kekuatan-kekuatan metafisik. Tahapan ini merupakan transisi antara tahap teologis menuju tahap positif.

BACA JUGA : Apa Itu Positivisme? Aliran Filsafat Auguste Comte

Masyarakat mulai meneliti  fenomena alam namun harus masuk dalam akal pikiran. Pada prinsipnya akan muda sudah menjadi medium untuk mencapai ilmu pengetahuan meski ada sedikit bumbu abstraktif.

Tahap Positivisme

Pada tahapan positivisme masyarakat berpikir secara rasional sekaligus kebenaran meski ditentukan oleh pengamatan teoritik.

The Course of Positive Philosophy seolah menjadi penjelasan mengenai evolusi filosofis dari keilmuan manusia. Bahwa segala kebenaran harus mampu dibuktikan baik secara empiris, rasional dan ilmiah.

System of Positive Politics

System of Positive Politics merupakan sebuah karya tulis lanjutan dari Course of Positive Philosophy. Karya tulisan ini lahir pada kisaran tahun 1851 sampai 1854.

Latar belakang lahirnya, tidak lain karena Auguste Comte sedang jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Clothilde de Vaux. Namun sayangnya cinta Comte kepada pujaan hatinya bertepuk sebelah tangan.

BACA JUGA : Profil dan Pemikiran Bapak Sosiologi Auguste Comte

Seorang wanita penyair yang juga pengagum pemikiran Comte ini menganggap hubungannya dengan Comte biasa-biasa saja tak ada yang istimewa. Sayangnya, tidak lama kemudian Clotilde terserang penyakit TBC yang mengantarkannya menghembuskan nafas terakhir.

Kejadian tersebut membuat hati Comte sedih, terluka dan kecewa. Lantas dirinya berjanji untuk mendedikasikan hidupnya menulis guna mengenang sang pujaan hati Clotilde de Vaux.

Kesedihan berlarut-larut membuat Comte menjadi pribadi yang labil. Pada waktu menerbitkan tulisan System of Positive Politics, Ia merasa seperti seorang nabi dari apa yang ia sebut religion of humanity atau agama kemanusiaan. Asmara menjadi bahan bakar yang paling berpengaruh dalam karya System of Positive Politics.

BACA JUGA : Mengenal Teori Realitas Alam Semesta Anaxagoras

System of Positive Politics merupakan perumusan akhir tentang sosiologinya. Pada karyanya ini Comte menekankan moralitas dan kemajuan moral sebagai perhatian utama dari pengetahuan. Di sisi lain ia juga berusaha untuk memberikan penjelasan tentang pemerintahan, sosial masyarakat dan politik.

System of Positive Politics kurang lebih adalah bentuk perayaan cintanya atas Clotilde. Hal itu dikarenakan pernyataanya tentang kekuatan manusia dalam kehidupan adalah perasaan bukan pikiran dan metode. Selain itu karya ini berisi tentang strategi pelaksanaan praksis mengenai filsafat positif pada Course of Positive Philosophy.

Comte mendorong reorganisasi masyarakat berdasarkan agama kemanusiaan. Baginya agama humanitas yang akan menjadi sumber utama bagi perasaan manusia. Perasaan akan mengubah cinta dan egois menjadi altruism yang tidak berbasis pada standar supernaturalistic melainkan pada standar intelektual positivism.

BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Sosiologi Untuk Anak Muda

Kritik Terhadap System of Positive Politics

Peralihan pemikiran Comte membuat para intelektual menganggap Comte sudah tidak waras. Misalnya John Stuart Mill seorang pemikir Inggris yang awalnya pengagum tulisannya tentang positivisme berbalik membencinya.

Para intelektual melihat penjelasan Comte tentang positivisme dalam System of Positive Politics bertentangan dengan gagasan positivism yang ditulisnya dalam bukunya Course of Positive Philosophy.

Misalnya dalam Course, Comte mengatakan sains bertransformasi menjadi filsafat sedangkan dalam System, filsafat bertransformasi menjadi agama.

Hal ini membuat para pembacanya menilai pemikiran Comte dalam System of Positive Politics terasa menjenuhkan dan menjijikan serta bertentangan dengan prinsip kemajuan pikiran manusia.

BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Filsafat Untuk Anak Muda

Meski mendapat kritik banyak orang Comte terus melanjutkan kerja intelektualnya. Ia berkeyakinan hasil karyanya akan membantu manusia di masa depan dapat menemukan kebahagiaannya. Bahkan Comte mendeklarasikan diri sebagai pendiri Agama Kemanusian yang akan memberikan arahan kepada humanisme secara detail.

Dalam bukunya Johnson Paul Doyle 1989 yang berjudul Teori Sosiologi berpendapat bahwa agama humanis Comte merupakan satu gagasan utopis untuk mereorganisasi masyarakat secara sempurna.

Ilmu sosiologi bagi Johnson Paul Doyle adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara komprehensif sehingga akan membuat keteraturan dan kemajuan sosial. Paul Doyle menyangkal kalau sistem moral akan mempersatukan semua orang dan menjamin keteraturan sosial untuk kemajuan masa depan.

Meski menemui pro dan kontra pada karya System of Positive Politics namun sumbangsih Auguste Comte terhadap ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosial sosiologi sangat besar. 

BACA JUGA : 6 Cara Mempengaruhi Orang Lain Dengan Mudah

Akar ilmu sosial yang harus memiliki metode ilmiah berdasar pada pengamatan empiris, rasional dan ilmiah adalah salah satu bukti hasil pergulatannya dalam dunia intelektualisme.

Tulisan Terkait: