Mudabicara.com_ Realitas alam semesta adalah teori terkemuka Anaxagoras. Ia merupakan salah satu dari tokoh filsuf klasik yang bermahzab pluralisme. Pemikiran Anaxagoras tentang teori realitas alam semesta menjadi salah satu pemikiran populer dikalangan para ilmuwan.
Hal itu dikarenakan pemikiran Anaxagoras tentang teori realitas alam semesta berangkat dari beberapa dasar dan prinsip yang kokoh. Nah! kali ini mudabicara.com ingin mengulas tentang Anaxagoras serta pemikirannya tentang teori alam semesta. simak ulasan berikut ya!
BACA JUGA : Pengertian Unsur Intrinsik, Macam dan Contohnya
Biografi Singkat Anaxagoras
Kota Klazomenai, Lonia, Asia Kecil merupakan tempat Anaxagoras lahir pada tahun 500 SM. Hampir separuh hidupnya Anaxoras menetap dan tinggal di kota Athena.
Pemikiran Anaxagoras mulai tumbuh dan matang di kota Athena. Hal itu sudah menjadi rahasia umum jika Yunani khususnya Athena merupakan tempat peradaban keilmuan kala itu. Anaxagoras menghembuskan nafas terakhir tepat pada umur 72 tahun pad atahun 480 SM.
Saat tinggal di Athena, Anaxagoras berteman dengan Pericles. Ia merupakan seorang politikus terkenal di Athena. Selain itu Anaxagoras juga hidup sezaman dengan Empedokles beserta filsuf atomis awal, seperti Leukippo dan Demokritos.
BACA JUGA : Mengenal Teori Hermeneutika Hans Georg Gadamer
Anaxagoras memiliki murid terkenal bernama Euripides. Ia merupakan dramawan tersohor kesusastraan Yunani dan tak salah memang karena Anaxagoras sendiri pernah menulis sebuah buku dalam bentuk prosa. Akan tetapi karyanya tersebut hanya beberapa fragmen yang masih tersimpan, itupun pada bagian pertama.
Pemikiran-pemikiran Anaxagoras banyak dipengaruhi oleh Mazhab Miletos dan Archelaus. Lantas bagaimana pemikiran Anaxagoras ini tentang realitas alam semesta?
Pemikiran Teori Realitas Alam Semesta Anaxagoras
Komponen yang Membentuk Alam Semesta
Berbicara mengenai alam semesta tidak semata-mata ada begitu saja. Melainkan alam semesta hadir dan wujud karena ada beberapa komponen yang membentuknya.
Anaxagoras juga mengatakan bahwa komponen dasar yang membentuk, menyusun alam semesta bukan merupakan satu hal yang tunggal. Susunan alam semesta terdiri dari beberapa komponen yang di dalamnya tidak sama besarannya.
Jika Empedokles mengatakan bahwa jumlah komponen pembentuk alam semesta hanya ada 4 zat. Berbeda dengan Anaxagoras, Ia mengatakan jumlah komponen yang membentuk alam semesta tidak terhingga jumlahnya. Anaxagoras menyebutnya dengan benih-benih (Spermata).
BACA JUGA : Mengenal Teori Tindakan Sosial Max Weber
Anaxagoras beranggapan teori tentang alam semesta yakni setiap benda atau bahkan seluruh realiatas alam semesta terdiri dari suatu hal yang bercampuran. Di mana campuran tersebut mengandung seluruh benih dalam jumlah tertentu.
Anaxagoras dan Pandangannya Tentang Manusia
Bagi Anaxagoras, suatu indera manusia tidak dapat menyerap seluruh benih yang telah tersedia pada suatu benda. Melainkan hanya benih itu sendiri yang mendominasi.
Dari pemaparan tersebut, Anaxagoras memberi perumpaan jikalau manusia melihat emas, maka manusia mampu mengenal atau mendeteksi dan mengatakan bahwa itu adalah emas. Sebab yang dicerna dari indera manusia berdasarkan dari benih apa yang dominan pada benih emas.
Namun, pada kenyataannya selain benih emas, benda yang dilihat oleh indera juga mengandung benih tembaga, perak, besi, atau lain sebagainya.
Hanya saja, benih-benih tersebut tidak dominan sehingga tidak dapat dilihat atau ditangkap oleh indera manusia.
Pandangan atau analogi Anaxagoras semacam itu juga terjadi dalam tubuh manusia. Pada tubuh manusia juga terdapat berbagai macam unsur atau komponen yang membentuknya. Seperti daging, tulang, kulit, darah, rambut, jantung, hati, dan lain sebagainya.
BACA JUGA : Mengenal Teori Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Dari sekian banyak unsur yang ada dalam tubuh manusia, mereka saling berkesinambungan. Artinya tumbuh dan berkembanganya rambut dan kuku tidak semata-mata ada begitu saja, melainkan juga terbentuk karena adanya unsur lain yang membentuknya.
Menurut Anaxagoras dari sekian banyak komponen yang membentuk manusia seperti kuku atau rambut, menurutnya juga tidak bisa lepas dari kandungan makanan yang manusia makan, seperti buah-buahan, sayuran, atau daging.
Jika kita sudah melihat bagaimana pemikiran Anaxagoras tentang komponen alam semesta, lantas bagaimana Anaxagoras dalam melihat Alam semesta itu sendiri dan Bagaimana Anaxagoras memahami makhluk hidup sebagai penghuni alam semesta?
Pemahaman Anaxagoras Tentang Makhluk Hidup
1. Alam Semesta
Pandangan Anaxagoras tentang alam semesta tidak jauh berbeda dengan pandangan filsuf-filsuf terdahulu dari Lonia, khususnya Anaximenes.
Dalam hal ini Anaxagoras berpendapat bahwa unsur-unsur jagat raya terdiri dari batu-batu yang berpijar dampak kecepatan tinggi dari pusaran angin yang menggerakkan batu-batu tersebut. Hal yang mampu menggerakkan unsur-unsur pembentuk alam semesta disebutnya “Keteraturan”.
Berbicara terkait kekuatan keteraturan sendiri berada dimana-mana dan juga merupakan sebuah bentuk yang sangat lembut. Artinya kekuatan tersebut menyatukan berbagai unsur hingga membentuk alam semesta.
Dalam kata lain kekuatan yang dimaksud yakni kekuatan Tuhan. Meskipun konteks Tuhan yang dimaksud disini bukan Tuhan yang mengarah pada tradisi mistis-mitologis masyarakat Yunani, melainkan Tuhan yang meliputi seluruh alam semesta.
BACA JUGA : Pengertian Sastra, Fungsi dan Macamnya
Di sisi lain tentang alam semesta, Anaxagoras juga menyinggung mengenai astronomi, dalam hal ini Anaxagoras merupakan tokoh pertama yang mengungkapkan teori gerhana bulan dan gerhana matahari.
Bahkan menariknya, Anaxagoras juga merupakan orang pertama yang mengatakan bahwa bulan terdiri dari pegunungan dan lembah-lembah pada permukaannya.
Anaxagoras juga menjelaskan bahwa bulan tidak memiliki cahaya sendiri, melainkan bulan mandapatkan cahayanya dari cahaya matahari.
Pandangan Anaxagoras tentang astronomi merupakan satu capaian yang luar biasanya pada zaman itu. Mengingat pada zaman itu belum ada teknologi yang mampu mengamati benda-benda langit.
Pemikiran astronomi Anaxagoras inilah kemudian yang menjadi landasan para pemikir setelahnya seperti Plato dan Aristoteles. Meskipun pada perkembangannya, Anaxagoras dituduh melawan dewa-dewi Yunani.
2. Makhluk Hidup
Makhluk hidup merupakan komponen pelengkap alam semesta sebagai penghuni alam semesta. Dalam pandangan Anaxagoras terkait makhluk hidup, ia membedakannya dengan makhluk yang tidak hidup.
Berbicara terkait makhluk hidup dalam pandangan Anaxagoras tidak bisa lepas dari konsep Nous. Di mana dalam ajaran Nous membedakan mana yang rohani dan yang jasmani.
Berangkat dari konsep Nous ini, Anaxagoras juga memberi pandangan bahwa Nous merupakan unsur yang paling halus (leptos) dan yang paling murni (katharos) dari semua hal yang ada.
Bagi Anaxagoras Nous memang menguasai segala-galanya. Namun Nous tidak ada dalam makhluk-makhluk yang tidak hidup. Sedangkan dalam makhluk-makhluk yang hidup terdapat Nous.
Menariknya ketika berbicara tentang makhluk hidup. Anaxagoras dalam pemikirannya juga menyinggung tentang persepsi manusia itu sendiri.
Di mana, manusia tercipta saat manusia membandingkan efek atau kualitas yang saling berlawanan yang ditimbulkan oleh suatu objek terhadap indera manusia.
BACA JUGA : Penundaan Pemilu dan Ancaman Populisme
Sejauh perkembangan pemikiran Anaxagoras ia tidak terlalu memberi perhatian terhadap persoalan etis dan agama. Menurut buku bertrand Russell-Sejarah Filsafat Barat mengatakan bahwa Anaxagoras adalah seorang atheis.
Selain itu, Anaxagoras salah satu pengikut aliran anaximisme yang sama-sama dari Lonia. Maka dari sini, menjadi masuk akal jika Anaxagoras dalam pemikirannya lebih mengembangkan pada tradisi ilmiah dari pada filsuf Italia selatan atau Sisilia yang cenderung Spiritual.
Dalam sejarah perjalanan Anaxagoras perihal Atheis merupakan tuduhan dari para musuh-musuhnya sehingga ia mendapat ancaman hukuman mati.
Namun, Anaxagoras akhirnya selamat berkat kawannya Pericles, ia keluar dari penjara dan melarikan diri ke kota Lampsakos.
Arti penting Anaxagoras terletak pada faktor kesejarahan karena Anaxagoras merupakan orang pertama yang membawa tradisi filsafat ke Athena dan pada akhirnya terpengaruh pemikiran bapak filsafat Socrates.
Oleh : Ainun Masnunah (Kontributor MB Yogyakarta)