Apa itu Sosiologi Lingkungan? Pengertian dan Ruang Lingkup Kajiannya

Ilmu Sosiologi1153 Dilihat

Mudabicara.com_  Sosiologi lingkungan merupakan subbidang dari disiplin sosiologi yang membahas tentang hubungan antara masyarakat dan lingkungan.

Kajian ini mulai berkembang selaras dengan gerakan lingkungan yang terjadi pada kurun waktu 1960an. Lalu apa sebenarnya sosiologi lingkungan dan apa saja kajiannya.

Penasaran apa itu sosiologi lingkungan, simak ulasan mudabicara berikut ini?

Pengertian Sosiologi Lingkungan

Sosiologi lingkungan adalah salah satu cabang ilmu sosiologi yang mebahas tentang masyarakat dan lingkungan terutama dalam hal perilaku dan interaksinya.

Baca Juga : Apa itu Arti Sosiologi Pedesaan? Pengertian, Kajian dan Fungsinya

Meskipun pada prakteknya membahas pola interaksi masyarakat dengan lingkungan tidak bisa dibedakan dengan subkajian sosiologi lainnya.

Dalam kajian sosiologi lingkungan berbagai pertanyaan yang coba di pecahkan misalnya. Bagaimana hubungan institusi dan struktur tertentu (seperti hukum, politik, dan faktor ekonomi) dengan kondisi lingkungan?

Misalnya, faktor apa saja yang mempengaruhi pembuatan dan penegakan hukum yang dirancang untuk mengurangi polusi dan emisi karbon?

Apa hubungan antara perilaku kelompok dan kondisi lingkungan? Misalnya, apa dampak lingkungan dari perilaku seperti pembuangan dan daur ulang limbah?

Dan bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, mata pencaharian ekonomi, dan kesehatan masyarakat?

Oleh karena itifokus kajian sosiologi lingkungan menyorot hubungan antara masyarakat dan lingkungan secara umum.

Biasanya penekanan khusus ketika mempelajari faktor sosial yang mengakibatkan masalah lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-masalah tersebut, dan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ruang Lingkup Pembahasan Sosiologi Lingkungan

1. Perubahan iklim

Perubahan iklim bisa dibilang merupakan topik penelitian paling penting di kalangan sosiolog lingkungan saat ini.

Sosiolog menyelidiki penyebab perubahan iklim pada manusia, ekonomi, dan politik, dan menyelidiki dampak perubahan iklim terhadap banyak aspek kehidupan sosial.

Misalnya dampak perubahan iklim terhadap perilaku, budaya, nilai-nilai, dan kesehatan ekonomi masyarakat yang terkena dampaknya.

2. Ekonomi dan Lingkungan

Inti dari pendekatan sosiologi terhadap perubahan iklim adalah studi tentang hubungan antara ekonomi dan lingkungan.

Fokus analitik utama dalam subbidang ini adalah dampak khusus ekonomi kapitalis yang didasarkan pada pertumbuhan berkelanjutan terhadap lingkungan.

Sosiolog lingkungan yang mempelajari hubungan ini mungkin antara lain fokus pada implikasi konsumsi sumber daya alam dalam proses produksi, metode produksi, dan perolehan kembali sumber daya yang bertujuan untuk berkelanjutan.

3. Energi dan Lingkungan

Hubungan antara energi dan lingkungan merupakan topik penting lainnya di kalangan sosiolog lingkungan saat ini.

Hubungan ini terkait erat dengan dua hal pertama, karena pembakaran bahan bakar fosil untuk industri listrik diakui oleh para ilmuwan iklim sebagai penyebab utama pemanasan global, dan juga perubahan iklim.

Beberapa sosiolog lingkungan yang fokus pada energi mempelajari cara berpikir berbagai populasi mengenai penggunaan energi dan implikasinya, serta bagaimana perilaku mereka terkait dengan gagasan ini; dan mereka mungkin mempelajari cara kebijakan energi membentuk perilaku dan hasil.

Politik, hukum, dan kebijakan publik , serta hubungannya dengan kondisi dan masalah lingkungan juga menjadi fokus para sosiolog lingkungan.

Sebagai institusi dan struktur yang membentuk perilaku perusahaan dan individu, mereka mempunyai dampak tidak langsung terhadap lingkungan.

Para sosiolog yang fokus pada bidang-bidang ini menyelidiki topik-topik seperti sejauh mana dan melalui mekanisme apa undang-undang mengenai emisi dan polusi ditegakkan; bagaimana masyarakat bertindak secara kolektif untuk membentuknya; dan bentuk-bentuk kekuasaan yang mungkin memungkinkan atau mencegah mereka melakukan hal tersebut, antara lain.

Banyak sosiolog lingkungan mempelajari hubungan antara perilaku sosial dan lingkungan. Dalam bidang ini terdapat banyak tumpang tindih antara sosiologi lingkungan dan sosiologi konsumsi , karena banyak sosiolog mengakui hubungan penting dan konsekuensial antara konsumerisme  dan perilaku konsumen, serta masalah dan solusi lingkungan.

Sosiolog lingkungan juga mengkaji bagaimana perilaku sosial, seperti penggunaan transportasi, konsumsi energi, serta praktik limbah dan daur ulang, membentuk hasil lingkungan, serta bagaimana kondisi lingkungan membentuk perilaku sosial.

Bidang fokus penting lainnya di kalangan sosiolog lingkungan adalah hubungan antara kesenjangan dan lingkungan hidup.

Sosiolog lingkungan mempelajari cara orang memiliki hubungan yang berbeda dengan lingkungan berdasarkan hak istimewa dan kekayaan relatif.

Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan bahwa ketidaksetaraan pendapatan, ras, dan gender membuat populasi yang mengalaminya lebih mungkin mengalami dampak lingkungan yang negatif seperti polusi, kedekatan dengan sampah, dan kurangnya akses terhadap sumber daya alam.

Faktanya, studi tentang rasisme lingkungan merupakan bidang fokus khusus dalam sosiologi lingkungan.

Baca Juga : 10 Manfaat Belajar Sosiologi Untuk Anak Muda

Tokoh Pemikir Sosiologi Lingkungan Dan Sejarahnya

Sosiolog lingkungan terkemuka saat ini termasuk John Bellamy Foster , John Foran, Christine Shearer, Richard Widick, dan Kari Marie Norgaard .

Almarhum Dr. William Freudenburg dianggap sebagai pionir penting dalam subbidang ini yang memberikan kontribusi besar terhadap bidang ini, dan ilmuwan serta aktivis India Vandana Shiva dianggap sebagai sosiolog lingkungan kehormatan oleh banyak orang.

Perhatian sosiologi mengenai berbagai masalah lingkungan sebenarnya telah muncul sebelum istilah “sosiologi lingkungan” dicanangkan. Tokoh yang pertama kali menyinggung mengenai masalah tersebut adalah Riley Dunlap dan William Catton pada 1978.

Sebagai salah seorang pengkaji sosiologi pembangunan lingkungan dari Magelang, Susilo mengemukakan bahwa Dunlap dan Catton menulis berbagai artikel yang mengkaji masalah lingkungan sejak tahun 1978 dengan melakukan tinjauan berbagai literatur ilmu sosial. Artikel pertama mereka yang menguraikan permasalahan itu berjudul The Significance of Environment as a Social Factor.

Frederick Howard Buttel yang dikenal karena kontribusinya terhadap sosiologi lingkungan turut menambahkan bahwa kemunculan kajian Dunlap dan Catton merupakan sumbangan inti kepada teori sosiologi lingkungan.

Dalam pandangannya, ringkasan sederhana dari sistem teoretis mereka telah membantu mengilustrasikan inti dari sosiologi lingkungan itu sendiri. Kajian sosiologi lingkungan Dunlap dan Catton dibangun dari beberapa konsep yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:

Salah satu konsep yang mendasari kajian sosiologi lingkungan Dunlap dan Catton adalah masyarakat modern yang tidak berkelanjutan, yang diperparah oleh pertumbuhan penduduk secara pesat (Susilo 2014, hlm. 6).
  1. Persoalan-persoalan lingkungan dan ketidakmampuan sosiologi konvensional untuk membicarakan persoalan-persoalan tersebut merupakan cabang dari pandangan dunia yang gagal menjawab dasar-dasar biofisik struktur sosial dan kehidupan sosial.
  2. Masyarakat modern yang tidak berkelanjutan karena mereka hidup dalam sumber daya yang sangat terbatas dan penggunaan di atas pelayanan ekosistem jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan kemampuan ekosistem memperbarui dirinya. Dalam tingkatan global, proses ini diperparah dengan pertumbuhan penduduk yang pesat.
  3. Masyarakat menuju tingkatan lebih besar atau kurang lebih berhadapan dengan kondisi yang rentan ekologi.
  4. Ilmu lingkungan modern telah mendokumentasian kepelikan persoalan lingkungan tersebut dan menimbulkan kebutuhan akan penyesuaian besar-besaran jika krisis lingkungan ingin dihindari.
  5. Pengenalan dimensi-dimensi krisis lingkungan yang menyumbang kepada “pergeseran paradigma” dalam masyarakat secara umum, seperti yang terjadi dalam sosiologi (penolakan pandangan dunia Barat dominan dan penerimaan sebuah paradigma ekologi baru).
  6. Perbaikan dan reformasi lingkungan akan dilahirkan melalui perluasan paradigma ekologi baru di antara publik, massa, dan akan dipercepat oleh pergeseran paradigma, yang dapat dibandingkan antara ilmuwan sosial dan ilmuwan alam.

Selain Dunlap dan Catton, tokoh lain yang juga mengkaji masalah lingkungan pada masa awal adalah Allan Schnaiberg. Kajian sosiologi lingkungan yang dikemukakan oleh Schnaiberg memberikan perhatian kepada lima konsep kunci, yaitu:

  1. Eksploitasi lingkungan yang terus-menerus, produksi yang menyebabkan degradasi lingkungan, dan berbagai “tambahannya”. Pekerjaan produksi diselenggarakan oleh kapitalisme dan negara modern yang mempertunjukkan logika mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan akumulasi modal pribadi. Alam memproduksi dirinya karena proses ini mengasumsikan karakter “pekerjaan”.
  2. Kecenderungan pertumbuhan karena sifat kompetitif kapitalisme, seperti korporasi dan pengusaha harus memperluas usahanya. Namun, di situ juga berlaku sebuah logika pertumbuhan komplementer dalam lingkup negara. Agen dan pejabat negara lebih memilih pertumbuhan daripada stagnasi pembangunan agar menjamin pendapatan pajak dan mempertinggi kemungkinan terpilih kembali atau keberlangsungan kekuasaan.
  3. Tingginya akumulasi milik pribadi yang disebabkan karena negara berusaha membelanjakan tujuan kepada subsidi atau mensosialisasikan pengeluaran produksi pribadi dan akumulasi melalui subsidi publik kepada penelitian dan pengembangan infrastruktur transportasi, militer, dan insentif pajak.
  4. Akumulasi yang dikembangkan cenderung kepada intensifikasi modal, kemudian mengarahkannya kepada otomatisasi, pengangguran, dan secara potensial menuntut untuk penciptaan pekerjaan atau wellfare state (program negara kesejahteraan) untuk mereka yang tertinggal atau terpinggirkan oleh proses akumulasi modal. Kecenderungan ini mengakibatkan krisis legitimasi yang berturut-turut mendikte bahwa lebih banyak subsidi terhadap akumulasi modal swasta secara progresif dilakukan agar tersedianya pekerjaan dan pajak negara yang cukup untuk membayar ongkos sosialnya.
  5. Pertumbuhan modal yang intensif menciptakan dislokasi dan tuntutan politik. Tuntutan tersebut menggerakkan pengeluaran negara dan pertumbuhan modal. Hal tersebut merupakan esensi sifat pekerjaan kapitalisme industrial modern. Secara lebih luas, Schnaiberg menyatakan bahwa kegiatan produksi berhubungan langsung dengan krisis ekologi sejak proses akumulasi ini mensyaratkan penurunan sumber daya dan menghasilkan polusi.

Kesamaan kerangka kajian sosiologi lingkungan yang dikemukakan oleh Dunlap dan Catton serta Schnaiberg, yaitu kedua konsep meliputi perspektif ontologis-realis yang dinamis dan manusia secara tidak langsung berperan sebagai aktor yang memainkan peranan sentral.

Konsep yang dikemukakan oleh Dunlap dan Catton maupun Schnaiberg memiliki konsepsi yang relatif tunggal mengenai lingkungan (misalnya lingkungan dapat dicirikan dalam cara yang terkumpul seperti sebuah tingkatan yang lebih banyak atau lebih sedikit dari kelangkaan, degradasi, keterbatasan, penipisan, dan sebagainya); kedua konsep merupakan varian konsep kesatuan kelangkaan lingkungan – konsep ini menyatakan bahwa dinamika lingkungan pada akhirnya berhubungan dengan kesatuan keseluruhan, karena upaya ekonomi dan masyarakat yang ekspansionis untuk menanggapi persoalan lingkungan; serta kedua konsep menggunakan gaya analisis yang sesuai dengan pemahaman sub-struktur material masyarakat di atas kepercayaan dan perilaku.

Sumber Daya untuk Bacaan Tambahan

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang subbidang sosiologi yang dinamis dan berkembang ini, kunjungi situs web bagian Sosiologi Lingkungan dari American Sociological Association . Terdapat juga banyak jurnal yang membahas topik sosiologi lingkungan, seperti:

  • Sosiologi Lingkungan
  • Ekologi Manusia
  • Alam dan Budaya
  • Organisasi dan Lingkungan
  • Kependudukan dan Lingkungan
  • Sosiologi Pedesaan
  • Masyarakat dan Sumber Daya Alam
Pertumbuhan dan perjalanan hidup manusia banyak ditentukan oleh kondisi lingkungan hidup di sekitarnya (Hidayat 2008, hlm. 12).

Perspektif sosiologis

Ketika dilahirkan, manusia telah menjadi bagian dari lingkungan hidup sekaligus lingkungan sosial. Pada fase tertentu, pertumbuhan dan perjalanan hidup manusia banyak ditentukan oleh kondisi lingkungan hidup di sekitarnya.

Perspektif sosiologis di sinilah diperlukan dalam kajian mengenai lingkungan. Hal ini disebabkan karena fenomena lingkungan telah menjadi suatu kajian interdisipliner yang bersinggungan dengan kondisigeografi, biologi, teknologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya suatu masyarakat.

Menurut Anggreta (pengkaji lingkungan dari Sumatera Barat), pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji persoalan lingkungan dalam sosiologi, yaitu ekologi politik baru yang berupaya membongkar relasi kuasa dalam hubungan antar manusia sebagai pola pengguna kepada konteks suatu lingkungan yang dipolitisasi, Marxisme ekologis yang menyatakan kerusakan lingkungan merupakan dampak perkembangan kapitalisme, feminisme lingkungan yang berupaya membongkar ide-ide dominan maskulin mengenai klasifikasi pengalaman – seraya berupaya menghapus ketimpangan yang diproduksi oleh ide-ide tersebut, serta Ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang banyak memakai kerangka hubungan antara klaim pengetahuan dengan kekuasaan.

Perkembangan Kajian Sosiologi Lingkungan 

Pandangan tentang Manusia dan Lingkungan HEP NEP
Asumsi mengenai sifat manusia Manusia bersifat unik dan berbeda dengan makluk lainnya karena mendapatkan warisan budaya. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan di antara manusia dipengaruhi oleh faktor sosial – dibandingkan faktor lahir, manusia dapat diubah secara sosial dan perbedaan yang mengganggu dapat disingkirkan. Manusia memiliki pengecualian, tetapi manusia tetap merupakan satu di antara banyak spesies yang memiliki ketergantungan di dalam ekosistem.
Asumsi mengenai sebab sosial Determian utama manusia adalah faktor sosial dan budaya. Manusia tidak hanya dibentuk oleh kekuatan sosial dan budaya, tetapi juga dibentuk oleh sebab, akibat, dan arus balik keterhubungan dalam jaringan alam.
Asumsi mengenai konteks masyarakat Lingkungan sosial dan budaya merupakan konteks utama, sementara lingkungan biofisik kurang relevan. Manusia tergantung lingkungan biofisik yang terbatas dan menekankan pengekangan kuat atas kehidupan manusia.
Asumsi mengenai persoalan masyarakat Kebudayaan bersifat kumulatif, sehingga perkembangan teknologi maupun budaya dapat dilanjutkan tanpa batas dan seluruh masalah soaial akan dapat terpecahkan. Walaupun temuan-temuan manusia memperluas keterbatasan kapasitas, hukum ekologi tidak dapat dicabut.
Sumber: Susilo 2014, hlm. 11.

Sembilan tahun setelah pendirian sosiologi lingkungan, Buttel mencoba menelusuri arah di luar NEP yang dikembangkan oleh para sosiolog lingkungan. Buttel menyatakan bahwa sosiologi lingkungan dapat dikembangkan melalui sosiologi perdesaan, bahkan dia menegaskan bahwa silsilah sosiologi lingkungan, baik beberapa maupun keseluruhan, merupakan keahlian khusus dalam sosiologi perdesaan.

Sekalipun Buttel membatasi sosiologi lingkungan hanya berdasarkan materi dasar dari struktur sosial dan kehidupan sosial, dia sendiri tidak dapat memungkiri bahwa rata-rata sosiolog lingkungan banyak berasal dari sosiolog perdesaan, yaitu D. Morrison, D. Field, R. Burdge, S. Albrecht, W. Andrews, W. Burch, W. Catton, A. Schnaiberg, R. Gale, dan W. Firey.

Buttel juga menengarai bahwa kajian-kajian sosiologi lingkungan merupakan pengembangan dari natural resources sociology (sosiologi sumber daya alam), yang mengkaji manajemen tanah serta perencanaan penggunaan tanah. Kajian tersebut menjadi permulaan disiplin ini pada 1970.

Demikian pula studi komunitas yang berkembang pada 1950 dan 1960 telah memfokuskan kepada resources dependent communities (komunitas yang bergantung kepada sumber daya).

Menurut Buttel, lima wilayah utama sosiologi lingkungan menyebabkan munculnya beragam pendekatan pada sosiologi lingkungan, yaitu sosiologi lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Dunlap dan Catton, sosiologi lingkungan kebudayaan, sosiologi lingkungan yang tumbuh dalam ilmu pengetahuan lingkungan dan hubungan produksi pengetahuan lingkungan dengan politik dan gerakan lingkungan, gerakan lingkungan yang diilhami oleh pemanasan global dan perubahan lingkungan – dalam konteks ini, penyebab beralihnya sosiolog untuk memberikan perhatian kepada substratum ekologis-material dari struktur sosial dan kehidupan sosial, serta perluasan kajian kebudayaan kepada sosiologi yang mengutamakan diskursus seperti modernitas, postmodernitas, masyarakat berisiko, dan modernitas ekologis.

Kajian mengenai sosiologi lingkungan lantas diperluas ketika para sosiolog mencurahkan perhatian kepada kemunculan gerakan lingkungan saat memperingati Hari Bumi pada musim semi tahun 1970 di Amerika Serikat.

Dalam konteks ini, berkembang tema-tema penelitian mengenai sosiologi sumber daya, lingkungan, dan perilaku sosial. Semua tema tersebut ditekuni dari penelitian tentang gerakan sosial, perilaku kolektif, perspektif opini publik kepada pemahaman lingkungan modern, dan manajemen sumber daya.

Sebagai tanda perkembangan berikutnya, sosiologi lingkungan tetap mencakup banyak wilayah penelitian. Pada 1995, David Tindall[28] membuat pengelompokkan sosiologi lingkungan lebih rumit dibandingkan klasifikasi yang dicetuskan oleh Buttel.

Menurut Tindall, ada delapan subdominan sosiologi lingkungan, yaitu penilaian dampak sosial, penelitian desain lingkungan, pendekatan ekonomi politik, pendekatan organisasional, ekologi manusia baru, psikologi sosial masalah lingkungan, konstruksi sosial masalah lingkungan, serta teori tindakan kolektif dan gerakan sosial.

Tulisan Terkait: