Mudabicara.com_ Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini merupakan salah satu ulama yang konon menjadi tokoh pertama penyebar ajaran Islam di daerah Sulawesi Selatan.
Kini makam tokoh Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini berada di daerah desa Tosora, kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo.
Perjalanan dari Kota Makasar ke Kabupaten Wajo kurang lebih memerlukan waktu 4-5 jam perjalanan mengunakan transportasi darat sedangkan dari kota Sengkang menuju makam kurang lebih 20-30 menit.
Baca Juga : Menelaah Kritik Suhrawardi Terhadap Teori Parepatetik
Tidak ada literatur yang pasti bagaimana perjuangan Sayyid Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini semasa hidupnya dalam menjalankan aktivitas dakwah di Kota Bugis.
Bahkan tokoh Sayyid Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini di pulau Jawa dikenal dengan nama Syekh Jumadil Kubro. Adapun silsilah beliau sebagaimana foto berikut ini :
Dari silsilah di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini merupakan salah satu keturunan nabi Muhamad SAW dari Husein.
Baca Juga : Mengenal Sang Maestro Al-Qur’an Mbah Kiai Haji M. Munnawir Krapyak Yogyakarta
Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini lahir dari keluarga Azhmat Khan di India. Perjalanan dakwah beliau dari satu daerah ke daerah lain.
Konon perjalanan beliau di Indonesia berawal dari Aceh kemudian berbagai tempat di Jawa dan berakhir di daerah Sulawesi khususnya di Desa Tosoro, Kabupaten Wajo.
Namun berbagai sumber juga menyebut bahwa makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini berada di Trowulan Mojokerto.
Di samping perdebatan tentang kebenaran dimana letak makam yang sebenarnya, wilayah makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini memiliki potensi wisata religi yang luar biasa.
Selain memiliki akses yang mudah dari kota Sengkang, wilayah makam juga terdapat bangunan masjid kuno yang menjadi pusat berdakwah.
Berkunjung ke makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini memberikan kesan dan pesan tersendiri, semoga pemerintah daerah dan para pemuda sekitar lebih kreatif dan inovatif melihat potensi besar ini.
Di sisi lain, Kabupaten Wajo juga terkenal dengan kota santri namun sayang makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini belum terawat dengan baik dan minim kegiatan sosial keagamaan.
Makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini
Berikut Suasana Makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini.
Sekilas Tentang Masjid Tua Tosora
Berdasarkan catatan sejarah Mesjid Tua Tosora merupakan masjid raya pertama yang dibangun di wilayah Kerajaan Wajo, oleh Arung Matowa Wajo XV La Pakallongi To Allinrungi pada tahun 1621.
Lokasi bagunan masjid berada pada ketinggian 30,6 m dpl, persis berada di belakang Kantor Desa Tosora sekarang, di sebelah selatannya terdapat alun-alun.
Apabila berkunjung ke Mesjid Tua Tosora hanya tersisa bagian bangunan mihrab sisi barat sedangkan tembok yang mengelilingi tinggal pondasi saja.
Baca Juga : Mengenal Teori Perubahan Sosial Ibnu Khaldun
Namun kini Mesjid Tua Tosora telah masuk dalam cagar budaya dan ketika tim mudabicara berkunjung area masjid sedang direnovasi.
Sedangkan dalam konteks desain Masjid Tua Tosora berdenah bujur sangkar terbuat dari batu yang disusun. Ukuran, panjang 18,20 meter, lebar 15,90 meter, tinggi tembok 3,70 m, dan tebal tembok 53 cm.
Lokasi pintu masjid seperti pada umumnya berada di bagian timur, sedangkan di bagian barat merupakan tempat imam sholat.
Secara umum Masjid Tua Tosora terdapat empat pintu masuk yaitu dari depan (sisi timur), dari sisi sisi utara-selatan, dan dari sisi kanan (utara) mihrab.
Pada bagian dalam mesjid terdapat empat umpak batu sebagai landasan tiang penyangga atap soko guru, pada arah tenggara terdapat kolam sebagai tempat air wudhu dengan ukuran panjang 7,35 m, lebar 5,70 m, dalam 0,76 m, dan tebal tembok 0,41 m.
Pada arah timur kolam terdapat sumur tua dengan kedalaman 13 m sedangkan pada bagian belakang terdapat beberapa makam-makam kuno, dan yang terkenal adalah makam Syaikh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini dan Renreng Bettempola La Gau atau yang bergelar MatinroE ri Masigina.
Struktur bangunan batu berasal dari berbagai jenis batu alam seperti batu kapur yang masih lunak, batu pasir, dan batu beku dengan ukuran yang tidak seragam.
Baca Juga : Mengenang Ahmad Syafii Maarif, Anak Kampung dan Kemerdekaan Bangsa
dan bahan perekat (spesi) dipergunakan campuran pasir dengan kapur yang terbuat dari moluska yang dibakar.
Peninggalan Bangunan Musallah
Bangunan Musallah tersebut tidak diketahui kapan dan siapa yang membangunnya, namun ada kemungkinan didirikan bersamaan dengan bangunan geddong dan gedung bunga setelah mesjid tua Tosora lebih dulu dibangun.
Letaknya pada ketinggian 20,8 m dpl, berada pada arah barat mesjid tua dengan jarak 290 m, pada arah baratnya terdapat bangunan geddong dan Danau Seppengnge dengan jarak 30 m.
Keadaan bangunan adalah dinding bagian barat masih berdiri tegak sedangkan pada sisi lainnya tinggal pondasinya saja. Bentuk bangunan adalah empat persegi panjang, dengan ukuran panjang 10,09 m, lebar 9,75 m, tinggi dinding 2,90 m, tebal dinding 0,50 m, dan luas 98,78 m2. Mihrab berupa ceruk berada di sisi barat. Bahan dan teknik bangunannya sama dengan mesjid tua Tosora.
Baca Juga : Mengenal Pandangan Ibnu Rusyd Tentang Wahyu dan Rasio
Pada saat peresmian Masjid Tua Tosora dihadiri oleh Raja Gowa, Raja Bone, dan Datu Soppeng (Patunru, 1983) sehingga masjid ini memiliki makna sejarah tersendiri.
Apabila ingin berkunjung dan berziarah ke masjid Masjid Tua Tosora dan makam Sayyid Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini di Tosora jangan lupa membawa bekalnya sebab tidak ada kantin terdekat dari wilayah wisata religi tersebut.
Nah demikian ulasan kali ini semoga bermanfaat untuk kita semua.