Mudabicara.com_ Membaca buku Api Sejarah Jilid 1, karya Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara, Indonesia teramat luas, untuk melakukan penerbangan dari Sabang ke Merauke lebih dari 9 jam sepanjang 5.120 km berada di atas langit Indonesia. Rute yang konon sama dengan penerbangan London ke Baghdad dengan melewati 32 negara Eropa.
Terdapat 34 Provinsi, 98 Kota, 416 Kabupaten dan 7.252 Kecamatan. Beberapa tempat di Indonesia memiliki kesamaan nama, seperti Pasar Baru, Gunung Sari, Kota Baru dan juga Taman Sari, kemungkinan kesulitan mencari nama untuk membedakan.
BACA JUGA : Pantaskah Namatota Dijadikan Desa Wisata?
Untuk Taman Sari, setidaknya berdasarkan pecarian mesin google terdapat beberapa tempat yang menggunakan nama Taman Sari. Daerah Bogor misalnya kata Taman Sari dapat kita temukan untuk nama Kecamatan, Desa, Taman, kawasan wisata, kawasan pemukiman. Karena keterbatasan waktu dan ketersedian literatur sejarah maka yang akan dibahas dalam tulisan ini yakni Taman Sari di Yogyakarta dan Jakarta.
Taman Sari dan Keunikannya
Pertama, Taman Sari, Yogyakarta. Yogyakarta, Kota ini terkenal dengan wisata sejarah dan budaya. Sampai dengan tahun 2019 saat pendemi Covid-19 jumlah turis baik wisman ataupun wisnus yang berkunjung ke Yogyakarta 4.378.909 orang dengan rincian wisatawan domestik 3.879.743 orang dan wisatawan mancanegara 498.867 orang. Sebuah situasi yang masih dapat digolongkan relatif baik dalam kondisi pandemi Covid-19.
Kawasan Jl. Malioboro, Jogja, lokasi pangling wajib didatangi turis di Jogja sampai Keraton Yogyakarta. Sebuah kawasan yang cukup terkenal di Jogja dan tidak jauh dari Jl. Malioboro yakni Taman Sari tepatnya di Jl. Taman, sekitar 20 menit dengan berjalan kaki dari Nol Kilo Meter Yogyakarta. Taman Sari, Yogyakarta adalah sebuat taman dengan konsep bangunan.
BACA JUGA : Pemuda dan Masa Depan Ponorogo
Sejarah Taman Sari, Yogyakarta dikutip dari situs Jogja Belajar Budaya, Taman Sari ā Yogyakarta dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan HB I, pada tahun 1758. Awalnya, taman yang mendapat sebutan “The Fragrant Garden” ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air.
Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
BACA JUGA : Profil dan Pemikiran Bapak Sosiologi Auguste Comte
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, beserta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak.
Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis. (Wikipedia).
Taman Sari Jakarta
Kedua, Taman Sari, Jakarta. Menurut Zaenudin HM sejarawan Jakarta yang menulis buku, ā212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloeā terbitan Ufuk Perres pada Oktober 2012, menyebutkan pada era Pemerintahan Hindia Belanda abad ke-19 dibangun Taman yang diberi nama āWilhelmina Parkā.
Dikutip bisnis.comĀ āWilhelmina Parkā atau Taman Wilhelmina dibangun atas prakarsa Gubernur Jenderal Van De Bosch tahun 1834. Taman Wilhelmina adalah taman terbesar yang dibangun saat itu, terbentang dari kawasan Mangga Besar sampai ke Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal sekarang.
Taman ini dibangun sebagai penghormatan kepada Wilhelmina yang pada saat itu calon tunggal Ratu Belanda. Nama lengkapnya Wilhelmina Helena Puline Marie van Orange Nassau, lahir 31 Agustus 1880 ā 28 November 1962, dan menjadi Ratu Belanda sejak 1890-1948. Adalah anak satu-satunya dari Raja Willem III dan istri keduanya Ratu Emma.
Baca juga :Ā Aplikasi 3D Desain rumah, dekorasi kamar dan interior gratis
Taman Wilhelmina
Taman Wilhelmina selain taman bunga juga terdapat kebon sayur dan buah bagi orang Belanda, aliran Sungai Ciliwung yang bersih mengalir (pada waktu itu) juga menjadi daya tarik Taman Wilhelmina, terdapat Benteng (Citedal) Prins Frederik Hendrik dan Monumen Waterloo atau dikenal juga dengan nama āAtjeh Monumenā, sebuah monument pengingat gugurnya Tentara Belanda dalam perang melawan Kesultanan Aceh Darusalam.
Dalam perjalan sejarahnya yang sangat panjang kawasan Taman Wilhelmina beralih fungsi menjadi derah pemukiman, pertokoan dan termasuk didalamnya lokasi Masjid Istiqlal (1961) dulunya Benteng (Citedal) Prins Frederik Hendrik dan Gereja Katedral.
Menurut Zaenudin HM tidak ada penjelasan sejarah terkait perubahan nama dari Taman Wilhelmina menjadi Taman Sari. Ini berlangsung dalam proses sosio-masyarakat yang sangat panjang, mungkin saja karena jejak Taman jadinya disebut Taman Sari.
Taman Sari, di Kota Administrasi Jakarta Barat kini adalah kawasan yang meliputi satu Kecamatan dengan delapan Kelurahan (Kelurahan Tamansari, Pinangsia, Maphar, Mangga Besar, Glodok, Krukut, Keagungan, dan Tangki). Sebuah kawasan yang gemerlap di Jakarta.
Sejak zaman Sunda Kelapa, Batavia dan Jakarta kawasan ini adalah pusat bisnis dan hiburan di Ibu Kota Jakarta. Tidak hanya bangunan-bangunan era-Kolonialisme Belanda seperti kawasan Batavia-Jakarta, terdapat juga klenteng-vihara tua di kawasan Glodok dan juga Tempat Hiburan Rakyat Lokasari.
Dari caffe, hotel, restoran, pusat kuliner, pusat pertokoan, pusat grosir dapat dengan mudah di temukan. Kawasan tua di Jakarta ini juga menunjukan kompleksitas masyarakat yang sangat tinggi. Seluruh etnis dan agama besar ada di kawasan ini. Menariknya keberagaman di Taman Sari bukanlah sesuatu yang istimewa, yang istimewa justru persatuan, tolerasi dan kolaborasi diantara keberagamaan.
BACA JUGA : Arief Rosyid Hasan dan Kaum Miskin
Kawasan Taman Sari, Jakarta seperti filosofi sebuah taman dengan beragam bunga dengan warna-warni serta harum semerbaknya. Adalah sebuah kawasan pemukiman, bisnis, hiburan, peribadatan, yang kosmopolit, keberagaman dan persatuan -sari persatuan- yang membuat Taman Sari selalu menarik menjadi detinasi wisata. Selamat Tahun Baru 2022.
Oleh : Abdul Malik Raharusun (Lurah Taman Sari)