Pemuda dan Masa Depan Ponorogo

Opini564 Dilihat

Mudabicara.com_Pemuda dan masa depan ponorogo merupakan satu kesatuan yang tidak bisa kita maknai secara parsial ketika Indonesia ingin mencapai masa keemasannya pada tahun 2045. Pemuda sebagai aktor penentu bonus demografi dan tantangan revolusi industri 4.0 pada akhirnya mengharuskan Pembangunan sumber daya manusia menjadi kunci utama pemerintahan baik di tingkat pusat maupun pemerintah daerah tak terkecuali kabupaten ponorogo. Hal tersebut dipertegas dalam Nawa Darma Nyata yang digadang-gadang sebagai jalan terang untuk menuju ponorogo hebat.

BACA JUGA : Arief Rosyid Hasan dan Kaum Miskin

Pemuda dan Pembangunan

Berbicara pemuda dan pembangunan Sumber daya manusia. Menteri Suharso Monoarfa, mengatakan bahwa pengembangan SDM dimulai dengan pembangunan ‘nasib’ pemuda. Karena pemuda memiliki usia produktif yang dapat menjadi motor penggerak untuk kemajuan Indonesia. Sejalan dengan itu, maka tidak berlebihan jika indeks pembangunan manusia atau IPM Kab. Ponorogo terus didorong untuk naik dari perkiraan 71,34 pada 2021 menjadi 72,39 pada 2024 dan 73,99 pada 2026.

Target Pemkab tersebut tentu tidak bisa kita pandang sebelah mata. Mengingat angka IPM bukanlah sekadar angka, ada makna di dalamnya yang sangat berguna untuk mengukur kinerja pemerintahan yang ada. Angka IPM merupakan angka rerata geometris dari tiga komponen utama, yaitu angka harapan hidup, pendidikan (rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah), dan standar hidup layak.

IPM memberikan ukuran capaian pembangunan yang lebih komprehensif karena tidak hanya mengukur capaian ekonomi semata, tetapi juga mencakup esensi dasar kebahagiaan manusia tentang kehidupan yang sehat, berumur panjang, pintar, dan adanya kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.

Lalu bagaimana pemuda menyikapi hal tersebut. Mengingat Kabupaten ponorogo dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ponorogo 2021-2026 juga menargetkan pertumbuhan ekonomi dari 3,29 persen menjadi 5,45 persen pada 2024 dan kemudian bisa naik lagi menjadi 5,60 persen pada 2026.

BACA JUGA : Quo Vadis Kaderisasi KNPI Ponorogo

Sehingga tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang berada pada angka 3,61 persen pada 2021 menjadi 3,31 persen pada 2024 dan kembali turun menjadi 3,11 pada 2026. Semoga kita sedang tidak halu.

Angka-angka tersebut akan berada pada grafik yang diharapkan jika pemkab ponorogo lebih fokus terhadap usia produktif yang mencapai angka 68.00 persen di wilayah kabupaten Ponorogo dari pada pencitraan yang tidak tentu arah pembangunannya.

Tiga Karakter Revolusi Industri

Sudah seharusnya pemerintah kabupaten concern pada tiga hal, yakni kualitas SDM, kreativitas, dan produktivitas pemuda. Apalagi kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi menjadi tantangan pemuda agar mampu beradaptasi dengan tiga karakter utama revolusi industri 4.0 bila dibandingkan dengan era sebelumnya yaitu:

Pertama, inovasi. Inovasi dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya, dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear. Produsen elektronik, otomotif dan lain-lain secara gencar menawarkan aneka produk hasil eksplorasi inovasi mereka.

Kedua, otomasi. Hal ini berdampak terhadap penurunan biaya produksi dan meningkatkan output pekerjaan. Kita merasakan contoh riil keberadaan pintu tol telah didesain secara otomatis tanpa penjaga. Demikian pula kita tidak perlu antri di bank untuk mengambil uang atau melakukan transaksi lain, tetapi cukup dilakukan melalui melalui mesin ATM.

Dan ketiga, transformasi. Sebuah informasi yang terjadi secara cepat karena dukungan internet. Revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di banyak tempat. Pada masa ini teknologi begitu menyentuh ranah pribadi, pengatur kesehatan, pola diet, olahraga, mengelola investasi, mengatur keuangan melalui mobile banking, memesan taksi, memanggil Go-Jek, pesan makanan di restoran (go-food), beli tiket pesawat ada aplikasinya dan sebagainya.

Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0

Untuk menjawab tantangan era revolusi industri 4.0 tersebut model pengembangan kalangan muda ini perlu penyegaran. Pemerintah perlu mendorong agar para pemuda lebih berani menghadapi iklim yang sangat kompetitif ini dengan mendayagunakan segenap potensi yang saat ini sedang kita miliki.

Misalnya para pemuda ditantang untuk berpartisipasi terhadap pembangunan SDM melalui literasi, kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang terdapat di daerahnya masing-masing dengan menciptakan new platform yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Pemuda yang telah melek teknologi dan berhadapan langsung dengan perkembangan zaman yang serba digital sudah tentu memiliki cara pandang yang visioner.

Mungkin bagi sebagain orang beranggapan bahwa literasi merupakan solusi clasic yang terkesan tidak visioner. Tetapi bagaimana dengan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

Indonesia masih menempati rangking ke 62 dari 70 negara atau berada 10 negara terbawah yang miliki tingkat literasi rendah. Tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu juga diperjelas oleh Staf ahli Menteri dalam negeri (Mendagri), Suhajar Diantoro pada Rapat kordinasi nasional bidang perpustakaan tahun 2021.

Padahal literasi merupakan faktor esensial dalam upaya membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan dan berkarakter. Data tersebut menjadi salah satu alasan kuat agar ruang-ruang literasi sebagai pusat ilmu pengetahuan seperti perpustakaan harus menjadi isu strategis pemuda untuk menentukan masa depan pemuda Ponorogo.

Peran pemuda untuk melakukan akselerasi pembangunan yang lebih komperhensif harus menjadi perhatian bersama. Karena keberhasilan suatu wilayah atau daerah tidak bisa diukur hanya dengan seberapa indah infrastruktur fisik saja tanpa memperhatikan esensi dasar kebutuhan manusia tentang kehidupan yang sehat, berumur panjang, pintar, dan adanya kesempatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

 

Oleh : Cecep Jumadi (Ketua Umum HMI Cabang Ponorogo)

Tulisan Terkait: