Mudabicara.com_ Sosok Ismail Marzuki sering kita dengar, apalagi baru-baru ini Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta baru meresmikan renovasi bangunan baru Taman Ismail Marzuki di Cikini.
Namun apakah kalian tahu siapa sebenarnya sosok Ismail Marzuki dan apa saja karyanya. Nah! jika belum tahu, jangan khawatir!. Kini mudabicara akan mengulas sosok komponis terkenal dan melegenda Ismail Marzuki. Selengkapnya simak ulasan kami berikut ini:
BACA JUGA : Mengenang Perlawanan Wiji Thukul Lewat “Puisi Untuk Adik”
Biografi Singkat Ismail Marzuki
Ismail Marzuki terkenal sebagai komponis yang aktif dan produktif. Dia lahir di Jakarta, 11 Mei 1914. Karya-karyanya seolah tak akan pernah padam hingga kini.
Kesyahduan, lirik yang penuh jiwa nasionalis-romantis, syair yang kuat, melodi yang indah, serta memiliki nilai keabadian yang tinggi adalah ciri khas hasil karya komposer senior, Ismail Marzuki.
Nama aslinya adalah Ismail, sedangkan ayahnya bernama Marzuki, nama lengkap beliau menjadi Ismail Bin Marzuki. Namun kebanyakan orang memanggil nama lengkapnya Ismail Marzuki bahkan di lingkungan teman-temanya sering dipanggil Mail, Maing atau bang Maing.
BACA JUGA : Pembagian Sastra lama Indonesia, Macam dan Jenisnya
Ismail kecil lahir di kampung Kwitang tepatnya di kecamatan Senen Wilayah Jakarta Pusat, pada tanggal 11 Maret 1914. Tiga bulan setelah Ismail lahir ibunya meninggal dunia. Alhasil Ismail kecil ia dirawat oleh kakak kandungnya yang terpaut umur dua belas tahun lebih tua dari dirinya.
Sejak kanak-kanak sosok Ismail Marzuki sudah tertarik dengan lagu-lagu. Di rumahnya ada gramaphone dan persediaan piringan hitam yang cukup banyak. Ia sangat mengagumi lagu dari Prancis, Italia, lagu berirama rumba, samba, tango dan lain sebagainya.
Semenjak duduk di bangku MULO, ia sudah masuk group musik untuk menyalurkan hobinya. Dalam band musiknya ia memegang alat petik banyo ala dixiland.
Awal Karir Ismail Marzuki
Ismail Marzuki memulai debutnya di bidang musik pada usia 17 tahun. Kala itu untuk pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu O Sarinah pada tahun 1931.
Ismail memiliki kepribadian yang luhur di bidang seni. Tahun 1936 Maing memasuki perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone dan harmonium pompa.
BACA JUGA : Apa Itu Positivisme? Aliran Filsafat Auguste Comte
Perhatian Ismail terhadap berbagai sudut kehidupan kentara sekali dari tema-tema lagu yang ia bawakan dan ciptakan. Materi lagu-lagu tersebut diangkat dari kehidupan tukang becak, alam, lingkungan, cinta sampai pada masalah kebangsaan.
Bila sebagian besar lagu-lagunya bertemakan tentang cinta, hal itu tidak terlepas dari kepribadianya yang romantis. Demikian pula dalam mencipta, Ismail selalu teliti dalam menganalisa, menyimak dan selalu saja mendapat ilustrasi seni yang ia inginkan.
Ismail mempelajari buku-buku perpustakaan tentang teori-teori musik, laras tangga nada dan ilmu melodi. Kompisisi autodidaknya selalu dipraktekan melalui piano yang pernah ia geluti secara rutin.
Beruntungnya hal itu menghasilkan suatu improvisasi murni yang mengilhami pikirannya menulis lagu. Maka dalam menciptakan Ismail mendapat pengaruh dari musik-musik tersebut, terutama dari keroncong, seriosa dan Hawaiian.
BACA JUGA : Mengenal Karya Auguste Comte: Course of Positive Philosophy
Karya-Karya Ismail Marzuki
Tahun 1931
Karya pertama hasil ciptaan Ismail Marzuki adalah lagu berjudul O Sarinah. Lagu ini ia tulis dalam bahasa Belanda. Lirik lagunya sebagai di bawah ini.
Sarina,een kind uit de dessa
(Sarinah anak desa)
Die stampte haar padi tot beras
(Ia menumbuk padinya menjadi beras)
Zij zong daarbij heel leuke wijsjes
(sambil menyanyikan lagu amat indah)
Voor Kromo die lag in het gras
(untuk si dia yang bersantai di atas rumput)
Zij tooide haar konde met bloemen
(Dia menghiasi pantatnya dengan bunga)
Geplukt in Gods vrije natuur
(Dipilih dalam sifat bebas Tuhan Suara anak)
De stem van het kind klonk zo helder
(itu terdengar sangat jelas)
En Kromo geraakte vol vuur
(Dan dia menjadi penuh dengan api)
Toen gingen zij in de alang-alang
(Kemudian mereka masuk ke alang-alang)
Verpoosden zich daar urenlang
(Berbaring di sana selama berjam-jam)
Zij hielden zo veel van elkander
(Mereka sangat mencintai satu sama lain)
En waren voor tijgers niet bang
(Dan tidak takut pada harimau Lalu)
Toen kwam er een tijger gesluip-gesluip
(datanglah seekor harimau)
Die nuttigde hen voor diner
(menyelinap-menyelinap siapa yang)
De botjes die liet hij maar liggen
(memakannya untuk makan malam?
De rest nam hij stilletjes mee
(Dia diam-diam mengambil sisanya)
Refrain:
Sarina, Sarina, jangan main gila sama saja
Sarina, Sarina, djangan begitulah
De zon kwam toen op in de dessa
(Matahari kemudian terbit di dessa)
Daar stonden de bomen in rouw
(Di sana pepohonan berdiri berkabung)
Want onder hen lagen de botjes
(Karena di bawahnya ada tulang-tulang)
Al van ene man en een vrouw
(Dari satu pria dan satu wanita)
Zij hadden elkaar gevonden
(Mereka telah menemukan satu sama lain )
Helaas op zo’n droeve manier
(Sedihdengan cara yang menyedihkan)
En stierven voor eeuwig verbonden
(Dan mati selamanya terkait)
Tahun 1935
Saat usianya tepat 21 tahun, Ia membuat Keroncong Serenata.
Tahun 1936
Pada tahun 1936 Ismail Marzuki menciptakan Roselani. Sebuah karya yang akan membawa kita ke suasana romantis alam Hawaii di Samudra Pasifik.
BACA JUGA : Pengertian Sastra, Fungsi dan Macamnya
Tahun 1937
Saat usianya menginjak 23 tahun banyak lagu-lagu yang mengambil latar belakang “Hikayat 1001 Malam” yang berjudul Kasim Baba.
Pada waktu itulah, Ia menciptakan gubahan keroncong yang berjudul Keroncong Sejati bermodus minor bernafaskan melodi yang melankolis.
Tahun 1938
Ismail Marzuki mengisi ilustrasi musik film berjudul “Terang Bulan”. Di dalamnya terdapat tiga lagu dengan judul Pulau Saweba, Di Tepi Laut dan Duduk Termenung.
Film ini dibintangi oleh Miss Rukiah, Kartolo, Raden Mochtar dan aktor-aktris lainya. Dalam film ini Ismail Muda turut berperan yakni bermain musik sebagai pelengkap skenario.
Ia bernyanyi saat adegan Raden Mochtar bernyanyi dan karya film ini diputar sampai ke mancanegara yaitu Malaya.
Tahun 1939
Ada sekitar 8 buah lagu tercipta tahun itu. Dua lagu diantaranya berbahasa Belanda berjudul Als de Ovehedeen dan Als’t Meis is in de tropen.
Sedangkan lagu beebahasa Indonesia berjudul Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, Lenggang Bandung, Melancong ke Bali. Dalam kurun waktu ini Ismail belum menciptakan lagu-lagu yang sarat akan perjuangan.
BACA JUGA : 10 Manfaat Belajar Sastra Untuk Anak Muda
Musik dan Anugerah Tuhan
Sebagai manusia yang mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa talenta musik. Ismail Marzuki berhasil mengembangkan bakatnya sampai sukses.
Melalui usaha-usaha yang sangat serius dan tidak mengenal lelah. Ia mempelajari segala hal pengetahuan tentang musik dan menimba pengalaman yang tak pernah lelah. Terbukti Ismail Marzuki menghasilkan karya-karya yang berbobot sepanjang masa.
Dalam menciptakan lagu, ia betul-betul memperhatikan kaidah-kaidah dalam musik. Dalam membuat melodi, mengatur jalannya irama, membagi pengkalimatan hingga tempo, Ia sesuaikan betul dengan syairnya.
Alhasil, karyanya menghasilkan sebuah ekspresi yang pas dan terasa wajar, tidak dibuat-buat sederhana tetapi sangat indah, tentunya memiliki bobot yang tinggi.
Di dalam lagu-lagu ciptaanya, agaknya Ismail Marzuki begitu selektif memilih kisah perjuangan dengan kisah kehidupan sehari-hari terutama percintaan.
BACA JUGA : Resensi Buku Filsafat Sejarah Hegel
Begitu sebaliknya memadukan kisah-kisah percintaan dengan lagu-lagu perjuangan. Gaya selektif inilah yang terasa menjadi ciri khas pada lagu-lagu ciptaannya. Dengan begitu lagunya menjadi lebih hidup serta terasa segar sepanjang masa.
Di Usia 30 tahun, karya Ismail Marzuki mulai memperlihatkan bobot yang lebih berat dalam unsur melodi dan syair. Kemahirannya dalam meleburkan perlambangan asmara dengan perjuangan untuk tanah air terlihat pada tahun 1944 dengan lahirnya hasil karyanya yang berjudul ” Rayuan Pulau Kelapa”.
Dilihat dari nafas lagu-lagu dan syair, Ismail Marzuki merupakan seorang nasionalis yang setia pada cita-cita perjuangan kemerdekaan, kehidupan rakyat dan pada ibu pertiwi.
Ismail Marzuki telah berkarya sebanyak kurang lebih 200 karya. Karya yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan.Tepat pada 25 Mei 1958 bertepatan umurnya yang ke-44 tahun, Ismail Marzuki menghembuskan nafas terakhirnya di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kini namanya abadi sebagai pusat kesenian dan kebudayaan di daerah Cikini. Selamat Jalan, karyamu abadi