Mengenal Teori Paradoks Zeno

Sosok Inspiratif2166 Dilihat

Mudabicara.com_ Teori paradok adalah  teori yang mengambarkan sesuatu yang sudah menjadi takdir. Namun tahukah kawan muda siapa pencetus teori paradok ini.

Nah! kali ini mudabicara.com ingin mengulas sosok dibalik teori paradoks Zeno ini. simak ulasan mendalam kami tentang teori paradok berikut ini: 

BACA JUGA : Mengenal Teori Realitas Alam Semesta Anaxagoras

Biografi Singkat Zeno

Zeno adalah seorang filsuf Yunani yang mencetuskan teori paradok. Ia lahir pada tahun 490 SM dan sangat sedikit penulis yang mengulas perjalanan hidup sosok pencetus teori paradok ini.

Seorang filsuf tenama Plato menggambarkan Zeno sebagai orang yang memiliki tubuh tinggi dan berkulit cerah. Ia sosok filsuf yang dekat dengan Parmenides.

Zeno sendiri menjadi terkenal karena beberapa tulisannya. Tulisan paradoks yang lahir dari tangannya membuat banyak orang penasaran dan bingung bahkan sampai hari ini.

Sebagian besar informasi tentang kehidupan dan gagasan Zeno berasal dari filsuf Plato atau Aristoteles. Plato menganggap Zeno hanya sebagai seorang pembela Parmenides sedangkan Parmenides mengangap Zeno sebagai penemu dialektika dalam karyanya.

Proposisi Zeno memang paradoks dengan pemikiran Yunani bahkan bertentangan dengan keyakinan atau pendapat banyak filsuf lain. Ia menantang konsepsi dasar tentang pluralitas, ruang, dan gerak.

BACA JUGA : Apa Saja Istilah Dalam Karya Sastra, Ini Jawabanya?

Paradoks Zeno terpengaruh oleh usaha-usaha Pythagoras untuk mengaplikasikan konsep matematika dalam dunia alam.

Pemikiranya yang mengandung paradoks mungkin akan hilang namun sejumlah paradoks  Zeno tak lain berasal dari tokoh besar seperi Aristoteles.

Zeno adalah tokoh yang anti logika, hal itu terbukti dari paradoks-paradoks yang membingungkan para pemikir lain. Berikut pemikiran paradok Zeno.

Teori Paradoks Zeno

1. Kura-Kura dan Achilles

Berbicara tentang Paradoks Zeno merupakan salah satu paradoks yang sangat terkenal di sepanjang sejarah Yunani. Seperti Achilles dan kura-kura di kalangan orang-orang Yunani menjadi paradoks Zeno yang sangat terkenal.

Terkenalnya paradoks Achilles dan kura-kura di kalangan orang Yunani karena mereka banyak yang gagal menjelaskan paradoks ini.

Meskipun hari ini paradoks tersebut dinilai tidak terlalu sulit.  Namun membutuhkan waktu ribuan tahun sebelum matematikawan dapat menjelaskan terkait paradoks Achilles dan kura-kura-yang dalam penjabarannya kurang lebih seperti analogi dibawah ini:

Pelari tercepat (A) tidak akan dapat mendahului pelari yang lambat (B). Hal ini terjadi karena A harus berada pada titik B mula-mula, sementara B sudah meninggalkan (berada di depan) titik tersebut.

Lomba Lari Achilles

Zeno menganalogikan paradoks ini dengan membayangkan lomba lari Achilles dan Se-ekor kura-kura. Seandainya keduanya sama-sama lari dengan kecepatan konstan dan kura-kura sudah tentu jauh lebih lambat.

BACA JUGA : Pandangan Plato Tentang Psikologi, Ini Jawabannya!

Untuk itu, si kura-kura diberi keuntungan dengan start awal di depan dibanding Achilles, semisal katakanlah kura-kura lebih dulu start 100 meter. Ketika lomba sudah dimulai, Achilles akan mencapai titik 100 m (titik di mana kura-kura mula-mula).

Tetapi si kura ini juga pasti sudah melangkah maju, meskipun kura-kura jauh lebih lambat. katakanlah dia baru melangkah 10 meter. Kemudian Achilles berada di titik 110 m, tetapi si kura-kura tetap berada atau sudah melangkah maju.

Demikian seterusnya, setiap kali Achilles berada pada titik di mana kura-kura tadinya berada, si kura-kura sudah melangkah maju. Artinya, Achilles, secepat apa pun dia berlari tidak akan dapat mendahului kura-kura meskipun langkahnya sangat lambat.

Argumen zeno ini secara logika tampaknya benar, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Di dunia nyata, Achilles tentu saja menang dengan mudah.

Lantas, kenapa logika menunjukkan Achilles tidak mampu menyusul kura-kura? Ketika orang mendengar paradoks Zeno terkait Achilles dan kura-kura, maka mereka pasti akan bangkit melawan.

Perlawanan itu terdiri dari dua golongan orang yang menentang Zeno. Golongan pertama mengatakan bahwa paradoks Zeno itu tidak sesuai dengan realitas dan salah.

BACA JUGA : Catur, Bobby Fischer dan Film Innocent Moves

Golongan kedua juga menyatakan paradoks Zeno itu salah. Tapi mereka tidak puas dengan jawaban sederhana sekedar menghakimi salah. Golongan kedua inilah yang lebih dari dua ribu tahun belum puas merumuskan solusi untuk Zeno.

2. Gerak Anak Panah

Paradoks kedua yakni perumpaan tentang gerak anak panah. Dalam konteks ini, Zeno dalam membaca gerak anak panah yakni dengan membagi waktu dengan sebutan “deretan masa-kini”.

Kemudian saat kita melepaskan anak panah. Di setiap watu “masa-kini” anak panah menduduki posisi tertentu di udara. Berangkat dari perumpamaan itu, Zeno menganggap anak panah dalam kondisi diam sepanjang waktu (saat lepas).”

Dari teori paradoks Zeno ini, ia mengungkapkan bahwa anak panah selalu dalam kondisi diam. Yang ada hanyalah gerak semu yang merupakan seri perhentian-perhentian.

Zeno melihat waktu sebagai rangkaian “masa-kini” yang berkesinambungan. Oleh karena itu sebuah anak panah yang meluncur memiliki versi “masa-kini” dalam perjalanannya.

Ada “masa-kini” sesaat sesudah busur dilepaskan, ada “masa-kini” setelag beberapa detik busur berada di angkasa, dan seterusnya. Problemnya adalah di setiap “masa-kini” anak panah berada pada posisi yang tetap. Sama seperti jika kejadian itu di video.

BACA JUGA : Sistem Politik Demokrasi Liberal, Pengertian, Macam dan Cirinya

Pada frame tampak berbagai kondisi anak panah yang menunjukkan posisi diam. Namun jika rekaman itu diputar, akan memberi rekaman anak panah bergerak.

Sehingga paradoks anak panah ini memberi penjelasan “gerak” sekaligus “diam”. Singkatnya, Zeno dari paradoks ini menunjukkan kebenaran filsafat, bahwa gerak itu adalah semu.

3. Argumen Dikotomi

Dalam pandangan Zeno tentang dikotomi. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya ruang kosong yang menimbulkan jarak tertentu, jarak tersebut dinilai tidak terbatas, karena masih dapat dibagi lagi ke dalam jarak-jarak lain yang tidak terbatas jumlahnya.

Jika sebuah gerak dikatakan ada, maka pelaku gerak akan menempuh suatu jarak tertentu. Terlebih dahulu harus menempuh setengah jarak dari jarak tersebut sehingga menuju titik yang tidak terbatas.

Orang yang bergerak tidak akan sampai di garis akhir dari jarak yang akan ditempuhnya. Begitupula dengan gerak tersebut merupakan hal yang mustahil.

Zeno mempertegas bahwa benda yang bergerak terlebih dahulu harus bergerak setengah jarak dari jarak yang akan ditempuhnya, baru setelah itu jarak sisanya.

Jika sebuah titik bergerak dari posisi 0 ke posisi 1 pada garis bilangan, maka posisinya mencapai 1/2, selanjutnya 3/4, selanjutnya 7/8 dan seterusnya. Dalam tahap n, maka akan berada pada posisi 1 – 12n.

BACA JUGA : Wajah Politik Bebas Aktif Hatta Versus Soekarno

Dengan demikian, tidak ada n hingga 1 – 12n= 1. Jadi, gerakan titik tidak akan pernah berada pada posisi 1. Dengan demikian, hal ini tidak dapat melalui angka-angka tidak terhingga menjadi berhingga.

Dalam konteks dikotomi, Pendapat Zeno selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan secara logis, dan baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika merumuskan definisi limit dari hitungan tak terhingga.

Para filsuf dan ahli matematika juga telah banyak memperdebatkan tentang sifat paradoks tersebut, baik dari sudut pandang metafisika maupun matematika.

4. Ketidak Konsistensinya Paradoks Zeno

Zeno berargumen bahwa semua paradoks-paradoksnya bertujuan untuk menunjukkan tidak konsistenya kepercayaan umum bahwa ada beberapa benda.

Plato juga mengklaim bahwa Zeno hanyalah meniru Parmenides dari Elea. Ia hanya mengubah bentuknya sehingga  mengelabui orang-orang bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang sama sekali berbeda dari Parmenides.

Dia menyatakan bahwa jika Parmenides dari Elea menyatakan bahwa segala sesuatu itu satu, Zeno mengklaim bahwa tidak ada beberapa benda yang pada hakikatnya memiliki sifat yang sama.

Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa paradoks Zeno selalu menjadi rujukan dan ditulis kembali  oleh orang-orang yang menyunting karyanya sehingga sulit untuk mengatakan mana yang asli dan mana yang telah ditulis kembali oleh penulis lainnnya.

BACA JUGA : Mengenal Sosok Syekh Hamzah Fansuri Sufi Besar Nusantara

Paradoks tentang gerak, yang terdapat dalam pemikiran fisika Aristoteles, tidak memiliki kaitan langsung dengan thesis banyak orang.  Hampir seluruh karya Zeno mempertanyakan keyakinan umum dari pemikiran Aristoteles.

Namun berdasarkan penjelasan paradok oleh Aristoteles, bahwa jika semua itu merupakan karya Zeno, maka tentu akan mempertanyakan pluralitas maupun gerakan.

Thomas Aquinas, filsuf abad 13, mengulas komentar Aristoteles mengenai paradoks Zeno, dengan berargumen bahwa waktu tidak terjadi dengan cara seketika.

Bertrand Arthur William Russel setuju dengan pernyataan Zeno bahwa dalam sebuah durasi yang tidak seketika, sebuah benda hanya dapat diam di dalam ruang angkasa.

Namun dia menyanggah bahwa apa yang terjadi di antara dua momentum tersebut  berdasarkan kenyataan bahwa benda yang melayang di ruang angkasa itu bergerak.

Demikian kawan muda ulasan kami tentang teori paradoks zeno kali ini, semoga bermanfaat untuk kalian semua.

 

Oleh : Ainun Masnunah (Kontributor Mudabicara)

 

 

 

Tulisan Terkait: